.
Pintu ditutup dengan suara terima kasih dari beberapa staf yang lewat membawa bermacam barang. Namjoon mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi dengan desah puas, tak peduli itu hanya kursi plastik yang mungkin akan melengkung karena menahan berat badan. Setidaknya cukup untuk beristirahat setelah hampir seharian berlatih. Lengannya terkulai lemas di paha, kebas akibat gerakan tari yang terlalu rumit—Namjoon yakin Seokjin akan terpingkal jika memergoki. Yoongi menyindirnya berbakat sebagai pengganti marka perbaikan jalan yang cuma bisa bergerak samping kiri kanan dan pria itu hanya melengos tanpa membalas. Sisa anggotanya berkumpul membentuk lingkaran di ujung ruang latihan dengan Hoseok sebagai poros, berselonjor mengoreksi hasil. Namjoon memejamkan mata, kalau penari utama mereka sudah mulai bicara, pasti kepalanya ikut pusing. Untunglah Seokjin ikut menengahi sebelum Hoseok menyemburkan ludah ke muka Jimin yang protes dengan suaranya yang terlalu melengking. Namjoon tersenyum datar. Kalau boleh jujur, dia cukup terhibur menguping percakapan yang selalu melantur keluar topik dan berujung pada Jungkook yang bengong karena tak paham. Sayang dia sedang tak berminat menimpali.
"Jadi sepakat ya, yang tidak setuju nanti dicium Taehyung," sergah Hoseok membahana dan Jungkook langsung mengajukan diri.
Namjoon tak menangkap siapa yang pertama berusul. Mendadak mereka sibuk menimbang-nimbang untuk makan di luar sambil menentukan tempat yang cocok (dan cukup untuk bersebelas—termasuk manajer). Terakhir kali restoran yang ditempati sampai harus menolak pengunjung karena kehabisan daging. Bukan hal langka makan bersama-sama dalam porsi berlebih seperti itu. Minimal seminggu sekali atau begitu menerima jatah libur, meski terkadang satu-dua orang lebih memilih tidur dan meracik lagu, terutama Yoongi yang berkata dengan nada mengantuk jika dia butuh berkencan dengan bantal kumamon usai semalaman membulat di studio. Jika memang tak sempat pergi keluar, Seokjin pasti meminta mereka menyisakan waktu di malam hari untuk bertukar obrolan sambil makan mi instan beramai-ramai, lalu tidur bertumpukan di ruang tengah. Kalaupun akhirnya pindah ke kamar masing-masing, itu pasti karena Jimin kentut sembarangan dengan tak tahu diri.
Kali ini Namjoon tak tahu alasan mengapa anggotanya mendadak ingin wisata kuliner meski bukan jam senggang, toh dia juga tak ingin mengeluh dan bergegas mengekor. Hitung-hitung mengisi ulang tenaga yang terkuras parah. Apalagi formasinya komplit. Pasti menyenangkan.
"NAMJOON HYUNG! TRAKTIR!"
...atau mungkin tidak.
___
Diturunkannya lengan dari belakang kepala yang dijadikan bantalan selama bersandar di sisi mobil. Seokjin membangunkannya sambil berbisik jika Jimin baru saja memotret wajah tidur Namjoon untuk diperlihatkan pada seisi mobil. Pria itu melengos sembari beringsut di bahu rekan grupnya yang selalu wangi. Seokjin tak menangkis, lebih tepatnya tak ambil pusing karena sedang sibuk menonton video-video memasak lewat saluran ponsel. Seokjin juga tidak ingin bergeser meski kepala Namjoon membebani bahunya yang lebar, seperti sebuah rutinitas yang otomatis terjadi jika Namjoon sedang mengantuk dan Seokjin bergeming di sebelahnya. Hanya sesekali pria jangkung itu mendongak untuk menjawab pertanyaan Jungkook tentang rencana mengecat ulang warna rambut yang mulai pudar.
"Hitam saja," Namjoon menyahut, masih terpejam. Seokjin tersenyum sambil menggeleng.
"Anak itu selalu ingin mencolok."
Namjoon tak membalas, hembus napasnya menggelitik kulit leher Seokjin yang kembali fokus pada ponsel dan menimpali seperlunya jika masih ada yang bertanya. Tubuh Namjoon bergerak agak menyamping, mengintip raut-raut asing di deret kontak Seokjin yang akhir-akhir ini makin bertambah. Bukan Namjoon tak suka dengan lingkup pertemanan anggota tertuanya, yang entah kenapa selalu menerbitkan dorongan untuk membuang muka. Dia mencoba untuk terbiasa. Walau hanya sebatas kenalan di industri serupa, Namjoon dipaksa mengerenyit curiga tiap Seokjin menggamit lengan yang bukan miliknya. Kenyataan bila lesung pipi Namjoon menguasai sembilan puluh sembilan persen dari memori ponsel pria itu, tak menghapus ego bahwa dia berhak mendapatkan satu persen yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN - The Dorms
Fanfic[BTS/Bangtan Boys] Potongan-potongan cerita pendek dari dalam dan luar asrama. Non-AU. BxB. Featuring para manajer dan staff yang ternistakan.