9. Hobi & Chim Talk Time

3K 299 27
                                    


.

Hoseok tak pernah cukup paham dengan Jimin.

Selama tujuh tahun tinggal bersama (dan akhirnya menjadi teman sekamar) atau katakanlah menjadi pelaku dari proses simbiosis mutualisme yang akhir-akhir ini berubah sepihak, Hoseok hanya mampu membaca sepersekian persen dari tingkah dan mimik pemuda itu. Jimin bukanlah seseorang yang bisa ditebak hanya dari raut muka maupun sikap yang tidak biasa. Yang dimaksud sikap tidak biasa dalam kamusnya adalah perilaku berlawanan dari rutinitas, dan Jung Hoseok—dua puluh tiga tahun, sudah kenyang makan asam garam tentang kasus sejenis. Tak perlu jauh-jauh, ambil contoh anggota termuda mereka yang gemar menggagahi kasurnya usai menghancurkan sofa jika Taehyung urung pulang karena harus bermalam di studio. Hanya saja, untuk Jimin, Hoseok tak pernah berani meyakinkan diri bahwa apa yang ada di pikirannya adalah kebenaran yang mendekati seratus persen. Jimin memang jarang bertingkah aneh, namun isi kepala pemuda itu jauh lebih sulit ditebak daripada buku percakapan Bahasa Inggris darurat buatan Namjoon yang membuat Hoseok nyaris botak. Bila diumpamakan, volume otak Jimin bak porsi daun bawang di atas tteokbokki kaki lima, kadang banyak, kadang sedikit. Berbeda menit sedikit saja, taburan daun bawangnya bisa berkurang, bisa bertambah. Bukannya Hoseok ingin menyamakan kepala Jimin dengan makanan, tapi intinya ucapan pemuda itu benar-benar tak bisa dipegang. Satu detik mengatakan sesuatu, detik berikutnya dia pasti sudah lupa.

Seperti yang sedang dihadapinya sekarang. Lupakan rencana menyusun melodi di studionya yang nyaman. Jimin mendadak menghadangnya selesai latihan serta langsung menyeret Hoseok ke kamar mereka tanpa banyak bicara. Duduk di kasur Hoseok, tentu. Sejak kapan Jimin akan kabur ke anggota lain tiap ada masalah? Terakhir kali mengadu pada Namjoon, Jimin dipaksa bersila selama satu setengah jam di hadapan pemuda itu demi mendengarkan kisah membosankan tentang sejarah hidup para pujangga dan filsafat sastra kuno. Pada Jin? Tidak, terima kasih. Jimin kapok disodori mi goreng bermangkuk-mangkuk. Menemui Hoseok, apalagi diminta mengikuti kemana Jimin melangkah adalah sinyal bahwa vokalis bertubuh tanggung itu sedang berniat melampiaskan sesuatu.

"Min Yoongi sialan!!" didengarnya lengking Jimin dari belakang, terbayang bibir tebal mencibir meski Hoseok tak melihatnya sendiri. Jari-jarinya masih sibuk mengaduk campuran susu cokelat dan air hangat dari teko otomatis. Beruntung ada sisa minuman bubuk kemasan oleh-oleh tur dari Jepang. Toh walau dipunggungi begitu, napsu berkoar Jimin tetap menyala-nyala, "Katanya mau libur menulis lagu dan mengajakku makan siang ke restoran sambil jalan-jalan. Tidak tahunya batal karena harus membantu Jungkookie memperbaiki komputer. KOMPUTER!! Kenapa sih urusan sepele begitu tidak diserahkan ke orang lain saja? Atau panggil tukang reparasi! Aku sudah rela tidak makan sampai jam dua belas. Cuaca dingin begini, pasti enak kalau makan yang panas-panas. Seenaknya bilang tidak jadi. Dikira aku akan langsung memaafkan? Lapar nih!!"

"Iya, iya, ini susunya."

Gelas panjang itu langsung disambar dan diteguk dalam satu tarikan napas. Hoseok memilih selonjor di tepi ranjang, menyilangkan kaki dengan santai, kemudian membuka-buka majalah sambil menggaruk telinga yang disiapkan untuk mendengar keluh kesah.

Tiga.

Dua.

Satu.

"Yang namanya pacar itu harusnya didahulukan daripada adik!!" gelas diletakkan tak sopan di atas meja. Dibanting, tepatnya. Hoseok sengaja menggunakan gelas dari plastik karena dia hapal jika benda malang itu akan diperlakukan tidak manusiawi oleh Jimin yang tenaganya bisa berlipat ganda jika sedang marah, "Apa pentingnya komputer makhluk garang itu dibanding makan siang denganku? Benda mati kan tidak bisa protes walau harus menunggu perbaikan. Suruh saja Jungkookie pergi ke tempat Taehyungie kalau tangannya sudah gatal ingin bermain, kenapa harus mengandalkan Yoongi-hyung cuma gara-gara tidak mau ketinggalan skor? Mulai dari pengeras suara, tetikus, ukuran lemari baju, kursi untuk balapan, sampai jenis sabun. Iya. Untuk urusan sabun pun dia selalu bertanya pada Yoongi-hyung! Aku mana pernah tanya-tanya soal peralatan mandi!! Iya kan? Iya kan? Kalau bingung kenapa tidak langsung minta saran ke para penjaga etalase di supermarket? Mereka pasti meladeni dengan senang hati!!"

BANGTAN - The DormsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang