19. BEAUTIFUL

2.3K 263 4
                                    

.


Indah sekali.

Namjoon tak mengerti bagaimana mungkin seseorang terlihat begitu menawan bahkan ketika sedang tertidur. Lengan dan kaki mendekap guling, sementara tubuh berbaring miring. Penutup mata warna putih gading bermotif alpaka disematkan di kening, lupa diturunkan karena pemiliknya terlanjur meringkuk setengah jam lalu. Seokjin berkata minta dibangunkan menjelang pukul dua belas malam, tapi Namjoon tak tega, sebab—meski sudah mengatur jadwal pemuatan tweet  supaya terkirim sekitar delapan menit setelah tengah malam, Seokjin bersikeras melewati peringatan malam ulang tahunnya dalam kondisi terjaga.

Yang sayangnya, tak dipedulikan Namjoon.

Dibanding membangunkan kakak tertuanya yang terhuyung-huyung mengantuk sejak pulang dari studio, Namjoon lebih memilih duduk bersila di depan sofa, mengenakan pakaian tidur seadanya, kedua lengan dilipat menyangga dagu, lalu bergeming memandangi wajah tidur Seokjin yang begitu menggoda.

Entah sudah berapa ribu kali Namjoon mengagumi raut pria itu kala terlelap di ruang terbuka, mengamati bagaimana bulu mata Seokjin terkatup di bawah sepasang alis lebat yang mempesona. Lebih dari sekedar cantik, sangat membuatnya tertarik. Namjoon tak sanggup lagi menghitung kapan dirinya mematung, reflek berhenti mengerjakan apapun saat mendapati Seokjin mendengkur di mobil, bersandar di kursi, maupun saat dirias di ruang ganti. Seokjin terlihat bagai sebuah epitome, definisi keindahan yang dipahat dengan teramat sempurna hingga menerbitkan tanda tanya—apakah sesakit itu rasanya saat Seokjin terjatuh dari surga?

Baiklah Kim, berhenti berlaku puitis dan mari bersikap realistis.

Beringsut, Namjoon mendekatkan kepala selagi satu lengannya diangkat dari lipatan. Mimik damai dari raut pulas yang menenangkan itu justru mendorong instingnya berbuat sesuatu. Telunjuk terulur perlahan, menyentuh kulit pipi lalu mengelus permukaannya menggunakan buku jari. Seokjin tak terganggu, memberi kebebasan bagi Namjoon untuk leluasa menikmati pipi gemuknya yang halus, merona merah muda akibat terpapar lembap, lantas membulat seiring kebiasaannya merengut tanpa sebab.

Namjoon tersenyum, ditusuknya pelan pucuk hidung Seokjin. Yang bersangkutan berkedik, agak sebal karena merasa diusik, kemudian menggeliat sejenak sebelum berpaling rebah, terlentang mengabaikan guling yang terdorong-dorong ke arah Namjoon dan disingkirkan oleh pemuda itu dari jangkauan. Biar saja mencari-cari nanti, pasti lucu sekali.

"Ngghh........"

Seokjin menggeram lagi dan Namjoon nyengir geli. Posisinya diubah bersimpuh, menumpu berat badan di kedua lutut serta menegakkan punggung sambil bergerak maju. Bayangan kepalanya menaungi Seokjin yang masih terpejam, kemudian menunduk untuk mengecup hidung. Satu, dua kali. Senyumnya terkembang mengagumi, antara melampiaskan rindu dan batinnya yang berterima kasih. Napasnya meraba bibir yang tak tersentuh, berniat mendaratkan ciuman ketika benaknya mencegah. Seokjin akan menagihnya sebagai pengganti selamat pagi, esok hari ketika matahari sudah meninggi.

Menghela napas panjang, Namjoon berdiri hati-hati. Ditaruhnya kembali guling yang sempat terlupakan, dan menyibak sayang poni rambut Seokjin yang menghalangi pandangan.

"Selamat ulang tahun, hyung," bisik Namjoon lirih, "Seokjinnie."

.

.


BANGTAN - The DormsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang