Chapter 14

3.5K 260 0
                                    

Tak terasa sebentar lagi SMA se-Indonesia akan menjalankan Ujian Nasional. Banyak siswa yang mulai menyibukkan kegiatannya dengan tambahan pelajaran, begitu pula dengan Ali dan Prilly.

Setiap hari diadakan kegiatan jam tambahan bagi kelas 12 disekolah mereka. Jadwal jam tembahan yang tidak sama membuat mereka sangat jarang bertemu. Ali adalah seseorang yang sangat serius dalam hal pelajaran, jam istirahatnya pun Ia habiskan untuk menambah ilmu di perpustakaan yang sebagian besar siswa jarang mengunjungi tempat itu.

Sedangkan Prilly? Ia juga seperti Ali, mengorbankan jam istirahatnya untuk belajar. Ia memilih ruangan terbuka seperti taman untuk belajar, baginya dengan melihat suasana alam dapat menambah konsentrasi belajarnya.

Terkadang Prilly merindukan Ali yang saat ini jarang bertemu dengannya, walaupun mereka masih berkomunikasi melalui ponsel namun bagi Prilly dia tidak puas jika tidak bertemu langsung dengan Ali.

Ali yang biasa menjemputnya di pagi hari sudah tidak pernah Ia lihat, Ali yang setiap sore mengantarnya pulang tak pernah Ia temui, Ali yang biasanya memberikan kata-kata manis tak pernah Ia dengar lagi. Senyum Ali, tingkah Ali, Jahil Ali, semua sudah jarang sekali Ia lihat.

Perlahan butiran bening dari matanya menetes. "Aku kangen kamu... Kangen banget." Lirihnya.

"Prilly!"

Prilly dengan cepat menyeka airmata di pipinya saat seseorang memanggil namanya.

Disana terlihat Bram dan Reno menghampirinya.

"Hai Bebep Mpril... Apa kabar?" Tanya Reno lalu duduk di bangku taman kecil disamping Prilly.

Prilly terkekeh, ada-ada saja panggilan untuknya dari kedua sahabat Ali ini. "Gue baik-baik aja kok, kalo kalian?"

Bram duduk disebelah Reno. "Gue baik Mpriilll..."

"Ah, Bram. Yang ditanya Bebep Mpril itu gue, kenapa lo yang jawab." Sungut Reno kesal.

"Lo jawabnya lama, gue aja yang jawab biar cepet."

"Ya gak bisa gitu dong, Bebep Mpril itu tanyanya ke gue."

Prilly hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka.

"Lagian lo manggilnya pakek kata 'Bebep' terus, gue laporin ke Ali nyaho lo." Balas Bram.

Mendengar nama Ali diucapkan membuat hati Prilly kembali terasa sesak, Ia menundukkan kepalanya kemudian terisak pelan.

"Lo mah main lapor aja kek satpam komplek, sekali-kali baik dikit dong ama gu-...  Prill? Lo nangis?" Ucap Reno terpotong saat melihat Prilly menundukkan wajahnya dan bahunya bergetar. Bram pun menolehkan pandangannya kepada Prilly.

"Prill lo kenapa? Kok nangis? Lo gak digigit Reno kan?" Tanya Bram sembari mencoba menghibur Prilly. Namun yang terjadi malah sebaliknya, isakan Prilly semakin keras.

"Sembarangan kalo ngomong, emang gue lebah yang main gigit orang."

"Dasar Ogeb! Lebah itu nyosor, kagak gigit."

"Lo kata Bebek apa main nyosor, Lebah itu menyengat. Dasar Bramosmal."

"Apa itu Bramosmal?" Tanya Prilly ditengah tangisannya yang membuat Bram dan Reno saling pandang.

Ternyata Prilly mendengar celotehan mereka, Bram pun mengangguk kepada Reno mengisyaratkan untuk melanjutkan celotehnya.

"Bram Bego Maksimal."

"Dasar Ayam penyet."

"Body kayak gini lo bilang penyet? Wah, sahabat macam apa dikau Bram? Teganya dikau menghina tubuhku yang sexy ini."

Langit Bumiku [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang