On Vacay

80 5 0
                                    

Dimas Anantara
Dimas: Ra, gue bener2 minta maaf. Maaf udah bikin lo salah paham.
Clara: Udahlah, Dim. Eh, langgeng ya!
Dimas: Maaf banget, Ra. Semoga lo dapet yang terbaik. Gue bukan orang yang tepat buat lo.
Clara: Thank you, Dim!

Hati Clara meringis saat membaca chatnya dengan Dimas semalam. Ya, lagi-lagi, Dimas meminta maaf kepadanya. Untuk yang kesekian kalinya. Alih-alih memikirkan hal itu lebih lama lagi, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam clutch-nya.

          Sejak pagi ini, ia sudah memutuskan untuk tidak membiarkan kesedihan menenggelamkannya lagi. Ada satu hal yang membuatnya begitu ceria ketika ia membuka matanya pagi ini. Yup, another vacation with Circle of Light! Namun bedanya, kali ini, mereka pergi tanpa Dimas. Dimas berkata ia dituntut oleh orang tuanya untuk terus berlatih, sehingga ia tidak punya waktu untuk bersenang-senang lagi, seperti dulu.

Seperti biasa, meeting point-nya bertempat di rumah Ayunda, dan semua telah sepakat untuk berkumpul jam 8.30 pagi. Saat ini sudah pukul 8 pagi, yang artinya, Clara memiliki kurang lebih 15 menit untuk bersiap-siap, dan 15 menit lainnya untuk perjalanan ke rumah Ayunda.

--

"Guysss! Sorry, gue telat! Tadi macet, parah." Clara tergesa-gesa menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul di rumah Ayunda.

"Alasan!" teriak Brian.

"Apaan, sih, lo!" Clara menggerutu sebal.

"Ya ampuuun.. kalian! Pagi-pagi udah berantem aja," seru Salsa.

        "Iya, nih! Awas aja ya, kalo lama-lama jadi saling suka!" timpal Farel.

         "IDIH! AMIT-AMIT!" teriak Clara dan Brian bersamaan.

        "Udah, udah. Nggak pa-pa, kok, Ra. Ini gue juga baru selesai siap-siap," ujar Ayunda tersenyum kepada Clara.

         "Iyalah, Ayunda mah dandannya sejam." Mika terkekeh melihat Ayunda yang sedang merapikan alisnya.

         "Ngobrol mulu, kapan berangkatnya nih? Udah nggak sabar gue!" gerutu Nico yang sedari tadi menahan rasa lapar.

          "YUK!"

--

          Kali ini, Clara tergabung di mobil Brian karena paksaan Vino. Tentu saja, Brian sangat senang, namun ia berusaha untuk menutupinya. Ia mencoba bersikap senormal mungkin di depan Clara.

"Ih, ngapain lo di mobil gue? Tuh kan, lo yang nyari-nyari gue terus," goda Brian usil.

     "Yaudah, gue di mobil Ray aja," Clara baru saja hendak keluar dari mobil saat tangan Brian menahannya.

"Bercanda, ih, gitu aja ngambek," Brian mengacak-acak rambut Clara.

Vino, Mika, Hana, Dika, dan Devina yang ada di mobil Brian tertawa geli melihat kelakuan mereka berdua yang tidak ada habisnya. Clara dapat merasakan pipinya memanas. Ah, tanpa disadari, Brian membuatnya salah tingkah. Clara pun mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu pura-pura mencari sesuatu di dalam tasnya.

          Satu setengah jam perjalanan tidak terasa lamanya, karena mereka bernyanyi di sepanjang perjalanan. Dimulai dari lagu Thinking Out Loud dari Ed Sheeran sampai lagu Kukatakan Dengan Indah dari Peterpan. Sesekali, Clara melihat ke arah cermin dan mendapati Brian sedang memperhatikannya. Clara tak dapat mengelak lagi, ia benar-benar salah tingkah dibuatnya.

--

"Akhirnyaaa.. sampai juga!" seru Ayunda.

"Gimana di mobil Brian? Seru nggak?" goda Karina.

"Apaan sih, biasa aja," sahut Clara datar. "Di mobil Ray pasti seru, kan? Ketahuan lo, senyum-senyum sendiri,"

"Nggak lengkap kalau nggak ada lo, lah!" Karina menyenggol siku Clara. "Tuh, ada yang nyariin lo,"

Baru saja Clara hendak menoleh untuk melihat siapa yang dimaksud Karina, Brian sudah bergerak cepat merampas topi Clara sambil tertawa lepas. Clara sudah lelah dengan tingkah laku Brian yang kekanak-kanakan, maka ia membiarkannya saja. Ia memilih untuk tidak menghiraukannya dan segera menyusul sahabat-sahabatnya yang sudah berjalan menuju pantai. Tak disangka, Brian berlari mendahuluinya dan menghalangi jalannya.

"Bri, apaan sih lo, udah deh!" gerutu Clara kesal.

"Stop! Lo gak boleh lewat," ujar Brian seraya menggantungkan topi Clara di atas pohon.

"Briaaan! Duh, guys, tolongin gue dong," pinta Clara pasrah.

Brian pun segera mengambil kembali topi Clara dan mengenakannya. Seakan-akan tak pernah kehabisan akal, ia merentangkan tangannya seolah-olah tidak ingin Clara berjalan mendahuluinya. Clara pun melayangkan tinju-tinju kecil ke punggung Brian. Ia sangat kesal. Ia tak punya pilihan lain selain berjalan di belakangnya.

--

"Wah, gila, keren banget pantainya! Buruan sini!" seru Farel yang sudah sampai lebih dahulu.

"Tungguin gue dong bro!" sahut Dika.

"Farel cepet amat sih jalannya," sahut Mika terengah-engah.

"Udah, lo pelan-pelan aja jalannya sama gue," Hana meraih tangan Mika.

"Mik, hati-hati!" Vino mencemaskan Mika yang hampir terpeleset.

"Aduh, perhatian banget nih si Vino," Salsa terkekeh.

Vino tampak salah tingkah, dan tawa mereka pun pecah. Saat semua sudah duduk menikmati indahnya pantai, Clara dan Brian baru bermunculan. Dari kejauhan, Brian tampak sedang meraih tangan Clara yang kesulitan untuk melewati batu karang.

"Cieeee.. ada pasangan baru nih, kayaknya," Nico tersenyum geli melihat Clara dan Brian.

"Ih, enggak! Brian tuh yang nyari-nyari gue," sahut Clara.

"Enak aja! Clara tuh yang deket-deket gue terus," Brian tak mau kalah.

"Liat aja tuh, topinya Clara aja dipakai sama Brian," tambah Ray.

"So sweet!" teriak Mika dan Hana bersamaan.

Clara dan Brian salah tingkah. Itu sudah terlihat dengan sangat jelas. Mereka sama-sama melangkah menjauh dan pura-pura seperti tidak ada yang terjadi di antara mereka.

             Setelah dua jam lamanya mereka bermain dengan deburan ombak di pantai, yang sesungguhnya adalah sebuah usaha melupakan realita masa putih abu yang semakin membuat kepala pening berkat adanya ujian yang tiada habisnya, perut mereka pun sepertinya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Maka mereka memutuskan untuk mencari makan siang sebelum akhirnya kembali ke rumah masing-masing, dan menghadapi realita, lagi.

Sesampainya di rumah, Clara baru menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang. Topinya. Topi kesayangannya itu masih ada pada Brian. Clara menggeleng dan tersenyum. Walaupun Brian menyebalkan, namun entah kenapa berada di dekatnya saja bisa membuat Clara merasa nyaman. Oh tidak. Ini salah. Ia tidak akan membiarkan perasaan ini semakin membesar, gumamnya dalam hati.

**
Author's Note:
Baper alert!! Hahaha siapa nih diantara readers yang baper sama Brian-Clara? Comment below yaa!

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang