Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Tak terasa, Ujian Nasional sudah berhasil dilalui oleh seluruh siswa SMA Walta Claire. Mereka akhirnya mendapatkan liburan yang sesungguhnya. Di sisi lain, mereka sedih karena sebentar lagi akan melepas masa paling indah, yaitu masa putih abu. Begitupun dengan Clara, ia sangat sedih karena akan berpisah dengan sahabat-sahabatnya, Circle of Light. Semua akan memilih jalannya masing-masing demi mengejar cita-citanya.
--
Penantian panjang Clara berakhir. Ia telah menunggu-nunggu hari ini dengan sangat tidak sabar. Prom Night SMA Walta Claire! Ia pun bergegas ke salon langganannya dengan Karina untuk segera dirias untuk malam nanti. Clara mengangguk mantap melihat pilihan gaunnya, yang berwarna biru navy, sedangkan Karina memilih dress warna merah maroon.Seusai dipoles dengan make up yang menawan, lengkap dengan riasan rambut yang tidak kalah menawannya, mereka pun berangkat ke lokasi acara Prom Night SMA Walta Claire, yaitu Gold Diamond Hotel.
--
"Oh my God, look at you two! Kalian stunning banget malam ini," seru Ayunda saat menghampiri Clara dan Karina.
"Not as stunning as you, darling. Mana yang lain?" tanya Karina seraya mencari-cari anggota Circle of Light yang lainnya.
"Itu Mika, Salsa, Hana, sama Devina!" seru Clara sembari melambai ke arah sahabat-sahabatnya.
"Ke photobooth, yuk!" ajak Hana. "Keburu ramai,"
Mereka segera menuju photobooth dan beraksi di depan kamera dengan sejumlah gaya yang kompak. Setelah puas selfie dan wefie, mereka menyebar untuk menyapa teman-teman mereka yang lainnya.
Clara melihat ke sekeliling ruangan dan mendapati dirinya mengagumi kerja keras para panitia Prom Night dalam menyulap tempat ini menjadi tempat yang sangat indah dan memukau. Kini, tatapannya tertuju pada layar yang berada di dekat panggung, yang tengah menampilkan kompilasi video dari kelas X sampai kelas XII. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu banjir dengan tangisan penuh haru. Tak disangka, tiga tahun masa putih abu bisa terlewati dengan sangat cepat.
"Gue haus nih, gue mau ambil minum dulu ya," ujar Clara kepada Karina.
Karina menahan tangannya. "Bentar!"
"Apaan sih, Rin?" tanya Clara bingung.
Karina memutarkan kepala Clara ke arah panggung. Clara terkesiap melihat siapa yang ada di depan panggung dengan gitarnya.
Brian.
Yang kini membuat Clara mengerutkan dahi.
Sudah lama sekali, ia tidak melihat Brian. Sudah lama sekali, sejak Brian memilih untuk menjauhinya. Sudah lama sekali, sejak Brian bercanda tawa dengannya. Semua kenangan itu seketika menyeruak dan menyibukkan pikirannya. Apa yang sedang dia lakukan di depan sana? Clara bertanya-tanya dalam hati.
"Selamat malam, teman-teman. Gue mau nyanyiin satu lagu, boleh kan?" riuh tepuk tangan mulai terdengar.
"Lagu ini, buat seseorang yang selama ini gue sayang, tapi sepertinya dia nggak tahu itu," Brian mulai melantunkan lagu Fix You milik Coldplay. Lagu favorit Clara.
Vino, Ray, Dika, Farel, dan Nico menyemangatinya dari kejauhan. Mereka mengacungkan jempol dan memberikan tepuk tangan paling keras.
"Lagu itu, buat lo," ujar Ray kepada Clara yang masih mematung menyaksikan apa yang Brian lakukan di depan sana.
"Dia rela setiap hari belajar main gitar sama gue demi nyanyi buat lo di prom," tambah Vino mantap.
Clara salah tingkah dan tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Terakhir ia berbicara dengan Brian yaitu saat ia meminta maaf kepadanya di koridor kelas, yang berujung pahit, karena Brian tak ingin mendengarkan sepatah katapun darinya. Setelah kejadian itu, ia malah memblokir Clara di media sosial manapun.
Clara pikir Brian sangat membencinya. Namun ternyata..
"Gila, Brian diam-diam sweet ya," Salsa terkagum dengan keberanian Brian.
"Inget ya, kalau ditembak nggak boleh nolak! Awas aja lo!" tambah Karina.
When you love someone but it goes to waste, could it be worse?
Lights will guide you home
And ignite your bones
I will try to fix youAlunan melodi gitar dan suara indah Brian berhasil membuat seisi ruangan tersentuh akan ketulusannya. Tentu saja, setelah itu, tepuk tangan paling meriah dan sorak sorai ditujukan kepada Brian. Brian tersenyum dan mengucapkan terima kasih, khususnya kepada para panitia yang memperbolehkannya merealisasikan aksinya yang butuh nyali tinggi ini.
Semua terdiam saat Brian melangkah mendekati Clara. Menunggu apa yang akan dikatakan Brian, Clara justru tak kuasa menatap wajahnya. Brian meraih tangan Clara dan mulai berbicara.
"Ra, gue mau kuliah di Aussie," Brian membuka pembicaraan seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi di antara mereka, dengan sebuah berita yang teramat mengejutkan.
"APA?!" seluruh anggota Circle of Light terkesiap mendengar pernyataan Brian.
Begitupun dengan Clara. "A- apa? k- kok.. lo.. mendadak.."
"Besok gue berangkat. Lo jaga diri ya. Kalian juga. Sekarang gue mau pulang duluan, mau lanjut packing," tambah Brian.
"KOK LO NGGAK BILANG-BILANG SIH, BRO?" tanya Ray seraya mengguncang-guncangkan tubuh Brian.
"Maafin gue. See you, ya. Take care. Pasti bakal kangen," Brian melangkah pergi.
Clara menutup mulutnya tak percaya. Bulir-bulir air matanya pun berjatuhan. Alih-alih menyusul Brian, ia malah mematung di tempatnya. Ia tak bisa bergerak, maupun mengeluarkan sepatah kata pun.
Semua mata sahabat-sahabatnya tertuju padanya. Memang benar, ia harus menyatakan perasaannya sebelum Brian pergi.
Bahwa ia juga sayang, bahwa ia juga telah jatuh hati kepada Brian.
Ia ingin memanggil nama Brian, namun ia seolah-olah kehilangan suaranya.
"Ra! Tunggu apa lagi? Kejar!" seru Karina.
Clara akhirnya berhasil mengumpulkan tenaga dan nyalinya dan segera berlari mengejar Brian, meski ia sedang memakai heels setinggi 10cm pada saat itu.
Apapun demi Brian.
Untung saja, Brian masih ada di lobby. Clara mengatur nafasnya sebelum mengutarakan perasaannya kepada Brian.
"Bri, tunggu. Gue.." suara Clara bergetar.
"Stupidly, I'm in love with you and I don't know why,"
Clara menggeleng dan menutupi wajahnya. Ia tak pernah seberani ini menyatakan perasaannya. Ia merasa ingin menghilang sekarang juga dari hadapan Brian.
"I know," Brian berbalik dan tersenyum usil. "Makasih udah nyusul gue kesini, soalnya gue punya berita penting juga buat lo,"
"Berita apa?" Clara menyeka air matanya.
"Berita kalau gue bohong tadi. Gue nggak kuliah di Aussie kok," Brian terkekeh. "Nanti lo nangis kalau gue tinggalin,"
"BRIANNN!" Clara melayangkan tinju-tinju kecilnya kepada Brian.
Brian meraih tangan Clara dan memeluknya. "I love you, idiot," Brian memeluknya lebih erat lagi.
Air mata Clara tumpah, namun ia tersenyum lega. Ia tak pernah menduga bahwa hatinya akan menjadi milik Brian, yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya di masa putih abu.
**
Author's Note:
Cieeee, yang pada baper!! Gimana ceritanya? Let me know yaaa by commenting below!
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Love Story
Teen FictionMeet Clara, seorang gadis belia yang periang, seolah-olah hidupnya sangatlah sempurna. Ditambah lagi, ia mempunyai teman-teman yang senantiasa mewarnai hari-harinya. Namun, dibalik senyum manisnya yang seakan tak pernah sirna dari wajahnya, ada sesu...