Wait, what?

65 4 0
                                    

"Clara Michella" panggil Pak Tommy, guru Penjaskesnya, yang sedang mengisi daftar presensi.

"Hadir, Pak!" sahut Clara sembari mengacungkan tangannya.

"Cie, Sammy!" seruan siswa-siswa kelas sebelah, XII IPA 2, membuat Clara mengernyitkan alisnya.

Sammy? Oh, Clara baru ingat. Sammy merupakan seseorang yang Clara tabrak saat ia buru-buru karena nyaris terlambat masuk kelas. Sesungguhnya, Clara tak terlalu mengenalnya, mengingat jumlah siswa SMA Walta Claire yang mencapai 200, dan ruangan kelas mereka yang terpisah cukup jauh.

"Sammy? Seriously? Kok lo nggak pernah cerita sama gue?" tanya Karina bingung.

Clara mengangkat bahu. "Yaelah, Rin, gue aja nggak kenal,"

Dimas memerhatikan Clara dari kejauhan. Hal yang didengarnya barusan cukup membuatnya terkejut, karena Sammy merupakan salah satu teman dekatnya di kelas. Oh, ternyata Sammy menyukai Clara, pikir Dimas. Ia pun tersenyum melihat Sammy yang ada di sampingnya.

"Bro, mau gue bantu PDKT sama Clara nggak lo?" ujar Dimas mantap.

"Serius lo, Dim? Mau banget lah!" jawab Sammy antusias.

Karina memicingkan matanya melihat Dimas yang tengah mengacungkan jempol kepada Sammy. Ada sesuatu yang tidak beres sepertinya, gumam Karina dalam hati. Ia rasa ia harus segera berusaha menarik Clara sebelum tenggelam dalam perasaannya kepada Dimas.
---

CIRCLE OF LIGHT
14 members
Mika: Hai guyss
Vino: Hai Mikaaa
Mika: Ih kok lo doang yg muncul?
Vino: Yaudah gue pergi lagi deeh
Clara: Uhuk uhukk
Brian: Kalo batuk minum obat dong lo! Jgn bales chat!
Ray: Wkwkwkwk
Clara: Apaan sih Bri! Gausah sok perhatian!
Brian: Iyalah! Gue kan calon!
Vino: Berantem mulu orang dua ini
Devina: Awas lhooo
Clara: Calon apa?
Salsa: Calon pacar, cie cieee
Brian: Calon dokter! Jangan GR dong lo!
Nico: Wkwkwk lol
Clara Michella left the group.

        Clara menggerutu menatap layar ponselnya. Ia tak tahu mengapa Brian membuat hatinya seperti rollercoaster, naik turun tak menentu. Ia sangat kesal kepada Brian, sampai akhirnya ia tidak berpikir dua kali untuk meninggalkan group chat untuk meredakan amarahnya.

Clara mengerutkan dahi melihat nama Sammy Perdana menambahkan dirinya sebagai teman di LINE, lengkap dengan pesan baru darinya.

Sammy Perdana
Sammy: Hai, Clara ;)
Clara: Ya, Sam?
Sammy: Lagi apa nih, Ra? Udah makan?
Clara: Hmm, udah kok hehe
Sammy: Tadi pulang sekolah jalanan macet gak?
Clara: Emangnya kenapa?
Sammy: Gapapa, kepo aja. Cuaca hari ini bagus yaa?
Clara: Iya.. begitulah

        Clara terkekeh seraya menggeleng. Ia rasa Sammy kurang berpengalaman mendekati perempuan. Menanyakan soal kemacetan? Cuaca? Yang benar saja, gumamnya. Tak ingin melanjutkannya, Clara memilih untuk mematikan ponselnya dan menyelesaikan PR Matematika yang tiada habisnya.

---

CIRCLE OF LIGHT
13 members
Clara Michella joined the group.
Salsa: Welcome back Claraaa
Clara: Hehe sorry guys. Btw kok membersnya 13 ya?
Hana: Brian left, Ra
Clara: Hah? kenapa?
Ray: Dia kan ngikutin jejak lo, ihiy
Mika: So sweet!

---

        Clara bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Brian misterius sekali? Ia harus mencari tahu. Lalu, tanpa berpikir dua kali, ia segera menghubungi Ray, karena Ray-lah yang paling dekat dengan Brian. Mereka pun setuju untuk bertemu di sebuah kedai es krim.

"Ray, apa aja yang terjadi selama gue left group?"

"Tiap ada yang nanyain lo, si Dimas yang jawab.. bilang lo lagi les lah, apa lah," jawab Ray.

"Masa sih? Terus Brian temen lo tuh kenapa?"

"Entah. Tiba-tiba aja dia left group waktu itu. Cemburu kali," Ray terkekeh.

           Clara tersentak. Ray tidak mungkin mengada-ada. Ia memutuskan untuk menggali informasi lebih banyak. Namun, pupuslah harapannya, mengingat Brian adalah sosok yang cukup tertutup, terlebih masalah hatinya. Ray belum bisa memberitahu lebih banyak lagi, tetapi ia janji akan membantu Clara mencari kepastian masalah Brian.

                --
Karina baru saja hendak melangkah memasuki Unit Kesehatan Sekolah, dan langkahnya terhenti seketika saat melihat Dimas bercakap-cakap dengan seorang perempuan di sana. Tentu saja, Dimas tak menyadari kehadiran Karina. Dimas tampak sangat akrab dengan perempuan itu. Karina menggeleng, ia semakin yakin bahwa Dimas bukanlah orang yang tepat untuk Clara.

  "Misi dong," ujar Vino kepada Karina.

  "Eh, ngagetin aja sih lo! Btw, itu Dimas sama siapa sih? Kok gue nggak pernah liat anak itu ya?" tanya Karina penasaran.

"Namanya Mira, junior kita. Anak PMR," sahut Vino pendek.

"Mereka.. deket?" tanya Karina hati-hati.

  "Kayaknya sih gitu, gue lumayan sering lihat mereka berdua sih," Vino mengangkat bahu.

  "Terus.. Clara?" Karina bingung harus bagaimana. "Gue duluan, ya, Vin!" Karina langsung melesat hendak ingin menemui Clara secepatnya.
----

        Clara dapat merasakan hatinya tersayat saat mendengar semua penjelasan Karina. Tapi, ia masih belum sepenuhnya percaya sampai ia melihatnya dengan mata kepala sendiri. Tidak ada pilihan lain, Clara telah mengambil keputusan. Ia akan menanyakannya langsung kepada Dimas. Clara tidak ingin terus bertanya-tanya tanpa ada jawaban yang pasti.

--

Dimas Anantara
Dimas: Hai, Ra
Clara: Cie, lagi deket sama Mira ya?
Dimas: Kok lo kenal dia?
Clara: Kenal dong. Jadi, kapan nih mau nembak?
Dimas: Nantilah, pelan-pelan dulu, Ra. Hahaha. Doain ya.

         Bulir air mata Clara jatuh saat membaca jawaban Dimas. Kenapa dia bilang semua itu seolah-olah nggak ada apa-apa di antara kita? Apa selama ini memang nggak ada apa-apa? Bodoh, Clara, bodoh. Air mata Clara semakin deras, ia tidak tahan lagi. Ia segera menelepon Karina dan beberapa menit kemudian, sahabatnya itu sudah tiba di rumahnya. Karina berhambur memeluknya. Ia tahu Clara hanya butuh pendengar yang baik untuk saat ini. Ia bersedia melakukan apapun demi melihat senyum sahabatnya kembali terlihat.

**
Author's Note:
Readersss! I'm nothing without you, so pleaseee leave comments below! xoxo

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang