~17~ ♥※Kesulitan※♥

1.5K 109 3
                                    

%%%____DaT____%%%

"Sesungguhnya setiap kesulitan pasti ada kemudahan." (Q.S AL INSYIRAH:6)

**Flashback**

"Kita harus merahasiakannya dari Mika, aku ingin membuat kejutan padanya." Ucap Aryan tersenyum tipis ingin segera tahu bagaimana reaksi satu temannya itu ketika mendengar dia akan bertunangan secepat itu dengan gadis yang tidak dia sebutkan.

"Bahkan dari Zahra juga?" tanya Zena meliriknya.

"Kasih tahu saja dia, tapi kamu juga harus memberitahunya jangan bilang dulu pada Mika." Jawab Aryan masih dengan senyumnya.

Zena mengeluarkan kotak kecil merah beludru dari saku jaketnya yang pernah Aryan berikan padanya. "Tapi ada sesuatu yang harus aku katakan sebelum besok pertunangan kita, dan aku ingin meminta maaf padamu mas." Ia menyodorkan kotak kecil itu.

"Ini …?"

"Ya, ini cincin yang pernah mas titipkan padaku. Mas ingat kan apa yang waktu itu mas katakan, mas akan kembali lagi ke sini memasangkannya ke jariku, atau mengambil lalu membuangnya jika mas tidak jadi tunangan denganku." Jelas Zena masih mengingatnya.

"Akh, waktu itu aku memang sedang kalang kabut dan tak menyangka, akhirnya aku akan memasangkannya juga ke jari manismu itu-"

"Tidak," potong Zena, "sudah aku katakan aku minta maaf masalah ini, aku tidak bisa menerima cincin permata puluhan karat ini, jujur aku tidak biasa memakainya, bahkan orang-orang akan mengetahui kalau cincin ini harganya pasti ratusan juta." Tolak Zena sembari masih menyodorkannya pada Aryan.

"Tapi cincin itu sengaja aku pilihkan untukmu dari awal mula niatku ingin menikahimu, dan kau pantas untuk menerimanya sebagai tanda cinta dan ketulusanku padamu Na." Jawab Aryan masih tidak mau mengambil kotak cincin itu dari tangan Zena.

Zena menggelengkan kepalanya. "Aku tau kalau mas tulus mencintaiku, begitupun sebaliknya aku juga Cinta pada mas karena Allah, tapi bukan dengan cincin permata semahal ini, cukup dua gram cincin biasa saja aku sudah senang menerimanya, karena ikatan kita bukan dilihat dari cincin yang melingkar di jari kita, tapi hati kita,"

Aryan tampak terpaku mendengar setiap ucapan Zena, dari ribuan wanita yang dia temui dan dia pacari. Zena memang yang paling berbeda.

"Ambilah, aku sudah tahu dari kak Fajar kalau mas sudah tidak diakui oleh orang tua mas dan pergi dengan tabungan mas yang tidak seberapa, maka dari itu ambilah dan ganti dengan cincin biasa, aku yakin suatu hari nanti mas akan membutuhkannya." Desak Zena lagi.

Aryan menghela napasnya getir, seandainya kedua orang tuanya merestui dan mengizinkannya masuk agama islam, pasti ceritanya akan lain lagi dan pastinya akan lebih bahagia.

Aryan terpaksa menerimanya. "Aku memang tidak salah memilih mencintaimu karena Allah Na." Ucapnya berkaca-kaca. Zena hanya tersenyum kecil.

Ternyata tak sengaja pak Zainal mendengar percakapan mereka dari pintu yang terbuka sedikit.

"Zena?"

"Hmmm."

"Bolehkah aku …-?"

"Ahemmm." Pak Zainal sengaja batuk dengan keras mengagetkan mereka berdua.

Aryan dan Zena sedikit terkesiap. Pak Zainal mendekati keduanya.

"Eh Wa haji kami-"

"Abi. Sekarang panggil bapak dengan panggilan Abi, besok kalian kan akan bertunangan." Potong Pak Zainal membuat Zena semakin tersipu malu.

DIRIMU adalah TAKDIRKU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang