%%%____DaT____%%%
Mika dan Zahra mengantarkan Aryan dan Zena ke Bandara. Sebenarnya semuanya ingin pergi mengantar ke Bandara. Namun, dipikir lagi mereka seperti mau mengantar Aryan dan Zena (serahan) ke perayaan pernikahan lagi. Dan juga Zena sedikit melarang karena mengerti mereka pasti lelah sehabis hajatan.
Mika duduk dengan Aryan, sementara Zahra duduk di sebelah Zena, mereka duduk di bangku Bandara agak berjauhan.
"Na, hati-hati ya di sana, kalau ada apa-apa segera hubungi kami." Kata Zahra.
Zena mengangguk. "Kamu tenang aja Ra. Di sana kan ada mas Aryan."
"Iya aku tahu hal itu. Jadi selamat menikmati Honeymoon'nya." Goda Zahra membuat Zena menunduk tersenyum malu.
Sementara Mika tampak bisik-bisik dengan Aryan.
"Gimana semalam? Lancar?" tanya Mika sedikit menggoda Aryan.
"Apakah gue harus menceritakan semuanya di sini dengan sedetailnya?" Aryan malah balik bertanya sedikit menggoda Mika juga.
Mika dan Aryan jadi cekikikan. "Semprul lo, kaga usah lah. Takut gue nanti pengin nikah juga. Yang penting lo udah bisa naklukin rasa ragu dan takut lo itu. Dan lo udah jadi pejantan tangguh."
"Sialan lo. Emang gue dulu bencong apa." Kata Aryan tak bisa menahan tawanya. Begitupun Mika masih cekikikan.
Zahra dan Zena hanya menurunkan sebelah alisnya.
"Mereka lagi membicarakan apa sih?" tanya Zahra jadi kepo.
Zena tersenyum melihat ke arah mereka. "Biasa. Mungkin mereka sudah lama tak bercanda seperti itu."
Tak lama suara pengumuman penerbangan ke Australia pun terdengar menggema di Bandara.
"Sudah saatnya kalian masuk ke pesawat." Kata Mika memeluk Aryan.
"Hati-hati juga lo di pesantren. Tolong jagain Abi Haji, Umi sama adik-adik gue. Kalau ada apa-apa di pesantren segera hubungi gue-"
"Iya.. Iya," potong Mika, "lo jangan khawatir kalau masalah itu, bersenang-senanglah kalian di sana. Buat moment yang tak terlupakan selama di sana." Ucapnya sembari menepuk-nepuk punggung Aryan.
"Ingat Na, jaga kesehatan di sana." Kata Zahra.
"Kamu juga Ra, salam pada ayah dan bunda (orang tua Zahra)." Ucap Zena.
Aryan dan Mika mendekati keduanya.
"Bang Aryan, awas ya kalau ada apa-apa dengan kalian nggak ngasih tahu ke sini, pokoknya setiap hari setiap moment kalian harus selalu ngasih tahu dan ngasih kabar." Kata Zahra nyengir.
"Iya.. Iya bawel." Jawab Aryan mengacak-acak rambutnya Zahra.
Aryan memeluk Mika, begitupun Zahra memeluk Zena.
Setelah itu Aryan mengulurkan tangannya pada Zena, disambut dengan senyum hangat dan uluran tangan Zena.
"Semoga mereka pulang dan pergi dengan selamat," ucap Zahra melihat mereka melangkah pergi.
"Aminnn," jawab Mika melingkarkan lengannya ke tengkuk lehernya Zahra. "Yo pulang, perjalanan kita juga jauh kan harus kembali ke Bandung jemput orang tuamu dan juga Tante Lynnel."
Zahra hanya mengangguk masih menatap punggung Zena dan Aryan yang semakin hilang ditelan orang-orang yang lalu-lalang ada yang hendak pergi dan ada juga yang pulang atau petugas Bandara.
Aryan takut Zena terpisah, jadi dia menggenggam erat tangan Zena.
Zena tak pernah bergandengan tangan seperti itu di depan banyak orang, akan tetapi Aryan adalah suaminya. Jadi itu tidak jadi masalah lagi apalagi di Bandara banyak orang lalu-lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRIMU adalah TAKDIRKU [END]
EspiritualEND [08 July 2019] Cinta memang tak memandang status dan usia. Agama dan juga Harta. Tetapi... Jika cinta hadir dari yang berbeda agama. Apakah semudah itu cinta akan dapat restu dari semuanya? Allah Maha pembolak balik hati. Jika yang di atas berk...