JIA 16

410 42 0
                                    

Kemungkinan yang tak terelakkan

...

Jisan's Prov

Sudah beberapa kali kulihat jam yang melekat ditangan kananku, sekarang pukul 7.28pm, ternyata setengah jam lagi. Kenapa lama sekali Kia mandinya, apa ia juga lupa dengan janjinya yang sekarang?

Ceklek

Pelan namun masih terdengar olehku.

Senyum manis terlukis di bibir tipis Kim Kia. "maaf sudah membuatmu menunggu lama" sekarang ia berdiri dihadapanku.

Jumper croptee dipadukan dengan celana jeans diatas lutut dan sepatu convers hitam, eoh Kia juga memakai bennie head sebagai aksesoris tambahan. Simple tapi tetap terlihat Stylist.

Ah tunggu sebentar, apa yang ada ditelinga kirinya itu sebuah tindik? Kia menindik telinganya? "dasar Gadis nakal" lirihku

"ne?"

"ah ani, ayo berangkat"

"ne. Bibi.. Kia berangkat dulu ya?"

Bi Mina berjalan menghampiriku dan Mia. "N-n, Kia mau kemana?"

"oh iya aku lupa ngasih tau Bibi, Aku mau keluar dulu Bi sama Kak Jisan, Bibi jaga rumah ya?"

"Iya N- Kia, jangan pulang terlalu malam Ki"

"siap Bi"

"Den Jisan, Bibi titip Kia, tolong jagain Kia ya Den"

"iya Bi, pasti. Saya sama Kia berangkat dulu Bi"

"baik Den hati-hati, hati-hati Kia"

Beginilah nasib anak tunggal seperti Kia, sampai Asisten rumah tangga saja sangat menyayanginya. Bagaimana orang bisa menolak untuk tidak menyayangi Kia, dilihat dari luarnya saja semua orang pasti menyayanginya apalagi kalau dilihat dari dalamnya juga. Ambigu. Maksudku dilihat dari sisi kebaikan, keramahan dan kelembutannya pada orang lain. Tapi tidak olehku, Kia tak begitu baik padaku, mungkin ini balasan untukku karna dulu aku sering mengabaikannya, lebih tepatnya aku bersikap cuek pada Kia.

....

Authors's Prov

Sepertinya Mia masih kesal pada Kakaknya, terlihat dari raut wajah dan bibir manyun Park Mia.

"andwae, Pokoknya Aku harus nonton Konsernya Jay Park. Aku tidak peduli kalau Daehyun Oppa melarangku"

"eoh, Adik kesayanganku masih marah?" Daehyun berjalan menuruni tangga.

Miaemalingkan wajahnya setelah menatap wajah Kakaknya sekilas.

"jadi Kamu lebih mementingkan Jay Park daripada Kuliahmu?" ucap Daehyun yang semakin membuat telinga Mia panas.

"menurut Oppa!" dengus Kia dengan senyum sinis

"jauhkan Jay Park dari fikiranmu, kamu ini baru semester 3 Mia, seharusnya kamu memikirkan cara agar nilai kuliahmu meningkat bukan memikirkan cara untuk menonton Konsernya Jay Park" Daehyun berdiri dibelakang Mia dan membelai lembut rambut Mia.

"shireo. Lagipula tidak setiap hari kan Jay Park mengadakan konser? Heol, hampir setahun aku menantikan saat ini Oppa. Konsernya juga tidak memakan waktu lama kok, cuma beberapa jam dan jarak antara Daegu dengan Seoul juga tidak terlalu jauh, 2-3 jam juga sampai"

"tetap saja, setiap detik itu berharga Mia. Aku tau cuma beberapa jam tapi apa kam-"

"Oppa egois, jahat, kejam"

"bukan begitu Mia, Oppa hanya ingin-"

"Aku ini tidak sejenius dirimu Oppa, aku ini adik yang bodoh. Jangan berharap Aku akan melampauimu, Aku hanya ingin menikmati masa mudaku saja"

Daehyun berjalan mendekati Mia, ia duduk disamping kanannya Mia.

"cobalah mengerti, jika memang aku ini adik kesayanganmu"

"bagaimana bisa si Jay Park itu membuat adik kesauanganku membangkang pada ucapan Oppanya sendiri? Hah pesona Jay Park sungguh kuat ternyata" Daehyun tertawa kecil, tangannya memegang kedua tangan Mia. "baiklah, kau boleh nonton Konsernya Jay Park, se pu as nya"

Mia menganga tak percaya akan ucapan Oppa nya itu. "jinjja? Jinjjayo?" Daehyun menganggukkan kepala tanda setuju. "omoo.. Gomawo Oppa. Yey yey yey" Mia jingkrang-jingkrang seperti anak kecil didepan Daehyun.

"geumanhe.. Kau membuatku malu Park Mia"

"Saranghaneul Oppa, muah muah muah" Mia mencubit sekaligus mencium Pipi Park Daehyun.

"Ya! Geumanhae, atau aku tarik kembali perkataanku" sekejab Mia membisu, ia kembali duduk disamping Kakaknya, senyum 2 jari tak lupa ia tebarkan pada Kakaknya.

"eoh, matamu semakin lebar saja, apa kau seharian makan tomat?" ucapan frontal terlontar dari mulut Daehyun.

Tak tinggal diam, Mia memukul lengan Daehyun dengan bantal yang ada disampingnya. "Aniya! Nappeun. Oppa shireoyo, jinjja" Mia kembali kesal dengan kelakuan Daehyun yang satu ini. Daehyun terbahak-bahak dengan respon Adiknya itu. Sibling goals.

....

Kia's Prov

Namja ini, Namja yang duduk tepat disebelah kiriku, sedikit mesum tapi memiliki pesona yang kuat untuk seorang Namja. Tatapanku tak lepas dari kedua matanya, matanya begitu indah. Bagaimana bisa seorang Namja memiliki mata secantik ini? Mataku saja kalah cantik.

"aku tau kalau aku tampan, jangan menatapku seperti itu" ucapan Jisan berhasil membuyarkan lamunanku.

"ne?" Aku sebaik mungkin mengelak dan kembali menatap kedepan.

"aku sudah tahu jadi jangan mencoba berbohong padaku"

Aku meringis membenarkan perkataan Jisan. "aku iri denganmu"

"iri kenapa?"

"mataku tak secantik mata milikmu, sebagai seorang perempuan aku sedikit terhina dengan itu"

Perkataanku berhasil mengunggah tawa Park Jisan. "kau iri karna mata milikku? Lucu sekali. Ah tapi benar, mata milikmu tak secantik milikku" Park Jisan mengedipkan matanya membenarkan perkataanku.

"sial. Namja ini malah tersenyum bangga. Aku menyesal mengatakannya"

"dan sepertinya untuk Yeoja secantik dirimu, Namja sepertiku mengungguli kecantikanmu yang dipuja banyak Namja"

"kenapa dia malah menyombongkan diri? Apa itu patut disombongkan? Sebenarnya dia ini Real Namja atau Yeoja. Hhh"

"kau terlalu berlebihan Park Jisan, tetap saja, dimata Namja aku ini lebih unggul darimu walaupun ada sedikit dariku yang terungguli olehmu. Kau ini tetap Namja, jangan berfikiran untuk menjadi seorang Yeoja"

"Ya!! Siapa juga yang ingin menjadi Yeoja, aku sudah bangga dengan apa yang aku pumya sekarang"

"ya ya ya.. Salah satunya kau punya banyak penggemar. Menyebalkan"

"ya aku minta maaf, kau jadi terganggu karna penggemarku itu"

"tentu saja, mereka menyakiti mata dan telingaku, dan Penggemar fanatikmu itu aku tidak bisa memaafkannya"

"wae?"

"apa kau tidak tau, seminggu belakangan ini setelah kau terus menempel denganku, pengau itu menerorku, aku hampir gila karna tetor gilanya itu"

"seperti?"

"Ya! Apa harus kujelaskan juga? Seperti mengirimkan boneka bermata 1, kertas yang ditulis dengan darah walaupun aku tidak tau pasti itu darah asli atau palsu, dan banyak lagi"

"mengerikan"

"baru kuceritakan saja responmu seperti itu apalagi aku yang mengalaminya langsung, gila, aku hampir gila Kak Jisan"

"ah koreksi sedikit, Oppa, Jisan Oppa"

....

JIA [Jungkook & IU] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang