Author's Prov
Udara semakin dingin, kedatangan Park Jisan membangunkan Bi Mina dari tidurnya.
"lohh Kia kok? Eh ada Den Jisan" ucap Bi Mina sembari mengucek-ngucek kedua matanya.
"malam Bi"
"Bi Mina kok bangun? Kalo Bi Mina masih ngantuk, mending Bi Mina istirahat aja. Kia gapapa kok Bi"
"Iya. Tadi Bibi denger suara-suara dari dapur makanya Bibi kesini mau liat yang tadi itu suara apa"
"oh.. Maaf ya Bi, gara-gara Kia Bibi jadi keganggu tidurnya. Yaudah, Bibi istirahat aja"
"iya Bi, bentar lagi Aku juga pulang kok" sahut Jisan.
"kalo gitu Bibi pamit ke kamar dulu ya, permisi Den, Kia"
"iya Bi" sahut Kia dan Jisan bersamaan.
Kia kembali kedapur untuk mengambil beberapa camilan, Kia tahu pasti Jisan juga kelaparan karna dinginnya udara yang menusuk.
....
Kia's Prov
"eoh, ada kue kering nih"
Aku kembali menghampiri Jisan yang tengah menikmati teh buatanku.
"ini, makan dulu kuenya" aku menyodorkan kue yang masih terbungkus rapi.
"ne, gomawo. Uhm itu.. Aku mau.. "
"lupain aja kejadian waktu itu lagipula aku juga ga tertarik buat ngebahasnya"
"tapi-"
"aku paham kok maksud dari ucapan Oppa dan menurutku itu juga tidak salah, aku saja yang mudah tersinggung"
"tidak, itu juga salahku Kia, perkataanku terlalu kasar padamu"
Mendengar perkataannya, sedetik kemudian kuputar kedua bola mataku. "bagaiklah, biar adil, bagaimana kalau ini kesalahan kita berdua, setuju?" kuangkat jari kelingking tangan kananku.
"setuju" Park Jisan mengaitkan jari kelingking tangan kirinya pada jari kelingking tangan kananku.
Rasa senang memenuhi hatiku, kupeluk tubuhnya erat. Tubuhnya masih menggigil, aku sedikit khawatir dengan keadaannya.
"apa kau akan baik-baik saja?"
Jisan hanya menganggukkan kepala. "sebaiknya aku pulang sekarang"
"tapi Oppa, tinggalah sejenak. Udara diluar semakin dingin"
"maka dari itu, aku harus segera pulang sekarang. Lagipula ini juga sudah larut malam"
"menginaplah untuk malam ini, jebal"
"aku tidak bisa"
"kumohon, aku masih merindukanmu Oppa, seminggu menghindarimu sungguh menyakitkan bagiku"
"baiklah, aku akan menginap untuk malam ini saja"
"gomawo" kupererat pelukanku padanya.
"bukankah besok kamu ada kelas pagi? Sekarang tidurlah"
"aku masih belum mengantuk jadi biarkan aku seperti ini dulu"
"tidurlah kalau tidak kau akan telat besok"
"tap-"
"jebal"
Aku mempoutkan bibirku. "baiklah tapi.. "
"aku akan menemanimu, kaja"
Aku mengangguk kegirangan.
Aku dan Jisan berbaring di ranjang. Jisan menopang kepalaku didadanya. Ia membelai lembut rambutku sembari menyanyikan lagu.
"Oppa, kajima. Aku tidak bisa kehilanganmu"
"tidurlah, aku tidak akan kemana-mana" Ucap Jisan seraya mengecup pucuk kepalaku.
"Saranghae Oppa"
"Nado saranghae Kia"
Kulihat senyum tipis dibibirnya, begitu manis dan membuatku untuk membalas senyumannya.
Entah sejak kapan aku terlelap dalam pelukannya. Yang aku rasakan hanya hangat dan damai pelukan yang Jisan berikan padaku.
Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya? Rasa takut akan kehilangannya semakin besar, sedetik tak bersamanya saja sudah membuatku sangat gila. Ini akibat dari besarnya Cintaku padanya atau akibat pelet Park Jisan yang berhasil mengaitku?
....
Pukul 6.15am
Setengah jam yang lalu Chaerong menelfonku dan memberitahu kalau Kelas Bu Yuri hari ini libur jadi, pagi ini aku tidak perlu repot-repot berangkat ke kampus karna kelasku nanti jam 2pm.
Sekarang pekerjaanku adalah memperhatikan Park Jisan. Ia masih tertidur pulas disampingku, wajahnya sangat polos seperti anak kecil saat sedang tidur.
Mata, Hidung, dan Bibirnya sempurna. Ku usap pipinya lembut, sesekali aku mencubitnya. Jari jemariku terhenti pada bibir tipisnya yang menggodaku sejak awal.
"Oppa, sebenarnya kau ini malaikat atau apa? Sempurna saja tidak cukup untukmu" ucapku pelan agar tak membangunkannya.
Aku sangat gemas dengan wajah polosnya ini, terkadang cuek terkadang manja seperti anak-anak. Namja ini kadang bertingkah gila demi mendapatkan apa yang ia mau, aku saja sampai kewalahan dengan kegilaan yang ia lakukan.
"cuek tapi kalo udah manja, mintanya diturutin semua. Kelinci nakal" kubelai rambutnya lembut.
Perlahan Park Jisan membuka matanya. Aku rasa ia terganggu dengan kelakuanku padanya. Senyum tipis terlukis dibibirnya.
"selamat pagi, apa tidurmu nyenyak?" ucapku sembari membalas senyumannya.
"selamat pagi Kia, tidurku tidak pernah senyenyak ini sebelumnya"
Pandangan kami bertemu. Tatap menatap terjadi selama beberapa detik sebelum aku beranjak bangun.
"mau kemana?" cegahnya sebelum aku beranjak bangun. "eoh, bukannya hari ini kamu ada kelas pagi, ini sudah jam berapa?"
"kebetulan kelasku hari ini libur jadi ya gitu"
"gitu gimana?" Jisan menatapku tajam dengan senyum smirknya.
"ya pokoknya gitu, udah ah aku mau kebawah dulu bantuin bibi nyiapin sarapan"
Jisan kembali merengkuh tubuhku.
"Oppa, aku mau bantuin Bibi"
"andwae. Tidurlah Kia, ini masih terlalu pagi" Jisan menyusupkan kepalanya keceruk leherku.
"Geumanhae Oppa, jangan menggodaku" Aku merasa geli karna sekarang Jisan mencium dan menjilati leherku. "Eungh.. " satu lenguhan lolos dari mulutku.
Perlakuannya begitu manis dan lembut bahkan lenguhanpun tak dapat kutahan.
"Oppa. Jebal geumanhae" kucubit lengan kanannya agar ia menghentikan perlakuan manisnya sebelum aku ikut terhanyut dan tidak bisa mengontrol diriku. Yang kudengar sebagai jawaban adalah tawa kecilnya.
"Ya! geumanhae. Jangan menertawakanku Oppa karna perlakuanmu itu membuatku geli" tawanya semakin terdengar jelas ditelingaku. "aku mau bantuin Bibi dulu, Oppa mau ikut atau lanjut tidur?" ujarku seraya beranjak dari kamar tidur dan berkacak pinggang didepannya.
"aku.. "
"yasudah aku kebawah dulu"
"aku ikut"
"kaja, bangunlah dari tempat tidur. Palli palli"
"ne ne, kaja" Jisan beranjak dari tempat tidur lalu menarik tanganku untuk mengikutinya menuju ke dapur membantu Bi Mina.
"Namja ini, sebenarnya apa yang ia inginkan dariku?"
....
Gimana kalo readers teken icon bintang alias vote, cuma tinggal teken, gampang kan?
Ninggalin jejak di komen juga gpp, syukur kalo komennya membangun, jadi kan Author juga bisa ngebenerin ceritanya, mungkin kalo kurang menarik