Bab Satu

59 27 23
                                    

"Sera, ayo sarapan dulu, sayang." Ajak Nida (Mama Sera) dengan suara yang lantang dari meja makan. Sang empunya nama masih sibuk di kamarnya merapikan diri tak menghiraukan panggilan dari sang Mama.

"SERA!!" Karena tak ada jawaban, Nida memanggil nama anaknya sekali lagi dengan nada yang cukup keras. Sampai-sampai, Hafiz (Papa Sera) yang juga berada di meja makan menutup sebelah telinganya karena tak kuasa mendengar teriakan itu.

Dengan langkah cepat dan buru-buru, Sera menuruni anak tangga rumahnya. Penampilannya terlihat sangat rapi, baju seragam yang dimasukkan, dasi yang sesuai, dan rambutnya dikuncir satu ke belakang. Rambut yang dikuncir satu itu pun bergerak ke kanan dan kiri mengikuti langkah kakinya. Tak lupa juga tas ransel dengan warna kesukaan Sera, biru dongker, bertengger di pundaknya.

"Iya Ma, Sera udah turun." ucapnya saat sudah sampai di anak tangga terakhir lalu berjalan mendekat ke meja makan, dimana kedua orang tuanya berada.

"Sarapan dulu ya. Kamu mau apa?" tanya Nida lembut.

"Gak sempet, Ma. Sarapan di sekolah aja. Udah telat." tanpa basa-basi Sera langsung mencium pipi kanan-kiri Mamanya dan tak lupa juga dia menyalimi tangan Papanya.

"Eh, kok gitu. Minum susu dulu, biar perutnya gak kosong." pinta Hafiz.

Sera menatap ke arah Papanya, "Pa, kan aku gak suka susu." Sera mengerucutkan bibirnya. Dia heran, kenapa Papanya bisa lupa jika anaknya tidak suka dengan susu. Apa dia sudah pikun ya? Ah tidak, Papa Sera masih sangat muda, usianya baru 40 tahun. Masa iya sudah pikun.

Hafiz menepuk jidatnya sendiri, dia baru ingat jika anak gadis satu-satunya itu tidak suka dengan susu, "Astaga, Papa lupa, sayang."

"Iissh, Papa. Ya udah deh kalau gitu Sera berangkat ya, Ma, Pa." Sera memberikan senyuman hangat untuk kedua orang tuanya yang masih berada di meja makan.

"Hati-hati ya." Nida dan Hafiz menjawab bebarengan.

Sera berjalan keluar rumah. Di depan rumah sudah ada yang menunggu, siap untuk mengantarnya ke sekolah. Ojek online. Dia sengaja memesan ojek untuk mengantarnya ke sekolah. Pikirnya, hari ini adalah hari pertama tahun ajaran di mulai, pasti jalanan sangatlah macet dan Sera paling benci jika dia harus berlama-lama di jalan raya.

"Pagi, Pak." sapanya ramah dengan senyum manis yang terukir.

"Pagi, Neng." driver ojek online membalas senyuman Sera. "Ke SMA Harapan Bangsa, ya neng?" Tanyanya memastikan seraya memberikan helm untuk Sera.

Sera menerima helm itu lalu memakainya, "Iya, Pak." jawabnya seraya naik ke atas motor.

Driver ojek online itu pun menyalakan mesin motor, kemudian melajukan motornya secara perlahan dan hati-hati.

➰➰➰

Upacara bendera sudah selesai 10 menit yang lalu. Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru dimulai, untuk hari ini jam pelajaran memang ditiadakan untuk kelas 2 dan 3. Mereka datang ke sekolah hanya untuk mengetahui dimana kelas mereka dan mencatat jadwal pelajaran, selebihnya tidak ada kegiatan lagi.

Untuk siswa baru atau siswa kelas 1 masih ada kegiatan program pendampingan siswa yang rutin diadakan di sekolah itu. Setelah upacara selesai, mereka masih harus tetap berada di lapangan untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang telah di rancang oleh para anggota OSIS.

Kegiatan program pendampingan siswa baru itu selalu mencuri perhatian siswa SMA Harapan Bangsa. Banyak diantara mereka yang memenuhi sudut lapangan dan koridor lantai 2, hanya untuk melihat wajah-wajah baru yang akan menghiasi sekolah mereka nantinya. Tidak sedikit dari mereka yang dengan sengaja berdandan sangat cantik dan tampan hanya untuk tebar pesona demi memikat hati adik kelas.

Namun, berbeda dengan Sera. Saat ini, dia berada di kantin bersama dengan kedua temannya, Dinar dan Fela. Setelah upacara bendera selesai, Sera langsung menarik kedua temannya itu untuk menemaninya sarapan di kantin. Sera sangat bersyukur karena dia diberi kekuatan untuk mengikuti upacara bendera dan tidak pingsan.

"Kalian gak pesen?"

"Gue masih kenyang. Udah sarapan tadi." Jawab Dinar dengan tetap memainkan ponselnya.

"Gue pesen jus doang. Haus banget gue." jawab Fela.

Sera hanya ber oh ria dengan tangannya menopang dagu. Menunggu pesanannya datang.

"By the way kalian kelas apa?" Fela membuka pembicaraan.

"Gue kelas sebelas IPA satu. Lo, Fel?" Dinar balik bertanya.

Fela menekuk wajahnya kecewa, "Berarti gak sekelas dong. Gue IPA dua. Lo, Ser?"

Sera mengedikkan bahunya, "Gak tau. Gue belum lihat."

"Lo sama gue, Ser. Kita sekelas. Sama si –." perkataan Dinar terpotong oleh suara yang menginterupsi dari belakang Sera.

"Sama gue juga."

➰➰➰

Heyyoooo. Akhirnya cerita ini aku buat juga setelah beberapa bulan memenuhi otakku. Wkwkwk.

Semoga kalian para pembaca suka sama Scelta ini yah :)). Kalau suka jangan lupa vote dan comment :). Tengkyuu :*

8 Agustus 2017

SceltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang