"Sama gue juga."
Seorang cowok dengan perawakan tinggi, berpakaian rapih, berkulit putih, dan tentu saja tampan, berdiri di belakang Sera dengan tangannya membawa segelas jus alpukat.
Sera menoleh ke belakang, setelah mengetahui siapa dia, Sera pun segera menggeser duduknya, memberikan tempat untuk lelaki itu. Tanpa dipersilahkan, lelaki itu duduk di sebelah Sera. Lelaki itu memberikan senyum manisnya sebagai pertanda sapaan untuk teman-teman Sera yang ada di bangku seberang. Teman-teman Sera pun membalasnya.
"Syukur deh kalau gue sekelas sama lo, Gar." sahut Sera.
"Kok gitu?" lelaki itu menoleh ke arah Sera, keningnya terlihat bergelombang.
"Makasih, Mang," ucap Sera kepada Mang Somad saat pesanannya sudah ada di meja. "Iya, biar gue bisa nyontek lo kalau ada tugas dan ujian." lanjutnya.
Lelaki itu tersenyum tipis, "Lo itu pinter. Gak usah pake acara nyontek segala nilai lo udah bagus."
"Tau nih, aneh lo Ser." timpal Dinar.
Fela hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. Mendapatkan nilai 9 di hampir semua mata pelajaran bagi Sera dirasa belum bisa dibanggakan. Mungkin hampir semua siswa mendapatkan nilai di atas standart dan tidak remidial saja sudah bersyukur. Nah ini, mendapatkan nilai 9 masih belum bersyukur. Lebih tepatnya bukan tidak bersyukur, namun baginya jika dia bisa mendapatkan lebih, mengapa tidak? Karena ini demi cita-citanya yang ingin masuk ke perguruan tinggi negeri.
"Tapi lo lebih pinter daripada gue, Gar."
Dia adalah Regar Reynand Wijaya.
Dia teman dekat Sera sejak kelas 1 SMA, hanya sebatas teman dekat belum lebih dan mungkin akan lebih. Mereka dekat sejak keduanya ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade beberapa bulan lalu.
Regar salah satu siswa pintar di SMA Harapan Bangsa, setelah Sera. Mereka berdua selalu 'balapan' dalam hal nilai dan merebut peringkat di sekolah. Jika Regar berada di peringkat pertama, maka Sera yang berada di peringkat ke dua, begitu sebaliknya. Biasanya dalam kasus seperti ini mereka yang bersaing akan menjadi rival, tapi tidak untuk Sera dan Regar, mereka malah menjadi teman baik. Tak heran mereka berdua sering belajar bersama dan menjadi dekat seperti sekarang.
Regar, spesies cowok tampan langka yang ada di sekolahnya. Sudah tampan, pintar, kebanggaan sekolah dan orang tuanya dan menjadi idola untuk para siswi di SMA Harapan Bangsa. Sekalinya ada cowok tampan di SMA Harapan Bangsa selain Regar, sangatlah bertolak belakang dengannya. Semua siswi ingin bisa dekat dengan Regar, sama seperti Sera dan teman-temannya saat ini. Namun, karena sifat dari Regar yang cuek, susah bagi mereka untuk bisa dekat dengannya.
Fela menghembuskan napas panjangngnya, "Beruntunglah kalian yang satu kelas." keluh Fela.
"Emang lo gak sekelas sama kita?" tanya Regar.
Fela hanya menggeleng tak semangat.
"Terus dimana?" tanya Regar kembali.
"Ipa dua, sama nenek sihir dan anak-anaknya." jawab Fela kesal.
Seketika Sera menghentikan aktivitas makannya, matanya melebar, terkejut mendengar perkataan Fela, "Demi apa, Fel?"
Suara Sera cukup membuat suasana kantin menjadi hening mendadak. Semua pasang mata tertuju pada meja Sera dan teman-temannya berada. Sera melirik kanan dan kiri, melihat reaksi semua orang yang ada di kantin. Karena tersadar dirinya menjadi bahan tontonan di kantin, Sera menutup mulutnya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Ser!" Tegas Regar memperingatkan.
"Iya-iya, maaf. Kelepasan."
Ketiga orang yang ada di sekitar Sera pun hanya menggelengkan kepalanya heran. Setelah itu, mereka semua menikmati makanan dan minuman mereka masing-masing tanpa ada pembicaraan lagi.
Sampai akhirnya, perhatian mereka teralihkan karena adanya kegaduhan yang terjadi di bangku kantin bagian tengah. Semua orang yang ada di kantin pun melihat ke arah yang sama.
Sera membuang napasnya panjang dan mengalihkan pandangannya ke makanan yang ada di depannya, "Mulai lagi deh sensasinya." ucapnya seraya menyendok nasi goreng di piring.
"Capek gue liatnya." timpal Dinar.
"Kumat lagi deh jiwa penguasanya," Fela menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Heran gue sama tuh geng. Masa iya semua murid di SMA sini gak boleh duduk di bangku kantin itu selain dia, pacarnya, dan dayang-dayangnya yang norak itu. Stress dah tuh orang." oceh Fela seketika.
"Gak waras tuh orang. Butuh penanganan khusus dokter jiwa kayaknya," tambah Dinar.
"Udah-udah guys. Gak guna juga kita ngomel gak jelas gini. Biarin aja mereka mau ngapain, yang penting gak ganggu kita kan." Sera menenangkan teman-temannya yang sudah emosi karena tingkah laku 'geng' itu. Sebenarnya Sera juga sudah kesal sama tingkah laku mereka, tapi Sera bisa apa, menasihati? laporin guru BP? Semuanya akan sia-sia begitu saja, toh mereka juga akan melakukan itu kembali.
Dinar dan Fela hanya mengangguk malas merespon perkataan Sera. Sedangkan Regar tidak memperdulikan ocehan dari ketiga cewek yang ada di sekitarnya itu. Dia malah menikmati jus alpukatnya sampai habis tak tersisa.
Setelah jus alpukat Regar habis, lantas dia bangkit dari duduknya, "Gue duluan ya." pamit Regar dengan memberikan senyumnya yang menenangkan.
Sebelum Regar meninggalkannya, Sera menggenggam pergelangan tangan Regar, "Mau kemana?" tanyanya singkat dengan memasang wajah yang polos, lalu genggaman tangannya pun dia lepaskan.
Regar mengacak-acak puncak kepala Sera dengan tersenyum, dia gemas melihat wajah Sera yang seperti itu, "Kepo deh." ucapnya.
➰➰➰
Selamat datang Regarku 😍😍. Happy reading ya readersku :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scelta
Teen FictionSerafya Afsheen Kirani Gadis cantik, memiliki senyum yang manis, pintar, dan apa adanya itu bukanlah cewek populer di sekolahnya. Dia hanya murid biasa. Tapi, dia berhasil mencuri perhatian seorang cowok bernama Regar sejak kelas 1. Saat ini mereka...