Regar membuka pintu ruang guru lalu masuk ke dalamnya secara perlahan dan sopan. Dia akan menemui Bu Puri, guru Matematika yang sekaligus menjadi wali kelasnya saat ini. Ada suatu perihal yang ingin beliau bicarakan dengan Regar.
"Permisi Bu." Ucapnya sopan saat berada di depan meja Bu Puri.
"Eh Regar. Silahkan duduk dulu." Regar pun mengikuti perkataannya.
Setelah duduk, lalu dia tersenyum, "Permisi, Bu. Kalau boleh tahu, ada apa Ibu memanggil saya?" Tanya Regar se sopan mungkin.
Bu Puri tersenyum kepada Regar, lalu dia mencari beberapa berkas yang akan dia tunjukan kepada Regar. Setelah mendapatkan kertas yang diinginkan, kertas itu disimpannya di atas meja lalu keduanya tangannya ditumpu di atasnya.
Bu Puri menghembuskan napasnya panjang, "Jadi begini, Gar," jeda Bu Puri. "Ibu minta tolong sama kamu untuk membantu Rega dalam hal pelajaran. Karena jika dilihat dari rapornya, di beberapa mata pelajaran dia mendapatkan nilai yang di bawah standart. Ibu khawatir jika nilai Rega tidak segera diperbaiki nantinya dia akan kesusahan kedepannya."
Regar hanya menganggukan kepalanya, menandakan bahwa dia paham apa yang dikatakan oleh wali kelasnya yang sekaligus juga wali kelas dari Rega. Di tangan Regar sudah ada selembar kertas terkait nilai-nilai Rega yang diberikan Bu Puri sebelumnya.
"Selain itu juga, Ibu mohon sama kamu untuk menasihatinya agar tidak sering membolos pelajaran. Sudah banyak sekali laporan jika dia sewaktu kelas satu, sering sekali membolos. Ibu harap di kelas dua ini dia mau untuk berubah. Saya minta tolong sama kamu ya, Regar." Bu Puri hanya mengukirkan senyum penuh makna di wajahnya. Dia berharap Rega akan berubah menjadi lebih baik.
Regar menatap Bu Puri dengan tersenyum, "Saya akan usahakan, Bu."
"Baik. Jika nantinya Rega tidak ada perubahan, maka saya akan pikirkan lagi bagaimana jalan keluarnya," tegas Bu Puri. "Ya sudah kamu boleh keluar."
Regar pun berpamitan dengan menyalimi tangan Bu Puri. Kemudian dia berjalan ke arah pintu ruang guru berada.
Setelah Regar kembali menutup pintunya, lantas dia berjalan beberapa langkah menuju bangku yang ada di dekat situ. Dia duduk sendiri dengan raut wajah yang seperti memiliki beban.
Rega. Saat ini pikirannya hanya tentang Rega. Cowok bebal yang suka bikin onar di SMA Harapan Bangsa itu kembali memenuhi pikirannya. Cowok itu kembali menjadi beban bagi Regar. Rega yang slengean, suka bikin keributan bersama teman-temannya, yang suka membolos di setiap jam pelajaran dan nongkrong di warung samping sekolah ataupun kantin sekolah, dan yang selalu melanggar aturan sekolah sehingga langganan masuk ruang BP.
Tapi, dia mempunyai satu kelebihan, dia tampan. Salah satu cowok tampan yang ada di SMA Harapan Bangsa selain Regar. Idola tetap bagi siswi di sana. Tak sedikit dari mereka yang selalu bersikap genit dihadapan Rega untuk menarik perhatiannya. Namun, usaha para cewek-cewek itu akan sia-sia bila diingat bahwa Rega sudah memiliki pacar.
Jadi, tidak perlu dijelaskan lagi apa perbedaan dari mereka berdua, pasti kalian sudah bisa menyimpulkan sendiri apa perbedaannya.
Rega yang Regar kenal dulu bukanlah Rega yang sekarang. Menurut Regar, Rega berubah sejak setahun yang lalu, dia tidak tahu pasti kenapa Rega bisa berubah seperti ini. Setiap Regar berusaha mendekati Rega untuk berbicara baik-baik, dia selalu marah dan kesal terhadapnya. Semua yang dilakukan Regar selalu salah di mata Rega.
Rega berubah.
Regar menghembuskan napasnya panjang. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku itu, agar beban yang ada di dirinya bisa hilang. Perlahan dia menutup matanya untuk sedikit menenangkan pikirannya.
"Gar?"
Mendengar ada yang memanggil namanya, Regar membuka matanya kembali. Dilihatnya seorang gadis dengan rambut yang dikucir itu ada di hadapannya dengan tatapan bingung.
"Kok lo tidur di sini sih. Di rumah gak ada kasur?" Sungguh pertanyaan yang konyol. Bisa-bisanya dia berteman dengan gadis polos ini, tapi cantik sih.
"Perlu dijawab?"
Sebelum menjawab pertanyaan Regar, gadis itu mengambil duduk di sebelah Regar. Mata Regar mengikuti langkah gadis itu.
Sera membuang napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku itu, "Gak perlu sih. Tapi, lo ngapain di sini?"
"Habis dari ruang guru."
"Ngapain?"
"Rega." Jawabnya singkat.
Sera hanya beroh ria. Tidak perlu ada pertanyaan lagi jika Regar sudah menyebutkan nama itu. Sera sudah memahaminya, mengapa Regar berada di ruang guru jika itu karena Rega.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Regar balik seraya memutar badannya menghadap Sera.
"Nyariin lo." Jawab Sera lalu dia tambahkan dengan senyum manis miliknya.
"Ngapain?"
Sera tidak menjawab, dia hanya tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya itu. Jika sudah begini, Regar paham betul apa makna senyuman dari Sera ini.
Regar kembali menyandarkan tubuhnya seraya berdecak pelan, "Selalu."
"Gue gak bawa mobil, Gar. Tadi pagi aja gue naik ojek." Sera mengerucutkan bibirnya, memasang wajah melas di depan Regar.
"Ya ya ya."
"Boleh kan, ya?"
Regar hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya pertanda boleh. Sera yang kegirangan itu pun langsung mencubit gemas pipi Regar, "Makasih Regar ganteng."
➰➰➰
Maafkan aku yang sangat amat telat untuk update :(, karena drakor sangat membuatku mager :D.
Semoga kalian suka :). Sebelumnya aku mau nanya dong, kalian lebih suka ceritanya yang sampai 1000+ word atau 700+ word???
Jangan lupa vote dan comment :)
Tengkyu ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Scelta
Teen FictionSerafya Afsheen Kirani Gadis cantik, memiliki senyum yang manis, pintar, dan apa adanya itu bukanlah cewek populer di sekolahnya. Dia hanya murid biasa. Tapi, dia berhasil mencuri perhatian seorang cowok bernama Regar sejak kelas 1. Saat ini mereka...