Bab Delapan

7 2 0
                                    

"Sayang. Ayo cepetan turun. Kasihan yang nunggu." Ucap Nida dari balik pintu kamar Sera.

"Iya, Ma. Sebentar lagi."

Entah Sera yang lama untuk berdandan atau mungkin Regar yang terlalu pagi datang ke rumah Sera untuk menjemput gadis itu.

Sedikit lagi Sera menyelesaikan riasan di wajah manisnya. Tidak, dia tidak berdandan yang berlebih, hanya memberi sedikit sentuhan bedak serta lipbalm pada wajahnya. Baju seragam juga sudah terlihat rapi dan lengkap dengan atributnya.

Hari ini, hari ke dua murid SMA Harapan Bangsa belajar di tahun ajaran baru. Pelajaran sudah diadakan seperti biasa, tidak seperti hari pertama yang masih bisa dibilang santai. Tas ransel sudah penuh dengan beberapa buku paket dengan ketebalan yang berbeda-beda. Kotak pensil dengan isinya yang masih lengkap dan baru. Serta seragam sekolah yang masih rapih dan lengkap dengan atribut sekolah.

Seperti hari-hari biasa saat sekolah, jika tidak ada halangan, Regar akan menjemput Sera untuk pergi ke sekolah bersama. Meskipun rumah mereka tidak searah, Regar tidak masalah harus menjemput Sera, lagian Regar juga yang mau seperti itu.

Setelah selesai merapikan dirinya, Sera bergegas keluar kamar dan menuju ke meja makan. Dengan cepat dan hati-hati Sera menuruni anak tangga rumahnya.

Di meja makan sudah ada Nida dan Hafiz yang menunggu Sera untuk sarapan bersama. Namun, karena Sera tak enak hati dengan Regar yang telah lama menunggunya, maka Sera hanya berpamitan saja kepada kedua orang tuanya.

"Pa, Sera berangkat dulu ya." Pamit Sera seraya menyalimi tangan Hafiz.

"Loh, sarapan dulu, Sera."

"Gak sempet, Pa. Kasihan Regar udah nunggu." Balas Sera sambil berjalan menuju ke tempat Nida berada. "Berangkat dulu ya, Ma." Pamit Sera dengan menyalimi tangan Nida.

"Ya udah hati-hati ya. Tapi, ini dibawa, sarapan di mobil aja. Regar juga jangan lupa dikasih." Nida memberikan kotak makan berwarna biru yang berisikan roti isi untuk bekal sarapan Sera.

Sera mengambil kotak makan itu, lalu dimasukkannya ke dalam tas ransel warna biru dongker miliknya. Tak mau membuang waktu, Sera berpamitan untuk pergi sekolah. "Ya udah. Sera berangkat dulu ya."

Kemudian Sera pun melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan dan berjalan keluar menghampiri Regar yang ada di teras rumahnya.

➰➰➰

"Regar mana?" Suara berat itu menyambut kedatangan Rega saat dia baru saja duduk di meja makan.

Rega tidak menjawab pertanyaan itu dia hanya melihat ke arah pria yang berpakaian rapi ala orang kantoran yang duduk di sebelahnya. Lalu, Rega mengalihkan pandangannya ke seorang wanita yang ada di depannya yang sedang menata makanan untuk sarapan.

Jujur, Rega tidak tahu kemana Regar, karena dia tidak sempat menanyakan kemana Regar akan pergi saat dia berpapasan dengan saudara kembarnya di tangga pagi tadi.

Rega mengedikkan bahunya cepat, "Mana aku tahu." Jawabnya acuh.

"Benar kamu gak tahu, Ga?" Tanya Melly memastikan.

Rega hanya berdeham menjawab pertanyaan Bundanya itu.

Fauzan meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. Kemudian menatap heran anak laki-lakinya itu. "Kalian itu kan bersaudara. Bukan orang asing. Seharusnya kamu tahu kemana Regar pergi pagi-pagi gini. Kan kamu bisa tanya sebelum dia berangkat," jeda Fauzan. "Kalau terjadi apa-apa sama dia bagaimana?" Lanjutnya seraya mengambil kembali sendok dan garpunya.

Rega tersenyum kecut mendengar ucapan Ayahnya tadi. Begitu berharganya Regar dimata sang Ayah. Sampai-sampai saat Regar pergi tanpa pamit, sangat dikhawatirkan sampai sebegininya. Namun, jika dia yang pergi tanpa pamit, pasti kedua orang tuanya tidak akan khawatir seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SceltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang