Bab Tujuh

4 2 0
                                    

"Bohong ya." Ucap Regar menuduh sesaat setelah ia dan Sera berada di dalam rumah.

Rumah Sera tampak sepi dan terlihat tidak ada orang di sana. Regar sudah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah, tapi masih saja tidak menemukan keberadaan bibi dan mama Sera di sana, yang kata Sera berada di dalam rumah. Wajar saja jika Regar menuduh Sera telah berbohong kepadanya, karena kenyataannya memang begitu yang Regar lihat.

Sera merupakan tipikal cewek yang memang sedikit lemot dan polos. Sekarang saja, di depan Regar, dia menautkan kedua alisnya dan memasang wajah bingung karena perkataan Regar yang menuduhnya jika dia telah berbohong. Sera rasa dia tidak pernah berkata bohong terhadap Regar, tapi kenapa cowok yang ada di hadapannya itu menuduhnya seperti itu.

Ini Sera yang polos dan tidak paham maksud Regar atau justru Regar yang memang irit dalam bicara, sehingga membuat Sera tidak paham?

"Ha? Bohong?" Sera menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu. "Bohong apaan sih, Gar? Coba jelasin, gue bohong dari mana?"

Regar menghembuskan napas panjangnya kesal, "Kata lo ada tante Nida sama bibi di rumah. Lah ini sepi. Lo bohong kan?"

Sera mengangguk mengerti tentang maksud Regar, lalu dia pun tersenyum,  "Gue gak bohong, Regar. Mama ada di–" ucapan Sera terpotong karena ada suara yang menginterupsi mereka berdua.

"Eh, ada Regar."

Pandangan Regar dan Sera pun beralih ke arah Nida berada.

"Tante." Regar tersenyum hangat kepada Nida.

Keduanya pun menyalimi tangan Nida secara bergantian. Regar sebagai tamu di sana bersikap sangat sopan terhadap Nida. Nida pun begitu, bersikap sangat ramah menerima Regar di sana. Tak ada rasa canggung karena memang mereka sudah kenal begitu dekat.

"Tuh kan gue gak bohong." Kata Sera seraya menyingkap kedua tangannya di depan dada. Senyum kemenangan pun menghiasi wajah cantiknya. Kali ini dia bisa menunjukkan bahwa dirinya memang tidak berbohong kepada Regar.

Regar membalas perkataan Sera hanya dengan meliriknya sekilas, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Ya begitulah Regar, dingin banget.

Nida yang melihat tingkah laku anak remaja di depannya ini pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran dan sesekali tertawa kecil. "Kalian lucu ya," Nida tersenyum. "Kenapa gak pacaran aja. Cocok kok." Lanjutnya dengan senyum yang menggoda kedua remaja di depannya itu.

Dengan cepat, Sera melihat ke arah Nida, memperlihatkan matanya yang sedikit melotot. "Mama. Apa deh." Bantah Sera dengan malu-malu. Sesekali Sera juga melihat perubahan wajah Regar yang terlihat juga tersenyum menanggapi perkataan Nida tadi.

Nida memang suka menggoda Regar dan Sera jika keduanya berperilaku seperti sepasang kekasih. Tapi, baik Regar dan Sera tidak menyalahkan Nida jika selalu digoda seperti itu. Karena memang banyak orang di luar sana yang belum tahu kedekatan mereka seperti apa, akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Sampai sebegitunya.

Lalu, kapan mereka akan benar-benar jadi sepasang kekasih?

Yang pasti bukan sekarang. Karena waktunya terlalu cepat.

"Tante mau kemana? Kok kelihatan rapi." Tanya Regar yang sekaligus mengalihkan pembicaraan mereka.

"Oh ini. Biasa lah, ibu-ibu komplek."

Regar menganggukan kepalanya, "Gimana kalau saya antar, Tante? Sekalian jalan pulang." Regar menawarkan dengan ramah. Senyum manisnya pun terukir di wajahnya.

Sera yang ada di sana tak banyak bicara. Hanya bisa mendengarkan percakapan antara Regar dan Mamanya.

Namun, tawaran baik Regar ditolak oleh Nida. "Aduh gak usah deh, Gar. Ngerepotin nanti."

"Enggak ngerepotin kok, Tan." Regar tersenyum.

Nida melihat ke arah Sera berada. Seolah meminta bantuan kepada anaknya, harus bagaimana. Namun, Sera yang tahu itu, hanya mengedikkan bahunya.

Nida tersenyum, seperti sudah mendapatkan jawabannya. "Udah kamu di sini aja dulu. Temenin Sera di rumah. Kasian dia gak ada temennya. Masa ditemenin bibi mulu. Gimana, mau kan?"

Regar hanya terdiam tidak menjawab. Dia melihat ke arah Sera, dan lagi-lagi Sera hanya mengedikkan bahunya. Sera juga tidak mau memaksa Regar agar di sini menemaninya. Namun, Sera juga menginginkan Regar untuk di sini menemaninya. Walau hanya sekedar mengobrol atau hanya menonton film yang ada di laptopnya.

Sera menjadi orang yang labil jika sudah begini.

"Hm. Iya tante."

Nida yang mendengar jawaban Regar itu pun senang. Kemudian, tanpa basa-basi lagi Nida berpamitan kepada Sera dan Regar, untuk segera berangkat.

Tenang saja, Regar dan Sera tidak hanya berdua di rumah. Masih ada bibi yang sibuk di dapur. Maka dari itu, Regar mau menemani Sera karena masih ada bibi di sana.

➰➰➰

Sera sibuk mengecek deretan film yang ada di laptop miliknya, sedangkan Regar duduk di samping Sera seraya memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.

"Gar." Panggil Sera lirih. "Mau nonton film romantis, horor, komedi, atau –"

"Thriller." Timpal Regar memotong perkataan Sera yang belum selesai berbicara itu.

Sera tak menjawab. Dia kembali menatap layar laptopnya dan mencari folder film yang bergenre thriller. Untung saja selera genre film mereka sama, meskipun Sera tidak terlalu suka dengan genre tersebut, jadi tidak masalah bagi Sera untuk menonton film yang Regar mau.

Film sudah dipilih dan Sera segera memutar film tersebut. Mereka menonton di ruang keluarga, karena tempatnya memang nyaman untuk bersantai. Sera dan Regar duduk bersebelahan. Keduanya tak saling bicara karena mereka fokus untuk menonton film.

Sudah hampir setengah durasi dari film itu berputar, antara Regar dan Sera tak banyak bicara. Hanya sesekali Sera menawarkan Regar minum dan cemilan untuknya. Setelah itu mereka kembali fokus menonton.

"Gar." Tiba-tiba Sera memanggil Regar dengan suara lirih. Suaranya tidak begitu jelas, karena mulutnya sedikit terhalangi oleh bantal kecil yang sengaja dipeluk oleh Sera. Maklum saja Sera gak ada yang meluk, jadinya dia meluk bantal.

Regar hanya menjawab dengan berdeham, matanya tetap fokus menatap layar laptop di depannya.

"Gue ngantuk."

"Tidur." Jawab Regar singkat.

Sera menghembuskan napas panjangnya, "Tapi gue masih mau nonton. Gimana?" Tanya Sera meminta solusi kepada Regar.

Regar tidak menjawab langsung perkataan Sera. Hingga 5 menit kemudian barulah Regar menjawabnya, "Tidur aja. Nanti gue ceritain akhirnya gimana."

Regar telah memberikan solusi kepada Sera. Namun, Sera tidak mengindahkan solusi dari Regar. Sera terdiam tidak menjawab.

Sampai akhirnya Regar tersadar, bahwa cewek yang ada di sebelahnya itu sudah tertidur pulas dengan kedua tangannya yang masih memeluk bantal.

Regar mengalihkan pandangannya dari layar laptop untuk memandangi wajah Sera yang cantik natural itu. Entah kenapa, saat Regar memandangi wajah Sera semakin dalam, Regar tersenyum.

Bukan, Regar tidak punya niatan jahat sama sekali terhadap Sera. Dia tersenyum karena suatu alasan, alasan yang memang tidak bisa dijelaskan mengapa dia tersenyum ketika melihat Sera.

Karena Regar tidak tega melihat Sera yang tertidur dengan posisi duduk, maka secara perlahan dan hati-hati Regar mengarahkan kepala Sera untuk bersandar di pundaknya. Tak masalah bagi Regar jika nanti lengannya terasa sakit sebelah, yang terpenting Sera bisa tidur dengan nyaman di pundaknya.

Dengan perlahan dan hati-hati, Regar mengelus lembut puncak kepala Sera.

Hiyaaaaa. Cinta deh sama Regar kalau gini caranya :( hehehe.

Terima kasih yang sudah rela menunggu lama kehadiran Regar, eh Scelta maksudnya :D. Semoga suka sama part ini. Dan jangan bosan untuk menunggu Scelta update kembali yah :))

Happy reading all ❤️

SceltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang