Tidak masalah bagi Regar untuk mengantarkan Sera pulang, karena dengan senang hati Regar akan melakukannya. Lagi pula rumah Sera searah dengan rumahnya. Tapi, yang menjadi masalah hanya satu, yaitu menunggu Sera seperti sekarang ini.
Sudah hampir 20 menit Regar berdiri di samping mobilnya menunggu Sera yang tak kunjung datang. Sesuai dengan arti senyum Sera tadi, hari ini Regar harus memberi tumpangan untuknya, karena hari ini Sera tidak membawa kendaraan sendiri ke sekolah.
Setelah lelah menunggu beberapa lama, akhirnya penantian Regar tidak sia-sia. Sera datang menghampiri Regar dengan menyunggingkan senyum di wajahnya seperti orang tak bersalah. Meskipun Sera tahu bahwa saat ini Regar sudah kesal karena harus menunggu lama seperti ini, tapi dia berusaha untuk mengembalikan mood Regar yang sudah hancur itu menjadi baik lagi.
Regar bersedekap dan memandang Sera dengan tatapan kesal, "Lama." ketus Regar saat cewek itu berada di hadapannya.
Meski mendapat tatapan yang tak mengenakkan, Sera tetap saja tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang putih itu. "Maaf Regarku yang ganteng."
Regar hanya mendengus kesal dan berjalan meninggalkan Sera menuju dalam mobilnya. Sera pun tidak ambil pusing dengan perilaku Regar karena dia sudah tahu seluk-beluk semua sikap Regar dan bagaimana cara mengatasinya. Meskipun sudah tahu bagaimana sikap Regar sebenarnya, Sera berjanji dalam dirinya tidak akan pernah meninggalkan Regar bagaimana pun kondisinya.
Se-dingin apapun, se-cuek apapun, dan se-ketus apapun sikap Regar terhadapnya, Sera tidak akan pernah meninggalkan Regar. Dia sadar status mereka hanyalah teman dekat yang sering belajar bersama demi sebuah nilai. Meskipun begitu, Sera merasa nyaman bila berada di dekat Regar. Regar pun demikian, dia merasa hari-harinya dipenuhi keceriaan bila di dekat Sera.
"Darimana aja? Lama banget." tanya Regar saat keduanya sudah berada di dalam mobil.
"Akhirnya ditanya juga," Sera tersenyum. "Tadi itu gue bantuin Bu Mega bawain berkas-berkasnya murid baru. Kasihan tahu, berkas-berkasnya banyak banget."
Regar tak menjawab, dia hanya menganggukan kepalanya menandakan dia mengerti. Perlahan, Regar melajukan mobilnya keluar dari area sekolah.
Tak ada perbincangan yang serius diantara mereka berdua selama perjalanan. Hanya ada suara Sera yang selalu bernyanyi mengikuti alunan musik yang diputar dari radio. Meskipun suaranya pas-pasan tetap saja Sera selalu percaya diri. Regar juga tidak banyak berkomentar terkait suara Sera yang begitu mengganggu pendengarannya.
"Loh, kok ke sini?" tanya Sera ketika Regar membelokkan mobilnya ke supermarket.
"Iya. Ada yang mau gue beli."
"Hm." Sera hanya berdeham dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Regar pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke supermarket. Sera hanya menunggu di dalam mobil dan melanjutkan bernyanyi.
Beberapa menit kemudian, Regar keluar dari supermarket dan berjalan menuju mobilnya. Terlihat tangannya membawa kantong plastik yang berisikan sesuatu.
"Beli apaan, Gar?" tanya Sera saat Regar sudah berada di dalam mobil.
Regar tak menjawab, dia hanya melihat ke dalam kantong plastik dan mengambil sesuatu di sana, "Nih." ucapnya seraya memberikan sebuah ice cream kesukaan Sera.
Meskipun Sera terlihat bingung, tetap saja dia menerima ice cream itu. Yang namanya rejeki memang gak boleh ditolak. Kapan lagi dapat ice cream gratis seperti ini.
"Kok tumben beliin gue ice cream, Gar?" Tanyanya seraya membuka bungkus ice creamnya.
Cukup sering Regar membelikan sesuatu untu Sera secara tiba-tiba seperti ini. Regar memang baik ke Sera, tapi Sera juga masih tahu diri. Terkadang dia juga membelikan sesuatu untuk Regar, sebagai tanda timbal balik dan membayar rasa tidak enaknya terhadap Regar karena terlalu sering dibelikan sesuatu.
"Biar lo batuk."
Mendengar jawaban Regar yang seperti itu, Sera memukul lengan Regar, "Jahat banget sih lo sama gue. Seneng gitu ya kalau gue sakit."
Regar mengusap-usap lengannya, meskipun pukulan dari Sera tadi tidak terlalu sakit baginya. "Kalau lo batuk, lo bakal berhenti nyanyi. Lo berhenti nyanyi telinga gue berfungsi dengan normal. Ngerti?"
Sera menggelengkan kepalanya tak percaya, "Sumpah ya Gar, lo jahat banget sama gue. Nih gue balikin, gak butuh ice cream dari lo." Sera mengembalikan lagi ice cream itu dengan sangat berat hati. Meskipun dalam lubuk hatinya, dia sangat menginginkan ice cream itu.
Regar hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Sera. Sejujurnya tujuan Regar untuk membelikan Sera ice cream bukanlah untuk membuat cewek itu jadi batuk, tapi memang gak tau kenapa tiba-tiba Regar ingin membelikan Sera ice cream saat itu.
"Gue bercanda Sera," ucap Regar seraya mengacak-acak rambut Sera. "Masa iya gue tega bikin lo sakit. Gue gak sejahat itu kali." Regar tersenyum manis kepada Sera. Sera pun membalas senyuman itu dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Gue beliin lo ice cream itu karena gue lagi mau aja. Bukan karena apa-apa, terlebih mau buat lo sakit. Sadis dong gue." jelas Regar.
Sera menganggukan kepala dan tetap memakan ice creamnya.
Mungkin dari sekian banyak siswi di sekolahnya, hanya Sera lah yang mengetahui sikap Regar yang lainnya. Yang Sera tahu, Regar itu perhatian, Regar itu manis dalam perilakunya, dan Regar itu peduli.
Itu lah yang membuat Sera nyaman berteman dengan Regar. Mungkin di waktu sekarang, status yang cocok untuk hubungan mereka itu friendzone. Saling nyaman satu sama lain, saling memberikan perhatian, tapi hanya sebatas teman. Sakit sih, tapi memang itu kenyataannya yang mereka jalanin.
Dan gak tahu sampai kapan status friendzone itu akan mereka bawa. Biarlah waktu yang akan menjawab. Mereka berdua akan mengikutinya dengan senang hati.
Walaupun Sera dekat dengan Regar, tetap saja sikap dingin, cuek, dan ketus yang ada di diri Regar tidak akan pernah hilang. Karena itu sudah jadi hak paten bagi Regar.
"Gar." panggil Sera lirih.
"Hm."
"Kenapa lo bersikap manis kayak gini gak ke semua cewek? Kenapa ke gue doang?" Sera memberikan jeda. "Maksud gue, kenapa lo sama cewek-cewek yang ada di sekolah, lo selalu dingin, cuek, ketus, judes gitu? Tapi kalau sama gue, lo jarang banget atau hampir gak pernah nunjukin sikap lo yang itu? Kan kalau kayak gini lo gak akan punya pacar, Gar?"
Perkataan Sera yang terakhir berhasil membuat mata Regar melebar dan menoleh ke arah Sera.
Sera sadar akan perkataannya yang terakhir itu akan membuat Regar kaget seperti ini. Dia hanya bisa tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih itu seperti tidak bersalah. Dan Regar mengalihkan pandangannya dari Sera.
➰➰➰
Heyhooooooo sepertinya sudah banyak sarang laba-laba dan debu ya ini cerita wkwkwk
Mohon maaf atas waktu yang lama untuk bisa update lagi :D
Semoga suka sama Scelta ya :) jangan suka sama Regarnya :)
Happy Reading all ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Scelta
Teen FictionSerafya Afsheen Kirani Gadis cantik, memiliki senyum yang manis, pintar, dan apa adanya itu bukanlah cewek populer di sekolahnya. Dia hanya murid biasa. Tapi, dia berhasil mencuri perhatian seorang cowok bernama Regar sejak kelas 1. Saat ini mereka...