Bab Lima

20 8 7
                                    

Regar melajukan mobilnya meninggalkan supermarket. Lama sudah dia tidak menjawab perkataan Sera. Bukannya Regar tidak bisa menjawab, tapi baginya perkataan itu memang tidak perlu dijawab.

Iya, Regar mengaku bahwa dirinya memang cuek, dingin, ketus dan lain sebagainya. Tapi itu semua kalau orang hanya melihat dari sisi luarnya saja. Coba mereka kenal lebih dekat dengannya, pasti mereka akan tahu sisi Regar yang lain, sama seperti yang sudah Sera tahu. Walaupun terkadang sifat cuek, dingin, dan ketusnya itu masih saja sering dia tunjukan. Ya, itu bisa jadi pengingat banyak orang bahwa Regar itu si cowok cuek.

Untuk masalah pacar, memang sekarang Regar masih nyaman dengan statusnya yang sekarang. Dia juga masih belum kepikiran untuk berpacaran. Meskipun banyak siswi di SMA Harapan Bangsa yang mengantri untuk ingin menjadi pacarnya, tetap saja Regar masih enggan memilih diantara mereka. Karena bagi Regar, semua siswi yang ada di sekolahnya hanya suka dengan Regar karena ketampanannya bukan karena dari hati. Bukannya geer tapi memang begitu adanya.

Dan bagi Regar, kelak nanti dia mempunyai seorang pacar, maka dia harus bisa menerima Regar apa adanya, baik buruknya Regar, dan bukan hanya karena fisiknya saja.

"Gar." panggil Sera lirih. Sera takut jika perkataannya tadi menyinggung Regar. Tapi setahu Sera, Regar bukan orang yang mudah tersinggung, lantas kenapa Regar diam saja setelah Sera berbicara seperti itu.

Regar hanya berdeham menyahuti Sera. Dia masih tetap fokus menyetir.

"Lo marah sama gue?"

Regar membuang napasnya panjang, "Apa alasannya gue harus marah sama lo?"

"Perkataan gue tadi," Sera menjawab dengan sangat hati-hati, dia masih takut jika nantinya dia salah bicara. "Gue takut kalau lo tersinggung sama omongan gue. Gue minta maaf ya, Gar. Gue gak bermaksud kok."

Sera menangkupkan kedua tangannya dan memasang wajah melas di samping Regar. Dia merasa bersalah dan tak enak hati.

Regar menoleh ke arah Sera. Dia terkekeh karena melihat wajah Sera yang polos tapi menggelikan karena memasang wajah melas seperti itu. Jika saja Regar tidak sedang menyetir mungkin habis sudah wajah Sera di cubit gemas olehnya.

"Emang kalau gue diem, gue tersinggung gitu? Enggak kan," Regar memberi jeda. "Gini ya Ser. Kalau suatu saat nanti gue punya pacar, gue mau dia bisa nerima gue apa adanya. Gue yang cuek, gue yang dingin, gue yang ketus, gue yang ganteng dan yang lainnya. Gue gak perlu jadi orang lain buat gue punya pacar. Ini ya gue, kalau cewek-cewek di luar sana gak suka sama gue yang seperti ini ya udah, berarti dia bukan yang terbaik buat gue. Udah itu aja. Simple kan," Jelas Regar.

"Dan satu lagi, gue juga gak mau kalau calon pacar gue nanti lihat gue hanya karena fisik aja." sambungnya.

Sera hanya memperhatikan Regar saat menjelaskan itu semua tanpa memberikan respon apapun. Dari cara Regar menjelaskan itu semua, Sera menemukan fakta baru dari Regar. Bahwa Regar cukup dewasa dalam berpikir.

"Jangan liatin gue terus. Kalau naksir gue gak mau tanggung jawab." Tegas Regar yang mencoba menggoda Sera karena daritadi yang Regar lihat bahwa Sera menatapnya sampai tidak berkedip. Entah apa yang ada dipikiran Sera sampai dia sebegitunya menatap Regar.

Sera mengerjapkan matanya cepat sesaat setelah dia sadar bahwa dirinya digoda oleh Regar, "Apaan sih, Gar. Gak jelas lo." Sera mengalihkan pandangannya melihat jalanan yang ada di depannya.

Regar hanya terkekeh melihat tingkah Sera yang mungkin bisa dibilang salah tingkah. Ya namanya juga cewek, kalau dia sudah ke gep saat lagi merhatiin pasti seperti itu, salah tingkah dan gak mau ngaku. Berusaha mengalihkan pembicaraan agar dia tidak disudutkan.

SceltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang