Chapter 2

22 2 0
                                    


#diah_storyline                    
      
      Sebuah pemberhentian yang mendadak itu membuat seluruh penumpang bus kaget dan tersentak begitu pun dengan Jinyoung yang langsung terbangun.
Sesuatu telah menghalangi laju roda bus, setelah beberapa saat berusaha dikemudikan kembali hal itu justru menyebabkan bus hilang kendali hingga menabrak pembatas jalan.

Sekejap mata, bus tersebut mengeluarkan kepulan asap dan aroma yang menyengat.
Serontak hentakan-hentakan kaki berlarian menuruni tangga bus yang sudah goyah itu. Jeritan dan tangisan pun tak dapat di bendung. Jennie yang kala itu tengah terbaring pinsan tak mengetahui apa yang terjadi, tak berbeda dengan Jinyoung yang kondisi tubuhnya berlumuran darah karena tergores puing-puing kaca yang pecah. Namun ia masih sadarkan diri dan berusaha mendekati Jennie dengan meraih tangannya.

Segerombolan mobil ambulance datang berbondong-bondong dan merangkul para korban kecelakaan kala itu.

Dalam kondisi emergency seperti itu Jinyoung tak mau mementingkan egonya, ia berfikir bahwa wanita di hadapannya juga membutuhkan bantuan. Ia pun meneriaki seorang perawat dan menyuruhnya membawa Jennie masuk ke dalam mobil.

Setiap kedipan mata Jinyoung selalu terlintas wajah Jennie, ia juga bisa merasakan khawatir yang begitu mendalam.

Di dalam ruang 101 tempat mereka di rawat itu, Jennie dan Jinyoung sedang berjuang melawan cobaannya.

Kejadian tersebut mengundang media massa untuk mengabadikannya, kini hal tersebut menjadi sorotan publik.
Bagaimana tidak, seorang anak pengusaha terkenal mengalami musibah laka lantas.

Ayah Jinyoung teramat histeris melihat kondisi anak kesayangannya.
Ia tidak dapat menerima semua itu. Ia menegur supir bus dan memberhentikan pekerjaannya, tak cukup itu saja, ia juga mengancam menuntut pertanggung jawaban kepada pihak rumah sakit jika anaknya tak segera disembuhkan.

Suara Jinyoung dari dalam kamar membuat perdebatan diluar terhenti sejenak. Semua menghampirinya, dan tak ada yang perlu dikhawatirkan, Jinyoung sudah terlihat membaik namun hal pertama yang ia katakan
"dimana Jennie?"
Salah seorang perawat menjawab bahwa Jennie tengah berada di balik tirai sebelah, keadaanya lebih parah dari Jinyoung. Karena sudah 1 jam lebih ia tak sadarkan diri.

Kabar buruk tersebut dengan cepatnya tersebar luas, semua kronologi kejadian terpapar di media sosial dan hal itu telah sampai kepada teman sekolah Jinyoung.
Banyak diantara mereka yang datang ke rumah sakit.

Namun apalah daya dari seorang Jennie yang tak memiliki rekan atau pun keluarga dekat. Keluarga Jennie berada di Jepang dan hanya keberanian lah modal Jennie pergi ke Korea seorang diri.

Detik-detik awal ia membuka matanya, hanya bayangan samar-samar terlintas di depannya.

"Hei bangunlah, kau sudah tidur cukup lama!" tegur Jinyoung.

Jennie tak tau mengapa semua tubuhnya terasa kaku, sakit dimana-mana itulah yang ia rasakan.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Jennie dengan nada menggerutu.

"Bus yang kita tumpangi kecelakaan, dan tak usah kau tanya ini itu yang pasti beginilah keadaannya" ucap Jinyoung.

Tak tau raut wajah seperti apa yang harus Jennie tunjukkan saat itu, bibirnya terbungkam. Menangis pun percuma jika ia lakukan.

"Oppa, aku takut, sangat takut, apa yang harus kulakukan untuk menebus biaya rumah sakit? Kau tau biaya hidup saja harus kucari dengan susah payah" ujar Jennie sambil sesekali mengusap air mata yang mulai menggenang.

"Kau fikir dirimu disini sendiri begitu?? Ada aku jadi tenanglah!" Jinyoung tersenyum sambil mengelus rambut Jennie.

Waktu berlalu begitu cepat, bagaikan bunga kapas yang tertiup angin.

Musim salju pun berlalu. Jennie kini semakin mengenal sosok Jinyoung. Dibalik watak egonya tersimpan hal manis yang membuat Jennie senang bersahabat dengan Jinyoung.

"Hei Jennie!" sapa Jinyoung dari kejauhan.

"Ahh, oppa! waeyo???"

"Kau tau, aku mendapat tawaran bernyanyi dan aku harus melakukan latihan vokal hari ini, apa kau mau mengantar ku Jennie chan?" tanya Jinyoung.

"Wah ini kabar hebat, kajja tunggu apa lagi, jangan buat calon fans mu ini kecewa, mari berlatihlah oppa" sahut Jennie dengan penuh senyuman.

Persahabatan yang mereka jalin membawa mereka hingga ujung cerita.

Jennie membuat kejutan baru, tanpa sengaja ia melantunkan beberapa bait rapp dan hal itu menarik minat produser rekaman yang tengah melatih Jinyoung.

"Hallo nak, apa kau seorang rapper?"

"Ahh tidak, aku hanya senang melakukan itu, bahkan tanpa sengaja hal itu respect terjadi padaku" sahut Jennie dengan malu-malu.

"Aku tertarik untuk merekrut mu sebagai rapper di bawah agensi ku, apa kau mau?"

"Jinjja?? Tentu ini sebuah keberuntungan bagiku, terima kasih tuan"

"Kau akan menjadi lawan duet Jinyoung, kuharap kalian dapat bekerja sama dengan baik"

Jennie tak dapat melawan rasa haru di benaknya. Kini ia mendapat pekerjaan tetap dan itu diluar dugaannya.

Tbc..

LOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang