Chapter 7

22 3 0
                                    

#diah_storyline

        Jb mengepalkan kedua tangannya dan mendekapkannya di dada. Dalam posisi itu ia terlihat begitu serius. Memandang sekeliling bahkan tanpa berkedip sekali pun. Nampak dari sorotan matanya ia sedang mencari sesuatu. Yak mencari seseorang lebih tepatnya.

"Apa kau sudah lama hyung?" tanya seseorang yang Jb tunggu sedari tadi.

"Hanya 15 menit, tapi itu cukup membosankan, karena aku benci dengan kata menunggu" ujar Jb pada Jinyoung.

"Ah mianhae. Uhm kenapa kita tidak masuk ke dalam saja? Tidak baik mengobrol sambil berdiri" ujar Jinyoung.

Jb hanya mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia menyetujui usul Jinyoung.

"Kau tidak memesan minum hyung?" tanya Jinyoung.

"Tidak tidak.. Aku hanya ingin membahas sesuatu pada mu, dan itu tidak butuh waktu lama" seru Jb.

Jinyoung menuangkan sirup jahe ke dalam segelas cangkir, dan mengaduknya dengan sebatang sendok kayu. Tangan Jinyoung terus berputar-putar di bibir cangkir sambil sesekali menuangkan gula ke dalamnya.

"Apakah kau sudah menemui Jennie?" tanya Jb, yang membuat Jinyoung sontak menghentikan gerakan tangannya pada cangkir itu.

"Kenapa aku harus menemuinya?" ucapnya dengan wajah datar.

"Jinyoung-ah.. Cobalah untuk tidak bersikap bodoh" tegas Jb.

"Aku tidak merasa berbuat bodoh hyung!" tegas Jinyoung.

Jinyoung tidak tahu betapa selama ini Jennie berada dalam kesulitan dan sangat menderita.
Karena ia hanya memikirkan cerita indah bernuansa merah muda yg romantis bersama Rose pujaan hatinya.

"Lalu apa?? Kalian sudah bersama selama bertahun-tahun, debut bersama dan dalam sekejap mata kau bisa melupakan itu?? Tak ku sangka kau separah ini Park Jinyoung!" gertak Jb.

"Kami hanyalah teman, tidak lebih" jawab Jinyoung.

"Tapi kau sudah pernah memeluknya, bahkan mengucapkan kata cinta padanya, apa itu yang kau katakan bukan apa-apa eoh??" sambung Jb.

"Darimana kau tahu hal itu hyung?"

"Kau fikir Jennie bisa memendam semua ini sendirian? Ia menceritakan semuanya padaku, dan cukup kau tau bahwa Jennie sedang berusaha untuk menghapus perasaannya padamu" ucap Jb

"Kami memang berteman baik dan kau tau hal itu kan, dan aku tidak pernah merasa berbuat salah padanya, apa itu masih kurang baik hyung?" tanya Jinyoung yang langsung beranjak dari kursinya dan berdiri di hadapan Jb.

"Benar, kau sangat baik! Hingga membuat Jennie menderita!" tegas Jb

Kalimat itu sekaligus menjadi penutup pembicaraan mereka, sampai akhirnya Jb berjalan keluar meninggalkan Jinyoung yg masih berada di dalam cafe.

Jinyoung hanya terdiam, tangannya meraih cangkir di hadapannya namun matanya tidak terfokus pada cangkir itu melainkan melayang-layang entah kemana. Hal itu terbukti ketika tangannya menyenggol cangkir dan membuat isinya tumpah.

"Arrrghh kenapa aku seperti orang yang benar-benar bodoh?" gumam Jinyoung dalam hati

Ia kembali termenung dan menghela nafas panjang. Meraih ponselnya di atas meja, dan berfikir untuk mengirim kan pesan kepada Jennie. Berharap hal itu bisa sedikit mengurangi beban di fikirannya.

To: Jennie kim

"Maafkan aku sayang.. hm masihkah aku bisa memanggil mu dengan sebutan "sayang"??
Baiklah aku memang tak tau keadaan mu saat ini. Aku hanya berharap yang terbaik untuk mu disana. Jennie-ah ku lakukan ini hanya untuk membuat mu bisa melupakan ku, bukan melupakan persahabatan kita tapi menghapus rasa itu dari hati mu.
Selama ini aku hanya berpura-pura tidak tau tentang perasaan mu pada ku, ketahuilah bahwa aku juga mencintai mu, namun tak untuk ku miliki saat ini. Biarkanlah aku bahagia bersama Rose, dan percayalah bahwa kita tetap sahabat (: "
*salam cinta sahabat mu Jinyoung♡ ~Send

Jinyoung menarik selembar tisu dan mengusapkan itu pada layar ponselnya. Kali ini ia benar-benar telah menjatuhkan butiran berlian cair dari matanya. Baru kali ini ia lemah pada suatu masalah, dan itu hanya terjadi untuk Jennie.

Ia kembali berdiri dan menarik jaketnya dari sandaran kursi, dan mempercepat langkahnya menuju keluar cafe.

~~~~

Pesan itu pun tiba kepada Jennie yg kala itu tengah terduduk di taman belakang rumahnya.

Derrttt dddrrttt....

"Mwo? Jinyoung oppa? Ada apa ia mengirimi ku pesan?" pertanyaan demi pertanyaan muncul dari bibir Jennie

Jantungnya berdegup kencang, matanya membulat ketika membaca pesan tersebut.

"Sialan! Aku sudah berusaha melupakan hal ini, tapi mengapa ia dengan mudahnya mengingatkan ku kembali?" seru Jennie.

Jennie memang tidak pandai berakting, namun ia tetap terobsesi untuk bisa terlihat baik, walau pada kenyataannya ia sudah tak sanggup lagi hidup tenggelam dalam panggung sandiwara yang kerap menyiksa batinnya.
Kelopak mata Jennie membengkak karena tak mampu lagi menahan genangan air di dalamnya, ingin rasanya ia menumpahkan itu semua.

Akhirnya ia pun berserah pada keadaan, menangis hanya itu yang bisa Jennie lakukan di kala situasi itu membelit dirinya seorang diri.

"Mengapa hanya lewat pesan singkat oppa? Mengapa kau tak menemui ku saja, aku merindukan mu disini" Jennie menggerutu sendiri.

Malam pun tiba, ribuan bintang menghiasi langit dan menyapa dengan sinarnya.
Namun Jennie tak memperdulikan keadaan sekitarnya, ia tetap menangis dan menangis. tak seorang pun mengetahui hal itu.
Batin Jennie menjerit, ia tak hentinya mengutuk perasaannya. Dalam hati ia berjanji tak akan lagi mengenal cinta selama hidupnya.
.
.
Suara bell rumah berdering beberapa kali, memaksa Jennie untuk bangkit keluar dalam kondisi buruk seperti itu.
Ia mengusap air mata yg masih membasahi pipinya.
Jemarinya terasa keram ketika berusaha meraih gagang pintu dan membukanya perlahan.

"Annyeong" suara lembut dari seorang gadis menyambut Jennie yang sontak langsung terkejut melihatnya.
.
.
Tbc..

LOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang