Maaf ya baru update, author lagi sibuk nyiapin kuliah an heheh.. Jangan lupa vote.
Aroma kopi Tiwus menari-nari di lubang pernapasan Ray, ia amat gembira hari ini karena kopi yang ia idam-idamkan akhirnya dapat segera ia nikmati setelah melakukan beberapa kali negosiasi harga. Kopi yang buming karena dikenalkan pada film Filosofi Kopi sudah melegit harganya, banyak orang yang memburunya, bahkan memborongnya. Ray menikmati kopi tersebut dengan santai sambil melihat taman kecil yang berada di teras rumahnya. Sesekali dalam hati kecilnya ia berniat untuk melakukan aksi tanam pohon dikota nya, ia tak rela negri yang dipenuhi keindahan dan kekayaan alamnya itu hancur begitu saja, dalam benaknya bergumam, gue belum sempet jelajahin Indonesia, maka dari itu gue ngga rela tanah ini tak lagi hijau. Dengan cepat ia habiskan kopi tiwusnya yang masih tersisa setengah gelas, lalu ia bergegas mengenakan jaket dan mengambil waist bag nya kemudian ia mengeluarkan motornya yang ramah lingkungan dan segera cabut menuju basecamp PA nya.
Tempat itu sedang ramai saat ini, rekan-rekannya ternyata lebih dulu sampai di base camp, ia mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan pendapat mumpung mereka sedang berkumpul. Ditujunya Akbar yang sedang duduk santai dibawah pohon beringin yang amat sejuk sambil meneguk kopi hitam kesukaannya.
"Bar! Gue punya usul nih, kan Jakarta udah panas banget nih, gimana kalo kita adain kegiatan tanam seribu pohon?" tanya Ray dengan bersemangat
"Tapi bro, sekarang dapet izin buat selenggarain acara itu susah banget, kita kemaren mau ngadain seminar Cinta Alam aja ditolak dua kali mentah-mentah" jawabnya dengan nada loyo.
"hmm.. Gimana kalo nekad aja? Kalo kita dilarang toh pasti banyak juga yang bela, sebelum kita mulai aksinya, kita ngomong dulu aja depan publik kalo kita mau ngadain kegiatan itu" sahut Ray bersemangat.
"yaudah kita coba aja dulu, semoga aja berhasil!" jawab Akbar setuju.
Ray dan Akbar segera menginformasikan kepada anggotanya, mereka mulai merancang strategi agar kegiatan mereka terselenggara dengan baik. Tugas sudah mulai dibagi rata dengan sesama anggotanya, mulai dari seksi perlengakapan, kegiatan, konsumsi dsb. Ray dan Akbar bertugas untuk meng-handle kegiatan yang sedang berlangsung. Ratusan tumbuhan sudah tersedia di basecamp, perlengakapan lainnya juga sudah siap, tinggal menunggu hari saja untuk memulainya.
Setelah semuanya sudah siap, Ray dan seluruh anggotanya bergegas pulang dan beristihat. Sesampainya dirumah, Ray merebahkan tubuhnya yang atletis itu di atas kasur empuknya, saking capeknya, ia terlelap begitu saja sampai ia melewatkan makan malamnya.
Hari ini cuaca sangat cerah dan sejuk, terasa sangat berbeda pada hari-hari lain, begitu yang Ray rasakan, ia sangat bersemangat hari ini. Digunakannya PDL hijau dengan terlilit skrap biru dilehernya, ditambahkan Trucker hitam dikepala nya, jam tangan Eiger menghiasi pergelangan tangannya. Ia tampil maksimal hari ini. Teman-temannya sudah mulai berdatangan di basecamp dengan mengenakan PDL yang sama seperti yang dikenakan Ray.
Semua anggota sudah berkumpul di tengah kota untuk memulai aksinya, sebelum memulai, Ray membuka pidatonya untuk memberi pengarahan, tujuan dan latar belakang dari kegiatan tersebut. Seusainya mereka mulai mengambil tanaman dan mulai menanam di depan bangunan besar dan di pinggir jalan, banyak masyarakat yang mendokumentasikan dan beberapa wartawan meliput dan mewawancarai nya, tak lama kemudian se kompi satpol pp mulai datang dan menanyai pada salah seorang anggota pecinta alam tersebut.
"ada acara apa ini? Kok nanamnya nggak tau tempat, bubar sana bubar! Mana surat izinnya?" teriaknya sambil mengahmpiri pemuda itu.
"kita pengen hirup udara segar pak! Biar polusinya berkurang, pabrik besar tapi tumbuhannya cuman dikit, ya nggak ngefek dong pak!" balasnya dengan teriakan pula.
"banyak omong! Udah sana bubar!" sahut salah seorang anggota satpol pp sambil menarik pemuda tersebut.
Mendengar sentakan serta teriakan disebelah pabrik kertas, Ray berlari menuju sumber suara dan mulai menanyakan apa yang sedang terjadi disana.
"ada apa pak?! Kalo bapak melarang kami, lantas putra-putri bapak puluhan tahun kedepan mau hirup apa? Hirup asap mereka? Iya?!" teriakan Ray tegas.
Satu kompi satpol pp tersebut diam seketika, mereka mulai bertanya-tanya, perkataan Ray ada benarnya.
"kita hanya menjalankan tugas, apa kalian sudah minta izin kepada pihak yang berwajib untuk melakukan kegiatan ini? Tolong mengerti keadaan kami sekarang, kami dalam hati juga tak mau melarang suadara." jawabnya dengan lembut.
"kami sudah mencoba minta izin, tapi izin kami selalu ditolak, kami juga tak mau tinggal diam, kalo memang kami harus bubar hari ini okelahh.. Tapi apakah bapak bersedia menemani kami untuk meminta izin?" jawab Ray cerdik.
"baiklah, besok kamu ke kantor saya, sekarang kami mohon dengan hormat agar kalian bubar hari ini" sahutnya dengan lembut.
"oke pak.. Besok saya ke kantor bapak, terimakasih" jawab ray singkat.
Setelah itu Ray dan kawan-kawannya bubar dan mulai menuju basecampnya. Aksi mereka berjalan denga mulus sesuai rencana, inilah yang direncanakan Ray, ia ingin mencari bantuan yang mumpuni agar tujuan mereka terwujud. Setelah mereka berbincang-bincang dan menyusun rencana baru, mereka pulang guna beristirahat.
Alam mengajari kita untuk berjuang mendapatkan apa yang kita cita-citakan, seperti yang diajarkan oleh senja, ia rela muncul hanya untuk mengawal matahari pergi dan menemani datangnya sang bulan.
- Surya Manggaray Yong -

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Jalanan
Genç KurguAkan aku rawat cintamu seperti aku merawat bunga mawar ini, kulepaskan duri-duri kebencianmu agar menjadi indah nan anggun, sakit? Itu sebuah rasa yang terbiasa ku terima. Jadilah seperti senja yang anggun, menorehkan warna eksotis di dalam nya. Co...