Hari ini Hira akan bertemu dengan David di kafe tempat mereka biasa bertemu. Hira sudah tidak sabar ingin cepat-cepat menemui David dan menyelesaikan masalah yang tengah membelenggu hubungan mereka. Hira berharap, semoga hubungan mereka tetap baik-baik saja dan David mau mengerti akan maksud Hira. Dua hari yang lalu, Hira di buat kesal karena nomor David tak kunjung aktif. Dan semalam, Hira merasa beruntung karena bisa menghubungi David, dan David menyetujui untuk bertemu dengan Hira sebelum keberangkatannya ke London, di kafe tempat mereka biasa bertemu.Senyum bahagia tersungging di paras cantik Hira menyambut pagi hari. Ada alasan lain, kenapa Hira sangat bersemangat hari ini, karena ia akan menemui David. Tak henti-hentinya Hira merapikan dandanannya di depan cermin. Hira menggerai rambut panjangnya dan ia mengenakan dress selutut warna peach bermotif bunga-bunga kecil. Tak lupa pump shoes ia kenakan.
"Ra, jadi nebeng enggak? Kakak sudah mau jalan, nih?!" teriak Man di balik pintu kamar Hira.
"Iya, Kak. Tunggu sebentar." Hira menyahuti teriakkan sang kakak.
"Kakak tunggu dibawah, cepetan!!!" sahut Man.
"Iya!" Hira kembali memastikan make up dan penampilannya. Tak lupa ia memasukkan dompet, ponsel dan keperluan lain yang akan ia bawa.
Hira segera melangkah keluar kamar setelah semuanya sudah tak ada yang tertinggal. Hira menuruni tangga dengan cepat, lalu menuju teras.
"Hira. Sarapan dulu, Nak," tegur sang ibu pada anaknya yang tergesa-gesa melewati ruang makan.
"Enggak sempat, Bu, Hira nanti sarapan di kafe saja," tolak Hira, karena takut ia terlambat menemui David.
"Pagi-pagi sudah rapi mau kemana?" tanya sang ibu karena tak biasanya Hira rapi seperti itu pagi-pagi.
Hira nampak berfikir karena tak mungkin ia berkata pada ibunya akan menemui David. Hira tahu, ibunya pasti akan melarang karena ayahnya tak suka ia berhubungan dengan David.
"Hira mau ketemu sama teman, Bu, mengenai butik," bohongnya, agar sang ibu tidak curiga. "Hira pamit yah, Bu," sambunya lagi sebelum ibunya menyahuti.
Hira segera berlalu dari hadapan sang ibu untuk menghampiri Man yang sudah menunggunya di mobil sejak tadi. "Ayo Kak, aku sudah siap." Hira kini sudah duduk di kursi penumpang, mobil milik kakaknya. Man hanya menghela napas sembari melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah.
"Kamu mau kemana? Enggak biasanya pagi-pagi udah rapi begini?" Man menangkap kecurigaan pada adiknya, karena tak seperti biasa Hira ada janji pagi-pagi.
"Ih, Kakak pingin tau aja," sahut Hira cuek, walaupun Hira yakin kakaknya mengetahui hubungannya dengan David, tapi entah kenapa kali ini Hira tak ingin berbagi masalah dengan kakaknya mengenai hubungannya dengan David yang sedang kacau.
"Kenapa enggak pake mobilmu sendiri? Tadi udah dipanasin sama sopir, dan jangan bilang kamu mau ketemu David?" tuduh Man.
"Ih, enggak. Siapa juga yang mau ketemu sama dia. Aku ada janji dengan sahabatku untuk bicara masalah butik. Lagian, kenapa sih, adiknya nebeng aja keberatan. Adikmu ini lagi belajar mandiri," elak Hira.
Man hanya mengangguk dan ia pun menghilangkan pikiran tentang pertemuan adiknya dengan David. Man pun tak menyukai hubungan adiknya dengan David karena Man pikir, David hanya memanfaatkan adiknya saja.
Mobil yang dikendarai Man telah sampai di kafe yang Hira inginkan. "Sudah sampai Tuan Putri. Ada yang bisa saya bantu lagi?" gurau Man pada adiknya.
"Terima kasih Komandan. Tuan Putri masuk dulu. Bye ...." Hira turun dari mobil lalu melambaikan tangan pada Man.
Setelah kepergian Man, Hira segera masuk ke dalam kafe. Hira pun duduk di kursi dekat kaca yang terhubung dengan parkiran agar ia mudah mengamati kedatangan David. Hira pun telah memesan minuman kesukaannya. Jarinya mengetuk meja dengan pelan untuk mengurangi rasa jenuh menanti David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahadah (Sudah Terbit)
Spiritual(Tersedia versi cetak dan ebook di Playstore) Aku tidak pernah terpaksa untuk menikahinya, karena aku yakin, Allah sudah mengatur setiap jodoh hamba-Nya. Jika Asifa bukan jodohku, maka Allah akan jauhkan dia dariku seperti saat ini. Jika Hira adalah...