ketiga

4.4K 500 132
                                    

Jinyoung pov

Aku pasti sudah gila, bagaimana tidak gila, jantungku selalu berdegup aneh saat menatap mata Jihoon, membuatku terkadang tak bisa berpikir jernih.

Aku masih ingat wajahnya yang memerah karena malu saat aku tak sengaja melihatnya yang hanya mengenakan handuk yang menutupi daerah selangkangannya saja di kamarnya.

Itu memang kesalahanku, masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Mataku merekam dengan jelas bentuk tubuhnya, kulit putih mulus, tubuhnya berisi dan terlihat pas saat di peluk, dan lehernya yang bersih dan putih, entah setan apa yang memasuki kepalaku hingga aku berpikir akan memberi tanda kepemilikan di sana.

Dan paha serta kakinya seperti anak perempuan, terlalu mulus, apa benar dia laki-laki?

"A-ada ap-apa Bae?"

Shitt Dia sangat menggairahkan

Tanpa aku sadari milikku terangsang melihat penampilannya nyaris  telanjang seperti itu.

Tanpa banyak bicara aku langsung keluar dari kamarnya, bahkan aku lupa apa tujuanku kesana tadi.

Salahkan tubuhnya yang membuat libidoku meningkat.

Jinyoung pov end

Satu minggu sudah Jihoon tinggal berdua dengan Jinyoung, dan tentunya hidup Jihoon selama itu menderita.

Jinyoung menolak bertatap mata langsung dengannya, tapi Jinyoung tetap rutin menyiksanya.

Mulai dari Jinyoung yang menyuruhnya membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah besar itu, Jinyoung yang tidak ingin makan jika bukan buatan Jihoon sendiri, Jinyoung yang menyuruhnya ini dan itu, dan Jinyoung yang sering menghukumnya saat membuat kesalahan entah itu cambuk, di pukul dan lain-lain.

Bukannya jerah atupun lelah, Jihoon bertahan selama ini dengan penuh keyakinan bahwa Jinyoung akan menerimanya.

Prang

"KAU SEBUT INI MAKANAN!?" bentak Jinyoung setelah memecahkan piring berisi makanan yang Jihoon buat untuknya, Jihoon menunduk takut dengan badan bergetar.

"Ma-af aku sudah berusaha membuat sesuai keinginanmu, aku bahkan mengulanginya 3 kali."

Jinyoung menaikan alisnya. "Ohh jadi ini salahku begitu?"

Jihoon menggeleng cepat. "Ti-tidak ini salahku, aku akan membuatkan yang baru."

"Tidak perlu, aku kehilangan selera makan ku." Jinyoung lalu meraih kunci mobilnya.

"Jinyoung ingin berangkat sekarang?" tanya Jihoon hati-hati.

"Bawa barang-barang ku." bukannya menjawab, Jinyoung malah melemparkan tasnya ke pada Jihoon yang lumayan berat untuk Jihoom.

"Apakah aku boleh berangkat bersama mu?" tanya Jihoon lagi kali ini dengan tatapan berbinar, Jinyoung menatapnya datar lalu mengalihkan pandangannya.

"Tidak! dan aku ingatkan, kau harus lebih dulu berada di sekolah sebelum aku tiba di sana, jika tidak kau tau apa hukuman mu." ujar Jinyoung saat sudah tiba di luar Mansion dan Jihoon mengangguk patuh.

Jinyoung langsung meninggalkan Jihoon dan memasuki mobil ferarri kesayangannya lalu meninggalkan Mansionnya.

"Tuan muda, apa perlu saya antar?" tawar pelayan Jung pada Jihoon, dan di balas gelengan kepala oleh lelaki manis itu.

"Tidak perlu Paman, aku tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi."

Pelayan Jung tersenyum miris, dia ingat betul kejadian tiga hari lalu saat dia mengantarkan Jihoon ke sekolah sehingga sampai lebih cepat dari Jinyoung.

My Brother is My Boyfriend [DEEPWINK VERS] {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang