pengakuan

3.9K 446 20
                                    

Akhirnya ayah dan ibu Jinyoung pulang kerumah, tuan dan nyonya membawa banyak oleh-oleh untuk kedua putranya dan mereka senang melihat kedua putranya sangatlah akrab.

Mereka berbincang-bincang cukup banyak terkecuali Jinyoung, dia hanya duduk dan sesekali mengangguk sebagai jawaban.

Hingga sebuah pertanyaan membuat keduanya menegang

"Jihoon sayang ada apa dengan leher dan dagumu memerah?" tanya ibu Jihoon.

"Ahhh i-inii-" Jihoon terlihat hugup sedangkan Jinyoung terlalu lihai menutupi kegugupannya.

"Gigitan nyamuk iya heheheh." balas Jihoon akhirnya dengan cengiran canggung.

"Lain kali suruh seseorang membersihkan kamarmu." pesan ibu Jihoon dan di balas anggukan kepala cepat dari Jihoon.

"Baiklah."

"Kalian menjadi dekat apa ada yang terjadi di antara kalian, aku tau watakmu Jinyoung kau tidak buat masalah bukan?" kali ini Ayah Jinyoung angkat biacara.

"Apa ayah selalu melihat ku sebagai pembuat masalah?" tiba-tiba saja Jinyoung menghentikan aktifitas makannya lalu menatap makanannya dengan datar.

"Ayah hanya bertanya, bukan Bae Jinyoung namanya jika tak membuat masalah." ujar Ayahnya berniat bercanda namun nampaknya di tanggapi serius oleh putranya itu.

"Yahh aku memang membuat banyak masalah memangnya apa pedulimu? Yang kau pedulikan hanya uang dan perusahaan mu yang aku bahkan enggan menginjakkan kakiku di tempat itu." ujar Jinyoung Sarkas.

"Jinyoung! Ayah bekerja keras untuk mu." Ayah Jinyoung nampaknya terpancing emosi.

"Aku tidak butuh semua itu aku butuh kau! Pernah sekali saja ayah datang menjemput atau mengantarku kesekolah? Pernah ayah datang di acara sekolahku melihatku? Pernah ayah memperdulikanku setelah ibu meninggal? Pernah ayah meluangkan waktu untukku! Katakan padaku satu saja, jika iya aku akan menarik semua perkataanku." perkataan Jinyoung menampar telak ke hati Ayahnya.

Semuanya terdiam bahkan ibu Jihoon hanya bisa menutup mulutnya rapat tidak ingin mencampuri.

Jihoon menatap Jinyoung yang berada di sebelahnya.

"Nyatanya memang tak pernah" sambung Jinyoung dengan senyum getirnya.

"Kau sudah dewasa Jinyoung harusnya kau sudah mengerti." ujar Ayahnya.

Jinyoung menatap ayahnya dengan tajam. "Yahh memang aku sudah dewasa, dan sangat mengerti itu. Oleh karena itu mulai sekarang jangan memperlakukan ku seperti anak kecil, karena masa kecilku ayah lewatkan dengan berkutat di belakang meja kerja ayah!"

Suasana ruangan makan itu begitu tegang Jinyoung meninggalkan meja makan dengan hati di penuhi emosi.

Suara keras dari bantingan pintu kamar Jinyoung terdengar.

Ayah dan anak sama-sama keras kepala dan memiliki ego tinggi.

"Aku akan menyusul Jinyoung" usul Jihoon memecah keheningan.

"Baiklah"

Jihoon ikut meninggalkan meja makan menuju kamar Jinyoung, sebenarnya dia sedikit takut menghadapi Jinyoung yang sedang marah namun hatinya mengatakan dia harus menemani Jinyoung.

Pintu berderit pelan Jihoon membukanya dan matanya di sambut cahaya remang-remang dari arah balkon yang pintunya tak di tutup.

Kamar itu kosong.

Jihoon melangkah masuk dan menuju balkon, Jinyoung berada di sana, memegang pagar pembatas lalu menengadah menatap langit gelap tanpa bintang.

Jihoon mendekati Jinyoung yang nampaknya tidak menyadari keberadaannya.

"Mau apa kau kemari?" ujar Jinyoung tanpa menoleh ke arah Jihoon yang masih beberapa langkah di belakangannya.

"Umm tidak aku hanya ingin menemanimu." ujar Jihoon dia lalu mengambil tempat di sebelah Jinyoung menatap langit yang begitu kosong dan sepi.

"Bagaimana ayahmu?" pertanyaan Jinyoung yang terlalu tiba-tiba membuat Jihoon bingung.

"Umm?"

"Ayah kandungmu" ujar Jinyoung memperjelas.

"Dia baik, sangat baik, penyayang dan pekerja keras, disiplin dan juga ramah." balas Jihoon sambil mengingat-ingat wajah Ayahnya yang telah lama meninggal.

"Senang pasti memiliki ayah seperti itu." ujar Jinyoung.

Jihoon menganggukkan kepalanya "Memang, aku sangat senang."

"Kemana ayahmu?" tanya Jinyoung lagi, entah kenapa dia hanya ingin mengetahui seperti apa ayah Jihoon itu.

"Ayah sudah lama meninggal dan aku menyesal karna tidak sempat meminta maaf padanya" wajah Jihoon berubah muram.

"Saat itu aku dan ayah bertengkar hebat, entah karena apa dan aku tanpa sengaja membentak nya, ayah menamparku dan membuatku kecewa, aku lalu pergi dari rumah dan keesokan harinya ayahku di kabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal dunia." ujar Jihoon tanpa sadar matanya berkaca-kaca mengingat betapa bodohnya dia dulu, andai saja dia tau dia pasti akan tetap di rumahnya.

"aku tidak bermaksud untuk mengguruimu atau pun membela ayah, tapi aku hanya tidak ingin kau menyesal seperti aku, sebelum dia benar-benar pergi kita tidak tau kapan dan di mana ajal akan menjemput." ujar Jihoon lalu menghapus air mata yang telah mengalir di pipinya.

Keduanya terdiam angin malam menyapa keduanya dalam keterdiaman, bulan di atas langit semakin bersinar.

"Hei aku ingin bertanya sesuatu padamu." Jinyoung berucap dengan nada sedikit bercanda.

"Apa?" tanya Jihoon

"Kau menyukaiku?" ujar Jinyoung kali ini dengan nada serius.

"Maksudnya? Tentu saja aku menyukai mu." ujar Jihoon

"Kau menyukai ku sebagai seorang pria bukan sebagai adikmu." kali ini Jinyoung menoleh kesamping kanannya menatap Jihoon yang juga menatapnya bingung.

"Aku-" ucapan Jihoon terpotong oleh Jinyoung

"Dengan semua yang aku lakukan padamu, memperkosamu, memperlakukanmu kasar dan hal lainnya kau masih menyukaiku?" tanya Jinyoung.

"Aku masih menyayangimu." ujar Jihoon tulus membuat Jinyoung bungkam.

"Awalnya aku takut padamu dan membencimu, aku benar-benar membencimu. Namun jauh dalam hatiku aku menyayangimu, aku benar-benar menyayangimu maafkan aku karena telah mencintaimu." ujar Jihoon setengah mencicit namun masih dapat di dengar oleh Jinyoung.

Jinyoung memegang kedua lengan Jihoon dan membuat posisi mereka berhadapan. "Jangan pernah berhenti lakukan itu, apapun yang terjadi nanti, jangan pernah berhenti mencintaiku." pinta Jinyoung.

Ji hoon hanya mengangguk, mata jernih miliknya menatap mata kelam Jinyoung yang tepat menatapnya juga.

Desiran itu lagi-lagi datang dan menggebu di dadanya apalagi Jinyoung mendekatkan wajahnya dan menyatukan kedua belah bibir mereka.

Apakah semua akan berubah lebih baik mulai sekarang?

**********TBC********

My Brother is My Boyfriend [DEEPWINK VERS] {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang