HERE : SATU

238 36 50
                                    

••••

Pernahkah kalian berpikir untuk mengasihani diri sendiri? Mengeluh dan merasa diri adalah adalah yang paling tidak beruntung? Karena mungkin Nada pernah merasakan hal itu. seperti saat ini. Gadis itu menggerutu berkali-kali dalam perjalanan pulang. Kabar, bahwa Koh Cim yang seenaknya memberhentikan Nada, itu berhasil membuat suasana hatinya hancur.

Nada mendongak dan melihat langit yang begitu cerah, hari ini Nada memang berjalan kaki. Karena lokasi warung makan Koh Cim yang tidak jauh dari tempat tinggal Nada. Bagus! Nada dipecat dan matahari bersinar begitu terik, seolah membakar dan terasa panas. Seperti emosi Nada saat ini.

Ah, sudahlah! Lupakan, Nada bisa mencari kerjaan lain.

Selang waktu kemudian gadis itu menendang kerikil yang ada di depannya.

Tangannya di masukkan ke dalam saku. Ia berjalan dengan kepala merunduk dalam.

Yakali! Lo kira mudah? Nyari kerjaan itu gak semudah nemuin upil terus dibuang! Susah, Nad, Susah! Susahnya tuh kayak lo nungguin buah kelapa jatuh di hadapan lo, sedangkan pohonya ada di Amerika!

Harus Nada akui, ia tak memperkirakan hal ini.

Tapi dalam hati Nada sedikit bersyukur. Mungkin, ini cara Allah agar Nada tidak keluar malam lagi dan begadang karena shift malam Koh Cim. Setidaknya Nada bisa Fokus sekolah.

Demi tuhan!

Bicara tentang sekolah, ia harus segera mencari pekerjaan baru karena begitu banyak keperluan yang harus ia penuhi. Bukan hanya urusan uang sekolahnya yang luar biasa menguras, tapi juga kebutuhannya sehari-hari.

Kalian mungkin penasaran, kenapa Nada berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya?

Karena hanya dirinya yang mampu. Mamah Nada sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dan Nada sendiri tak punya sanak keluarga lagi selain mamahnya di sini. Hingga setelah mamahnya pergi, Nada menjadi sebatang kara. Almarhumah Mamah meninggal karena sakit. Tahun-tahun setelah Mamahnya pergi, itu adalah saat yang paling berat. Nada hampir berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja. Mungkin dengan begitu ia bisa melepaskan segala kepenatan di dunia ini, setidaknya ia bisa bertemu Mamah.

Tapi, tidak!

Nada tidak sebodoh itu.

Lalu dimana sosok itu? sosok yang seharusnya menjadi pelipur lara? Sosok yang seharusnya menjadi penopang Nada?

Nada meringis diiringi dengan senyuman masam.

Dia tidak ada, entah kemana dan mungkin ia juga tidak peduli dengan Nada.

Nada berpikir berkali-kali, dan berusaha untuk mengarahkan pikirannya agar membuahkan hasil positif. Tapi ternyata memang sulit. Sulit karena ternyata kenyataan selalu memaksanya untuk melihat dan mencerna. Fakta yang ia lihat, bahwa sosok itu sama sekali tak peduli pada Nada yang mungkin sebatang kara tanpa dirinya setelah kepergian mamah.

Bukankah dia memang selalu begitu?

Yang sosok itu tahu, hanyalah bagaimana caranya meninggalkan dan menyakiti.

Nada mengakhiri sesi bermuram durjanya untuk sementara, ketika ia sudah sampai di depan rumah sederhananya. Bangunan kokoh berukuran 6 x 6, itu nampak lengang. Nada sejenak merasa terhunus. Ia hanya sendiri di sana. tempat itulah dimana biasanya Nada melepas penatnya, berlindung dari hujan dan panas. Dan tempat di mana Nada, akan menutup dirinya jauh-jauh dari dunia. Dimana ia bisa menangis dan meringkuk kala merindukan mamahnya.

Tempat Untuk KembaliWhere stories live. Discover now