Serena datang ke sekolah pagi sekali. Sekolah masih sangat sepi dan terkesan menyeramkan karena beberapa bagian lorong tidak dinyalakan lampu. Serena memasuki kelas Gerald dan meletakkan surat kemarin diatas meja yang ditempati Gerald. Setelah meletakkan surat tersebut, Serena berjalan menuju lobby dan menunggu teman - temannya datang. Satu persatu murid mulai berdatangan.
"Tumben lo pagi" ujar Gerald yang ternyata sudah berdiri tepat di depan Serena.
"Anak rajin keleus, emang lo" ujar Serena sambil tersenyum kecil. Gerald tertawa dan berlalu pergi. Serena kembali menunggu teman - temannya. Serena tidak hanya bermaksud untuk menunggu temannya tetapi juga menunggu orang yang disukainya, Ryan. Ryan adalah lelaki setengah indonesia - swedia, dengan tubuh yang tinggi, pintar dan juga ramah kepada semua orang. Serena benar - benar menyukai cowo itu. Hanya saja Serena bukanlah tipe yang diincar oleh Ryan. Serena cemberut mengingatnya.
"Hey Rena" panggil seseorang. Serena sangat mengenali suara ini. Suara yang sangat disukainya.
"Morning Ryan" ujar Serena tergagap. Dia yakin mukanya sudah merah padam sekarang bak kepiting rebus. 'panjang umur kamu, Ryan' batin Serena. Ryan meminta ijin untuk masuk ke kelas duluan. 'Apa banget sih, baru dipikirin malah datang anaknya, bikin jantung jadi deg - deg an aja' batin Serena. Serena memutuskan untuk tidak menunggu temannya lagi dan berjalan menuju kelasnya. Sebelumnya Serena melirik ke kelas Gerald, terlihat Gerald sedang membaca surat tersebut dengan serius. Serena ingin sekali tertawa namun ditahannya. Dia tidak ingin rencana yang telah direncanakannya matang - matang malah gagal. Serena kembali berjalan menuju kelasnya. Ruangan kelas Serena, masih sepi tidak ada satu pun murid didalam. Serena memilih untuk tidur di tempat duduknya karena masih merasa sangat mengantuk.
^ω^
Bel istirahat berbunyi. Serena pergi menuju kelas sebelah berniat mencari Gerald. Ternyata Gerald tidak ada di kelasnya. Serena berjalan menuju belakang sekolah dan mengumpat di salah satu dinding. Terlihat Gerald sedang berbicara dengan seorang perempuan dan Gerald menunjukkan surat tersebut kepada perempuan tersebut. Dan ternyata perempuan tersebut adalah Lui.'sepertinya Gerald mengira Lui yang memberikan suratnya' batin Serena sambil tertawa kecil. Serena mendekat untuk mendengar pembicaraan mereka.
"Itu... Iya itu dari gue" ujar Lui.
"Ohh. Maaf ya Lui, tapi gue udah suka sama orang lain, maaf banget" ujar Gerald. 'Gerald sama seseorang?' pikir Serena.
"Kalo boleh tau, siapa ya?" tanya Lui.
"Sorry, i can't tell you. Itu rahasia gue sendiri lha. Udah ya gue mau makan" pamit Gerald. Serena tidak menyadari bahwa Gerald berjalan mendekat ke arah dia bersembunyi.
"Eh ada Serena" sapa Gerald.
"Ngapain lo kesini?" tanya Serena pura - pura tidak mengetahui apapun.
"Biasa, ada yang nge fans, jangan - jangan..." gantung Gerald.
"Jangan - jangan apa?"
"Jangan - jangan lo juga mau ngaku fans lagi ke gue" ujar Gerald dengan percaya diri tingkat tinggi.
"Dih, mimpi lo tinggi banget sih? Ogah banget gue nge fans sama lo"
"Yaudah gak nge fans tapi suka deh"
"Boro - boro deh suka sama lu. Udah ahh gue mau balik ke kelas ganggu aja lo" ujar Serena seraya beranjak pergi menuju kelas. Jantung Serena berdetak tak keruan. 'Gerald...suka sama seseorang?' batin Serena tidak percaya.
"Eh...Eh... Rena! Matematikanya bantuin gue donk" susul Gerald.
"Gue bantu kalo lo mau jawab pertanyaan gue dan gue mengaku tadi gue kedengeran yang lo omongin tadi sama Lui"
"Gapapa sih, apa pertanyaannya?"
"Lo...suka sama seseorang? Siapa? Bukannya lo tuh gak pernah suka sama siapa - siapa ya?"
"Iya, Cuman buat mengelabui Lui aja sih" jawab Gerald.
"Oh"jawab Serena singkat. Hening. Serena menatap Gerald yang sedang berjalan disebelahnya. Gerald tampak memikirkan sesuatu.
"Kalo lo? Lo lagi suka sama seseorang?" tanya Gerald balik. Serena mengangguk.
"Iya, seseorang yang gak akan menjadi milik gue,Ger. Gue jauh banget dari tipenya" ujar Serena sedih tanpa menyadari perubahan wajah pada Gerald. 'Ini...menyakitkan' batin Gerald. Serena menatap Gerald dengan tatapan khawatir.Muka cowo tersebut pucat. Apalagi ketika Gerald mempercepat langkahnya dan meninggalkannya sendirian. 'Gue barusan ngelakuin kesalahan apa ya? Kok dia tiba - tiba ninggalin gue begitu aja sih?' pikir Serena.
^ω^
Sepanjang pelajaran Serena tidak dapat berkonsentrasi karena kelakuan Gerald tadi. Serena merasa khawatir kepada Gerald. Perlukah dia menanyakannya langsung kepada Gerald? Dan akhirnya Serena pun memutuskan untuk menanyakannya langsung. Dia tidak suka dibuat penasaran dan kepikiran seperti ini karena dapat membuatnya gila. Dia berniat menanyakannya ketika istirahat kedua nanti tiba.
"Serena Aurellia! Kamu melamunkan apa? Kerjakan soal di depan!"teriak pak Roy guru Kimia nya. 'Mampus gue' batin Serena sambil memandang sekitar kelas. Serena bangkit dari tempatnya dan berjalan pelan ke depan. Namun sebelum Serena sampai seseorang mendahuluinya. Cowo itu menggantikannya untuk mengerjakan soal. Serena langsung menghela nafas lega dan kembali ke tempatnya. Serena menatap cowo itu ketika melewati mejanya. 'Rion? Cowo yang terkenal dingin? Barusan membantu gue?' batin Serena hampir berteriak. Serena melirik ke arah Rion yang duduk di belakangnya. Terlihat Rion sedang menelungkupkan kepalanya diatas meja dan tangan sebagai bantalnya. Serena kembali memfokuskan dirinya kepada Pak Roy. 'Gue harus berterima kasih nanti kepada Rion' pikir nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Pain Is Love
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang memiliki kehidupan biasa - biasa saja. Serena Aurellia selalu bertengkar dengan Gerald Sebastian karena hal konyol yang dilakukan Gerald. Sampai suatu hari, Gerald menyatakan bahwa dia adalah pacar miliknya dan telah menj...