4

15 5 0
                                        

     Serena berjalan keluar dari gedung sekolah untuk menghirup udara segar, sampai...
     "Hey cantik. Ikut kita ya. Lo ada urusan sama kita - kita" ujar sebuah suara yang terdengar sangat berat. Serena menoleh ke arah suara. Terlihat segerombol lelaki memakai baju serba hitam. Serena panik dan segera berlari menuju gerbang sekolah bermaksud untuk masuk ke dalam gedung sekolah namun Serena kurang cepat, tangannya telah digenggam erat oleh salah satu dari mereka.
     "Tidak kah kamu mengerti yang baru saja dikatakan nona manis? Lo harus ikut sama gue karna lo ada urusan sama bos gue. Ngerti?" tanya suara berat itu lagi dengan nada yang galak. Serena panik setengah mati dan mulutnya disumpal kain. Seberapa keras dia memberontak tetapi, tangan yang menggenggamnya lebih kuat dibandingkan dengannya. Serena hanya bisa menangis dan menangis. Dia berdoa agar dirinya bisa selamat dan karena ditarik paksa Serena terjatuh lalu melukai kedua lututnya. Serena dipaksa kasar memasuki mobil segerombolan orang tadi. 'Apaan sih?kenal aja gak. Urusan apaan? Aduh perih banget' batin Serena sambil melirik kedua lututnya yang malang.
     "Kamu sebenarnya manis ya. Tapi sayang banget kamu milik bos" ujar salah satu orang dari gerombolan tersebut sambil mengelus pipi Serena yang mulus dan melepaskan sumpalan mulut Serena.
     "Jijik. Gue bahkan gak kenal sama bos lo pada. Dan gue bukan milik siapa - siapa. Camkan itu" omel Serena.
     "Cantik - cantik kok galak sih neng" ujar salah satu orang lagi.
     "Lo pada mau bawa gue kemana hah? Lagipula siapa sih bos lo pada?" teriak Serena lebih kencang.
     " Rahasia donk neng. Pokoknya bos ada urusan sama lo" jelas orang di sebelahnya. Serena berteriak meminta tolong dari dalam mobil walaupun Serena tau tidak akan ada yang mendengarnya. Orang yang duduk disamping Serena kembali menyumpal mulutnya dengan kain. Serena dapat melihat sebuah bangunan tua yang tidak terurus. Serena kembali ditarik paksa oleh orang - orang yang menculiknya itu. Serena benar - benar berharap ada yang menyelamatkannya.
                               ^ω^
     Malam pun tiba, rencana yang disiapkan Gerald dengan teman - temannya akan segera dilaksanakan. Gerald memberikan kode kepada temannya untuk memancing para kelompok penculik itu. Setelah kelompok tersebut terpancing, hanya tersisa 5 orang untuk menjaga agar Serena tidak kabur. Gerald memberi kode kepada temannya yang lain untuk menyerang. Gerald mendekati Serena secara diam - diam. Terlihat luka - luka seperti habis di cambuk pada tubuh Serena
     "Ren, gue disini. Rena bangun, Serena! Bangun! Ser!" panggil Gerald dengan suara yang kecil seraya melepaskan ikatan yang melilit tangan dan kaki Serena. Gerald tidak menyadari seseorang di belakangnya yang sedang mengambil ancang - ancang untuk memukulnya dengan kayu.

Buk!!!

Gerald meringis kesakitan dan langsung menoleh ke belakang. Gerald memukul habis orang tersebut dengan tangan kosong. Orang tersebut meringis dan memukul balik Gerald dengan kayu dibagian perut. Dia kembali meringis kesakitan.
     "Gerald, lo tolongin Serena! Biar gue yang urus itu orang" teriak Darren.
     "Iya, trims" balas Gerald.
'Sakit banget perut gue. Aduh' batin Gerald. Gerald menepuk - nepuk pipi Serena namun gadis itu tak kunjung membuka matanya. Tidak ada pilihan lain, Gerald akhirnya menggendong Serena dan memberi kode kepada temannya bahwa Serena telah berada padanya. Gerald membawa Serena menuju mobilnya dan membaringkannya dikursi penumpang. Diikuti Darren. Gerald langsung men - starter mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
     "Dar gue bakal anterin lo ke rumah lo dulu atau lo mau nginep?" tanya Gerald kepada Darren.
     "Gue pulang ke rumah gue aja lha. Ntar kena omel gue kalo langsung nginep di rumah lo. Btw tadi itu menyenangkan Ger. Pas banget gue lagi badmood pengen hajar orang. Tapi Serena bakal lo anterin kemana?" tanya Darren.
     "Gue bawa ke rumah gue dulu. Soalnya gue gak tau rumahnya dimana, deretadi dipanggilin juga gak bangun" jelas Gerald. Hening. Mobil berhenti melaju di sebuah rumah yang besar. Darren turun dari mobil seraya mengucapkan terima kasih kepada Gerald. Lalu Gerald kembali melajukan mobil menuju rumahnya. 'syukurlah Serena selamat. Tapi tubuhnya luka begitu' batin Gerald. Karena rumah Darren dengan rumah Gerald berdekatan, mereka cepat sampai di perkarangan rumah Gerald. Gerald segera memarkirkan mobil dan menggendong Serena memasuki rumahnya.
     "Lho? Den, ini siapa den?" tanya pembantu yang bekerja di rumahnya begitu Gerald memasuki rumah. Gerald menaiki tangga menuju lantai dua.
     "Temen. Mbok bisa tolong bukain pintu kamar gak? Berat nih mbok" pinta Gerald. Dengan cepat pembantu yang bernama Mbok Ayu membukakan pintu untuk Gerald.
     "Makasih mbok. Malam ini Gerald tidur di sofa aja" ujar Gerald setelah membaringkan tubuh Serena di atas kasur dan memastikan Serena merasa nyaman dengan posisinya. Sebelum keluar dari kamar nya, Gerald membersihkan luka dan mengobati luka - luka pada Serena.
     "Mbok, bisa tolong liatin punggung Gerald? Rasanya sakit banget ini mbok" pinta Gerald seraya melepaskan bajunya.
     "Ini parah banget den. Luka nya sampe parah begini lho den" ujar Mbok Ayu.
     "Ini obat nya Mbok, tolong obatin ya Mbok tangan Gerald gak nyampe soalnya" pinta Gerald lagi. Mbok Ayu segera membersihkan luka dan mengobatinya dengan obat luka.
"Makasih Mbok" ujar Gerald. Gerald berjalan menuju ruang tamu dan tidur di atas sofa. Dengan mata terpejam, Gerald memikirkan perkataan orang - orang tadi. 'Bos? Siapa bos nya? Awas saja sampai bos nya gue temuin, habis ditangan gue' batin Gerald.

Beautiful Pain Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang