5

17 5 0
                                    

     Cahaya matahari menyusup menyinari ruangan melalui jendela. Serena terbangung karena cahaya matahari. Serena memandang sekeliling dengan setengah sadar. 'Tunggu gue dimana ini?' batin Serena seraya turun dari kasur dan berjalan keluar dari ruangan. 'Mewah' batin Serena lagi. Serena mengelilingi rumah tersebut. Seingatnya, dia diculik dan dibawa ke sebuah bangunan tua tak terurus. Ini isi gedung tua itu kah? Serena menuruni tangga. Terdengar suara televisi dari sudut ruangan. Serena mendekati tempat tersebut dengan perlahan agar tidak menciptakan suara. 'penculik gue kah?' pikir Serena. Terlihat seseorang yang sepertinya sedang tertidur dengan pulas. ' Ternyata gue masih ada di alam mimpi. Gerald di mimpi gue' batin Serena. Gadis bertubuh mungil itu mendekati Gerald dan berjongkok di depan wajah Gerald. Mukanya dengan muka cowo itu hanya berbeda beberapa sentimeter. Serena membelai rambut Gerald lembut.
     "Ganteng banget sih lo. Karena ini cuman mimpi, gue mau nikmatin kedamaian dulu sebelum balik lagi ke kenyataan bahwa gue diculik Ger. Andai lo tau, apa lo bakal nyelamatin gue?" ujar Serena.
     "Bakal gue selamatin kok" Perlahan Gerald membuka matanya dan memandang Serena dengan intens yang sedang membelai rambutnya dengan wajah yang sangat dekat. 'Atau ini kenyataan?' batin Serena seraya mencubit lengannya sendiri. 'sakit, Berarti ini bukan mimpi! Aduh malu banget' pikir Serena. Serena memalingkan wajah seraya berdiri dan berjalan pergi menuju lantai dua. Dia berjalan menuju tempat dimana ia tertidur tadi.
     "Gue tau kok lo diculik. Dan lo ada di rumah gue" ujar Gerald. Serena langsung menatap Gerald dengan tatapan yang tidak dapat dibaca.
     "Dan lagi gue emang ganteng" sambung Gerald. Serena langsung memasang ekspresi jijik.
     "Nama panjang lo itu Serena Aurellia kan?" tanya Gerald yang dibalas anggukan oleh Serena. Hening. Gerald berjalan keluar dari kamar yang ditempati Serena menuju lantai satu. Rumah mewah yang ditempati Serena ternyata rumah Gerald. Serena terperangah. Rumah ini sangat besar baginya.
     "Pagi neng" sapa seorang wanita yang sepertinya sudah kemakan usia. Serena tersenyum membalas sapaan wanita tersebut.
     "Neng, kayanya neng itu special deh bagi Gerald. Dia belum pernah bawa perempuan ke rumah lho. Ini pertama kalinya" ujar sang wanita tersebut.
     "Wah mbok membuat dia tercengang. Iya mbok, dia special buat Gerald. Nah karena dia special tolong buatin makanan ya buat si eneng special satu ini" ujar Gerald yang bersandar di mulut pintu sambil tersenyum percaya diri yang sangat tinggi.
     "Iya deh maaf ya mbok buat neng kelaparan" ujar Mbok Ayu seraya bergegas berjalan keluar.
     "Mandi sana" ujar Gerald seraya menutup pintu kamar. Serena berjalan mendekati cermin. Dia hampir berteriak memandang penampilannya. Rambut yang sangat acak - acakkan, adanya kotoran di dekat mata. Sangat berantakan. 'Sebentar sejak kapan dia peduli tentang penampilan karena Gerald?' bantin Serena. Serena segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.
                               ^ω^
     Tercium wangi semerbak bunga keluar dari kamar mandi. Wangi bunga yang sangat menyengat, membuat kamar yang ditempati Serena pun ikut tercium wangi bunga melati.
     "Wangi banget sih ini sabun? Kamar siapa ya ini kira - kira?" gumam Serena.
     Tok...tok...tok
Serena menatap ke arah pintu. Dan mengatakan masuk kepada orang yang mengetuk pintu tersebut. Gerald memasuki kamar. Sebuah jas berwarna hitam tergantung di tubuhnya dengan dasi berwarna merah melilit di lehernya. Dia terlihat sangat rapi seperti akan segera menghadiri acara pernikahan. Gerald memberikan sebuah kotak kepada Serena lalu meninggalkannya. Serena segera membuka kotak tersebut. Terlihat sebuat note disana.

     Ren, gue gak tau ukuran baju lo. Tapi kayanya ini pas. Dipakai sekarang ya. Sesudah itu turun kebawah

Gerald

Serena segera mengeluarkan baju tersebut yang ternyata adalah sebuah dress. Dress berwarna biru gelap yang terlihat sangat indah. Serena memakainya ragu - ragu. Dress tersebut sangat lha cocok digunakannya. Setelah merasa dirinya telah rapi, Serena menuju lantai 1 dan mencari Gerald. Terlihat Gerald sedang menunggu di meja makan.
     "Ternyata pas ya. Gue kira bakal kesempitan soalnya kan lo gendut" ledek Gerald.
     "Enak aja! Kalo gendut ini baju gak bakal pas tau! Eh tapi kita mau kemana sih? Kok make baju begini?" tanya Serena memandang Gerald.
     "Ada deh. Udah kita makan dulu. Nanti telat lagi. Kalo telat salah lo ya" tuduh Gerald. Serena melotot ke arah Gerald yang dibalas dengan tawa oleh cowo itu. Serena menghela nafas dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Makanan yang dihidangkan oleh Mbok Ayu hanyalah nasi goreng yang sederhana dihiasi dengan telur mata sapi. Setelah menghabiskan makanan dan susu, Serena berjalan menuju ruang tamu, tempat dimana Gerald tidur tadi pagi. Serena menyalakan televisi dan menonton acara kartun favoritnya, Spongebob Squarepants.
     "Lo bener - bener mau gue telat ya? Ini tas isi sana barang - barang yang mau lo bawa" suruh Gerald seraya mengambil remote televisi dan mengganti kartun dengan film yang ingin ditontonnya. Serena menginjak kaki Gerald saking kesalnya dan beranjak pergi menuju lantai 2 tanpa memedulikan Gerald yang kesakitan. Dia memasukkan Handphone,  chargeran, dan earphone. Setelah merasa barang - barang yang dibutuhkannya sudah lengkap, dia segera turun dan memanggil Gerald. Perlahan Gerald berjalan mendekatinya sambil membawa sepasang sepatu yang cantik.
     " Nah, kan cantik toh. Ini sepatu buat lo pake" ujar Gerald sambil menaruh sepatu di depan kaki Serena. Sepatu high heels dengan warna yang sama dengan baju yang dipakainya. Gerald memakaikan sepatu tersebut ke kaki putih dan mulus Serena.
     " Dan selesai, ayo berangkat" ujar Gerald menarik tangan Serena keluar dari rumah. Gerald mempersilahkan Serena memasuki mobilnya.
     "Kita sebenarnya mau kemana sih?" tanya Serena memandang Gerald yang sedang fokus dengan jalanan.
     "Ntar lo juga tau, sekarang lo masuk ke dalam dan tata dulu itu rambut lo. Plus make up harus bagus ya" pinta Gerald.
     Setelah menunggu cukup lama, Serena keluar dengan rambut yang sudah tertata dengan rapi. Serena membuat rambut coklatnya bergelombang  yang berada di depan bahunya dengan polesan make up yang terkesan natural di wajahnya. Gerald memandang Serena lama tanpa berkedip sedikit pun sampai Serena memanggilnya.
     "Lo lama deh, untung masih sempat. Acaranya mulai nanti malam" ujar Gerald santai.
     "Apa? Sekarang kan masih siang" omel Serena.
     " Nanti kita ketinggalan pesawat gimana donk?"
     "Pesawat?! Apaan sih! Mau kemana naik pesawat segala? Baju gue gimana? Gue juga belum bilang sama orang tua gue" teriak Serena marah.
     "Santai Ser, kemaren gue udah bilang sama orang tua lo. Orang tua lo ngijinin kok. Dan baju - baju lo udah ada di koper termasuk pakaian dalam. Itu semua orang tua lo yang siapin. Kopernya nyampe tadi pagi sebelum lo bangun. Dan kita bakal ke Kaledonia" jelas Gerald. Serena ternganga tidak percaya. 'Kaledonia? Tempat yang terkenal akan keindahannya itu? Tempat dimana hutannya ada yang berbentuk hati? Gerald bawa gue kesana? Wah ini pasti benar - benar mimpi. Pasti Gerald membohongi gue kalau ini kenyataan. Gila. Ini gila' batin Serena. Gerald mencubit pipi Serena dengan gemas seakan dapat membaca pikirannya. Serena meringis kesakitan. 'Ini bukan mimpi! Gue akan pergi ke Kaledonia! Wah' batin Serena lagi. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Serena tertidur. Gerald tersenyum memandang Serena yang tertidur dengan sangat pulas dan kembali fokus pada jalan yang ditempuhnya untuk menuju bandara.

Beautiful Pain Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang