Mobil memasuki lingkungan bandara Ir Soekarno - Hatta. Gerald segera memarkirkan mobil di tempat yang khusus untuk mobil menginap. Gerald menatap Serena yang masih tertidur pulas. Perlahan, Gerald menepuk pipi gadis tersebut. Serena menggumam pelan dan membuka matanya. Dia memandang sekeliling dan setelah mendapatkan kesadarannya kembali, dia pun turun dari mobil yang disusul oleh Gerald. Gerald segera menurunkan koper miliknya dan milik Serena dari bagasi mobil. Mereka memasuki bandara dan melakukan check - in. Setelah itu mereka memasuki ruang tunggu.
"Ger, kita pesawat jam berapa?" tanya Serena. Gerald menatap jam yang melekat pada tangannya.
"Jam 2. 10 menit lagi. Untung gak telat" ujar Gerald sambil menatap tablet di tangannya. Serena melirik ke arah tablet tersebut. Tentang bisnis sebuah perusahaan. Serena mendengus. Dia tidak pernah menyukai hal - hal yang berbau bisnis.
"Ger, gate nya udah buka. Ayo masuk" pinta Serena sambil menarik lengan Gerald untuk segera memasuki gate. Gerald tersenyum memandang kelakukan gadis itu.
"Dua orang dan ini KTP nya" ujar Gerald kepada penjaga gate seraya menyerahkan tiket pesawat dan KTP miliknya dan milik Serena. Penjaga gate menginjinkan mereka memasuki lorong menuju pintu pesawat. Sebelum memasuki pintu pesawat, Gerald mengambil koran yang sudah disediakan.
"Ser, First class B1 and B2" ujar Gerald singkat sambil memandang Serena yang sudah masuk duluan. Serena segera duduk dibagian dalam dekat dengan jendela pesawat sementara Gerald disebelahnya, membaca koran. Serena menatap ke arah luar jendela. Pesawat mulai berjalan, dan pramugari sedang memperagakan cara menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Pesawat mulai terbang. Serena menutup telinganya yang terasa berdengung menggunakan telapak tangannya. Serena menatap Gerald yang sedang menutup matanya.Setelah 10 menit berlalu, pesawat mulai stabil dan sesekali menambah ketinggiannya. Serena menatap awan - awan yang berada di bawahnya. Tanda untuk memasang seatbelt mulai meredup tanda bahwa sudah boleh menuju toilet.
"Sekarang kita berada pada ketinggian 40.000 kaki..." suara dari pilot terdengar. Serena menyumpalkan telinganya dengan earphone yang disediakan pesawat dan mulai menonton film yang disediakan.
1 jam telah berlalu, Serena masih fokus pada film nya sementara Gerald masih memejamkan mata.
Tiba - tiba, alat oksigen jatuh. Serena menatapnya dengan panik dan segera menggunakannya. Serena menatap Gerald yang masih tidak berkutat dan akhirnya memakaikan alat oksigen kepada Gerald yang masih terpejam. Gerald terbangun.
"Kadar oksigen tidak stabil. Tolong gunakan alat oksigen yang disediakan. Dan cuaca diluar juga sedang buruk..." suara pilot kembali terdengar. Semua penumpang berteriak ketika pesawat turun dengan sangat cepat. Serena melayang keatas dan tidak dapat berteriak. Gerald terlihat berusaha menenangkan diri. Dengan panik Serena membungkuk sambil menutup telinga. Gerald menepuk - nepuk punggung gadis disebelahnya itu untuk menenangkannya. Gerald ikut membungkuk. Pesawat seketika berhenti turun. Serena masih dalam keadaan panik dan Gerald mengangkat wajah lalu menghela napas lega.
" Ser, sepertinya pesawat sudah stabil kembali" bisik Gerald di telinga gadis itu. Serena mengangkat kepalanya perlahan - lahan.
" Sepertinya begitu" ujar Serena masih dalam keadaan shock.
^ω^
Pesawat mulai turun perlahan. Detak jantung Serena kembali berdetak dengan sangat kencang, takut kejadian tadi kembali terulang. Terasa roda pesawat keluar. Serena memandang ke arah luar jendela. Rasa takutnya menghilang. Terlihat hamparan lampu rumah - rumah penduduk yang berkelap - kelip terlihat sangat indah menghiasi langit yang telah malam.
"Ger acaranya gimana? Kita telat donk?" tanya Serena menatap Gerald yang masih memejamkan matanya. Gerald membuka matanya dan menatap Serena.
" Tenang aja, acaranya besok. Hari ini hanya acara penyambutan aja dan sepertinya kita telat sedikit" ujar Gerald. Serena mengangkat alis tanda tidak mengerti. Gerald mencubit pipi Serena dengan gemas, lalu kembali memejamkan mata. Serena kembali menatap ke arah jendela. Pesawatnya semakin dekat dengan jalan yang merupakan jalur pesawat. Dan pesawat pun turun dan berjalan dengan kecepatan penuh.
" Yeayyy. Pesawat balap" ujar Serena. Gerald yang mendengarnya tertawa terbahak - bahak. 'Uwah, gue bener - bener di Kaledonia Baru' batin Serena senang. Pesawat telah berhenti. Serena menyalakan ponsel dan mulai beranjak bersama dengan Gerald. Pintu pesawat telah dibuka. Para penumpang mulai turun dari pesawat. 'Akhirnya gue tiba di bandara Noumea Magenta, Kaledonia' batin Serena. Aroma wangi laut langsung tercium. Angin berhembus menerbangkan rambut Serena yang panjang. Serena dan Gerald memasuki gedung bandara untuk mengambil bagasi. Serena mengeluarkan ponsel dan menelepon orang tuanya.
"Halo mom, yeah. Udah sampe kok mom. Iya mom. Iya ini Rena lagi sama Gerald kok. Iya. Bye mom" Serena mematikan ponsel dan memasukkannya kembali ke dalam tas kecilnya.
"Ini koper mu, ayo kita keluar dan mencari nama kita" pinta Gerald sambil menarik lembut tangan Serena. Gerald celingak - celinguk mencari tulisan bernama mereka. 'Got it' batin Gerald. Gerald mendekati orang tersebut masih sambil menarik lembut tangan Serena.
"Tuan Gerald?" tanya orang tersebut.
"Ya, bang Arif apa kabarnya?" tanya Gerald yang mengenali orang itu.
"Baik nih den. Eh siapa cewe manis ini? Wah, cewe yang kamu bilang mau kamu bawa kesini ya? Manis banget den" puji Bang Arif sambil tersenyum ke arah Serena. Gadis itu memandang Gerald sambil tersenyum lebar.
"Eh... Makasih, Bang... Arif. Saya Serena Aurellia . Panggil Serena atau Rena saja bang" Serena memperkenalkan diri kepada kenalan Gerald itu.
"Iya neng Rena, kalau ada apa - apa atau butuh bantuin panggil saya saja neng" ujar Bang Arif lagi. Serena hanya tersenyum untuk menjawabnya. 'Gerald mau bawa gue kemana sih ya? Mana berjam - jam lagi make baju beginian. Untung make up nya belum luntur' batin Serena. Mereka bertiga menuju parkiran mobil. Terlihat mobil Alphard berwarna hitam. Bang Arif memasukkan koper - koper ke dalam bagasi mobil. Serena duduk di belakang bersama dengan Gerald. Selama perjalanan, Serena sibuk memandang lautan.
"Ger, kita disini berapa hari?" tanya Serena menatap Gerald yang sedang memandangi tablet nya.
"Hm... Sekitar 3 minggu? 21 hari?" ujar Gerald tetap fokus pada tabletnya itu.
"Lama banget! Sekolah kita gimana? Udah kelas SMA 3 lho Ger! Gue mau lulus tau" teriak Serena setengah mengomel. Akhirnya Gerald pun menatap Serena dengan gemas.
" Bercanda. Gak usah panik gitu donk.Cuman 3 hari kok termasuk hari ini. Lo tinggal jalanin aja. Jadi sekarang princess diam dulu ya. Karna abang ganteng ini mau ngurusin sesuatu" ujar Gerald sambil tertawa puas memandang wajah sebal Serena. Gadis itu mendengus kesal dan kembali menatap ke arah lautan. Mereka sudah berada di perjalanan hampir 1 jam lebih. Mobil terhenti di sebuah hotel yang terlihat mewah sekali. Serena segera turun dan memperhatikan sekitar.
"Ini neng kopernya" ujar Bang Arif. Serena mengangguk sambil tersenyum. Serena mengikuti Gerald memasuki hotel tersebut.
"Nih kunci kamar lo. Kita gak nginep di hotelnya. Tapi di perumahan - perumahan diatas laut" ujar Gerald. Mata Serena langsung berbinar dan berlari menuju perumahan - perumahan tersebut. Serena lupa bahwa dia kini sedang memakai sepatu hak tinggi dan alhasil dia hampir terjatuh kalau saja Gerald tidak menangkapnya. Wajah mereka sangatlah dekat.
"Hati - hati lha" ujar Gerald seraya melepaskan pegangannya itu. Muka mereka saling bersemu merah. Mereka kini tiba di tempat perumahan - perumahan tersebut. Kamar Gerald tepat berada di sebelah kamar Serena. Dengan cepat, Serena memasuki kamar dan berkeliling. Rumah tersebut terlihat sederhana dari luar, tapi ternyata di dalamnya mewah sekali bagi Serena. Serena meletakkan koper di kamar dan berjalan keluar menuju balkon untuk menikmati angin laut.
Tok...tok...tok...
Pintu kamar diketuk. Serena membuka pintu dan terlihat Gerald disana.
"Ayo, acaranya sudah dimulai" ujar Gerald. Serena mengunci pintu kamar sebelum keluar dan begitu keluar dari kamar tangannya sudah digenggam erat oleh tangan besar dan hangat milik Gerald. Serena tersenyum, hatinya berdebar - debar dengan saat itu juga. 'Gerald mau bawa gue kemana ya?' pikir Serena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Pain Is Love
Novela JuvenilKisah seorang anak SMA yang memiliki kehidupan biasa - biasa saja. Serena Aurellia selalu bertengkar dengan Gerald Sebastian karena hal konyol yang dilakukan Gerald. Sampai suatu hari, Gerald menyatakan bahwa dia adalah pacar miliknya dan telah menj...