Tuhan menciptakan kita dengan sebuah ingatan, maka izinkanlah aku mengisi ingatanku hanya dengan namamu saja. Entah mengapa saat pertama kali kita berpapasan, berawal dari tatap rasa dalam hati ini berubah. Yang awalnya hanya bongkahan batu di tengah gurun pasir, kini menjadi taman bunga berhiaskan pelangi. Aneh, mengapa rasa ini tumbuh padamu, jelas-jelas aku sudah menahan segala hasrat untuk mencinta lagi.
Lemari besi adalah tempat menyimpan barang berharga paling aman. Hatiku, lemari besi tempat menyimpan barang berharga yang ku sebut cinta. Aman memang, tapi akan selamanya kah ku simpan cinta ini. Apakah cinta seperti makanan berpengawet yang memiliki kadaluarsa? Sepertinya tidak, karena cintaku murni tanpa campuran dusta di dalamnya.
Kau berikan enigma baru dalam hidupku. Mendekatimu aku ragu, menatapmu aku malu. Lantas apa yang bisa aku lakukan? Ya hanya diam sampai matahari terbit dari barat. Karena rasa takutku lebih besar dari menara Eiffel. Dari puncak ketakutanku, aku melihat dirimu, hanya setitik cahaya terang dalam malam gelap. Tanpamu, aku bukan apa-apa. Kau adalah matahariku, yang terus menyinari hari-hariku. Kau juga krayon dan aku hanya selembar kertas putih. Kau warnai aku dengan goresan kebahagiaan, satu pintaku jangan kau goreskan aku dengan tajamnya perpisahan nantinya.
Ya, memang benar.
Berimajinasilah setinggi-tingginya.
Berharaplah setinggi angkasa meski kenyataan hanya sebatas nelangsa.
Tempo hari kita masih saling bertukar kabar dan bercanda ria. Tapi semalam, sepulang sekolah aku merenung dan melangkah seolah tak percaya jika hatimu kini ada pemiliknya, seorang pria yang tak aku kenal. Kau dengan tega goreskan kertas putihku dengan kata perpisahan. Memang aku bukan siapamu, tapi aku selalu di dekatmu. Apa setidak mau itukah hatimu menerima cinta kasih ku ini?
Sudahlah
Mungkin memang kau bukan yang terbaik, tapi semenjak pertama kali hatiku mengenal cinta apakah tak ada satupun yang terbaik? Mungkin kalian semua adalah yang terbaik, ya hanya sekadar menjadi teman baikku. Karena alasannya semua sama, kita temenan aja ya. Tanpa formalin kata-kata itu sudah basi. Sudah jenuh telingaku menghadapi kata itu lagi. Iya kini aku teman terbaiku, tapi suatu saat nanti, mungkin aku teman hidupmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still Waiting
PoetryMenunggu adalah kebiasaan baru dalam hidupku, menunggu kembalinya kau kepelukanku dan menjadi milikku seutuhnya. Meskipun berbagai luka dan sakit hati akan aku alami namun jika untuk menjadikanmu milikku aku rela. Dan yang paling aku ingat adalah ha...