Sudahlah, berapa macam ilmu lagi yang harus aku pelajari guna bisa merelakan kepergianmu. Apa setelah aku berhasil akan ada tradisi corat-coret baju seperti kelulusan SMA? Atau akan ada upacara pelepasan semacam wisuda? Jika iya, akankah ada lapangan percintaan yang membuka lowongan? Akan aku bawa curriculum vitae untuk bertemu orang tuanya nanti.
Namun saat ini banyak pertanyaan yang mengisi ruang otakku selain bayangan wajahmu yang masih terekam jelas di otakku. Mengapa aku mengenalmu? Mengapa aku mengenalmu jika hanya ditakdirkan menjadi teman, mengapa? Pertanyaan ini selalu terlontar fasih dari bibirku. Seolah-olah aku ini adalah orang gila yang bertanya pada diri sendiri. Memang, aku memang gila, gila karena kepergianmu. Bukan jiwaku yang terganggu, tapi hatiku. Hati yang terlalu rapuh untuk kau hancurkan kini.
Lantas, jika tidak bertanya pada diri sendiri, pada siapa aku bertanya? Pada rumput yang bergoyang? Tentu tidak! Dia hanya diam saja, ya sama sepertimu yang hanya bungkam namun diam-diam menjadi miliknya. Sudah, kini aku malas bertanya, karena terkadang jawaban yang aku dapatkan bukanlah yang aku inginkan. Seperti kamu, yang aku kira adalah jawaban atas doa-doaku selama ini.
Sudah, lebih baik aku membaca kumpulan kisah hidupku saja, yang entah bagaimana akhirnya nanti. Andai saja Tuhan mengizinkan aku untuk membuka lembaran terakhir dalam kisah hidupku, maka tak akan banyak duka yang menimpa, tak akan banyak luka yang menganga. Namun memang hidup penuh kejutan, mungkin kini kau terlihat bahagia dengannya, tapi nanti, siapa tahu. Mungkin akulah pengembang senyummu dikala kerutan sedih mulai terpancar nanti, disaat kita ditakdirkan bersama.
Tapi mungkin Tuhan punya rencana lain, yaitu hanya menjadikan kita teman terbaik, bukan teman hidup. Kita memang selalu berdampingan, tapi bukan sebagai pendamping hidup. Lagi, muncul sebuah pertanyaan besar dalam otakku.
Mengapa?
Mengapa kau memilihnya daripada aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Waiting
PoetryMenunggu adalah kebiasaan baru dalam hidupku, menunggu kembalinya kau kepelukanku dan menjadi milikku seutuhnya. Meskipun berbagai luka dan sakit hati akan aku alami namun jika untuk menjadikanmu milikku aku rela. Dan yang paling aku ingat adalah ha...