Teka-Teki Hati

106 15 0
                                        


Dalam sunyinya malam aku menyebut namamu, aku sisipkan namamu dalam setiap doaku. Apakah kau sadar akan segala tindakanku itu? Tentu tidak bukan? Memang aku yang terlalu berharap, tapi apa salahnya mengharapkan balasan perasaan dari ciptaan Tuhan yang paling indah ini. Pada permulaannya dulu, hanya sebatas kejadian yang tak tersengaja, hanya sebuah candaan biasa yang paling membekas kini dalam benakku. Jika benar cinta tak sebercanda itu, mengapa cintaku muncul disaat kita sedang bercanda? Mengapa awal tumbuhnya rasa ini akibat dari canda dan tawa kita berdua? Entahlah, namun memang, rasa nyaman muncul seiring dengan seringnya kita bersama.

Waktu kian melebar, hati kita semakin terkait dan tak terpisahkan. Namun sepertinya apa yang kurasa bukan seperti apa yang kau rasa. Hatiku kini mengharap kau menjadi bagian dari hidupku kini, namun kau? Entahlah, aku tak bisa menjawabnya, aku bukan cenayang yang mampu menerawang isi pikiranmu itu. Pikiranmu lebih rumit dari kalkulus, jika itu sama seperti hatimu, maka tak sekalipun aku bisa memecahkan apa sebenarnya isi hatimu itu, bahkan mungkin saja aku akan mendapatkan remedial. Gambaran teka-teki terbesar dalam hidupku, ingin betul rasanya masuk dalam lingkaran teka-teimu, tapi sayang rasa takutku telah merasuki jiwa hingga ragaku tak sadar jika sebelumnya masih punya keberanian di dalamnya.

Ternyata tak kusangka ada pria lain yang sedang mencoba memecahkan teka-teki mu. Dan sialnya dewi fortuna tidak sedang berpihak kepadaku. Pupus sudah segala harapan dan rangkaian khayalan yang selama ini sudah aku catat dalam memori otakku. Padahal kau adalah separuh hatiku dan separuh sisanya potongan hati yang telah kau hancurkan kini. Apakah aku harus tetap menyimpan hatiku untukmu? Atau pergi mengais pecahan hatiku dulu yang kini telah merupa debu penyesalan. Setelah kau jadikan itu debu, kau dengan teganya menjadi mesin penyedot debuku. Kau tambah lagi penderitaan yang sebenarnya dosisnya sudah cukup kuat untuk membunuhku secara perlahan.

Seseorang yang selalu ada tepat di sampingmu ketika kau membutuhkan bantuan dan sandaran dan selalu berada di belakangmu ketika kau butuh dorongan ketika telah merasa lelah dalam hidup ini. Entahlah, lelah seperti apa yang kau rasa, mungkin kau belum merasakan lelah menanti seseorang yang sedang menanti orang lain. Kau juga mungkin belum tahu bagaimana lelahnya merekatkan kembali pecahan-pecahan hatiku yang tak terhitung banyaknya tergeletak di atas penderitaanku. Tentu saja kau tidak tahu, bagaimana bisa tahu jika kau sendirilah yang merupakan penyebabnya. Entah apa atau siapa yang akan menyembuhkan luka yang telah terlanjur tergores di dalam hatiku ini. Yang aku tahu bahwa sebuah luka tidak mungkin disembuhkan oleh si pembuat luka. Tentu tidak mungkin bukan jika aspal jalanan yang mampu menyembuhkan lukamu ketika kau terjatuh di atasnya? Kurang lebih sama seperti dirimu.

Still WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang