.
Well, banyak orang yang heran mengapa seharian ini ten berada dikampus seorang diri tanpa ada jaehyun yang selalu menemani nya. Padahal beberapa atau mungkin banyak dari mereka ada yang melihat jaehyun berada dikampus juga.Ten itu sebenarnya pintar bergaul, jadi akan gampang berteman dengan siapa saja. Tapi untuk saat ini ten ingin sendiri karna suasana hati nya yang sedang tidak baik.
Ten merasa lapar tapi tidak ingin makan. Keadaan seperti ini membuatnya serba salah.
Ten berjalan pelan kekantin kampus hanya untuk sekedar duduk dipojokan kantin.
Ten menggigit bibirnya saat ada jaehyun didepan kelasnya. Ten berpikir sejenak untuk melanjutkan langkahnya.
Ten memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya setelah berpikir cukup lama. Lagian jaehyun tidak akan melihat ten karna sedang asik mengobrol dengan posisinya yang membelakangi ten.
10-20 langkah telah ten hitung dan akhirnya ten berhasil melewati jaehyun.
"Hoy ten!" Niat ten ingin berlari seakan hilang begitu saja saat ada yang memanggilnya dengan sangat keras sehingga membuat beberapa mahasiswa yang lain menatapnya.
Ten tau itu bukan suara jaehyun jadi ten memutuskan untuk menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang barusan memanggilnya.
Damn! Itu dokyeom temen sekelas jaehyun yang juga saat ini sedang mengobrol bersama jaehyun dan beberapa orang lainnya
"Ada jaehyun nih"
Ten meringis menggaruk kepalanya.
Ten merasa aneh saat jaehyun hanya diam menatapnya.
Marah.
Kesal.
Sedih.
Ten merasakan semuanya.Ingin sekali ten meneriaki nama jaehyun seperti biasa namun mulutnya tiba-tiba kaku untuk melakukannya.
'Sialan aku harus melakukan apa?'
Ten mengedarkan pandangannya menghindari tatapan jaehyun yang terus menatapnya dengan lekat.Yuta. Itu yutaaaaa! Ten melihat yuta. Seperti nya yuta ingin kekantin juga.
"Yutaaa!" Ten langsung berlari menghampiri yuta lalu menariknya pergi. Yuta yang bingung hanya pasrah ditarik oleh ten.
Jaehyun memandang ten dengan sendu. Jaehyun berpikir ten berusaha menjauhinya.
Kenyataan yang berbanding terbalik.
Ten yang takut untuk menyapa jaehyun, dan jaehyun yang beramsumsi ten menjauhi nya.Sungguh ironis.
. . . .
. . . ."Kau ingin membawaku kemana ten?"
"Cafe depan kampus. Kau ingin makan kan?" Ten mengernyitkan keningnya saat yuta tiba-tiba tertawa geli.
"Aku ingin bertemu dengan jaehyun untuk mengembalikan buku catatan yang sudah temanku pinjam"
Bodoh kau ten. Harusnya kau melihat buku yang sedang berada digenggaman yuta."Oh sial aku kira kau ingin kekantin" Yuta tambah tertawa melihat ekspresi ten.
"Maka nya jangan asal tarik orang seperti itu"
"Mana aku tau kalau kau mau bertemu dengan jaehyun"
"Iya deh iya. Karna kau ada disini jadi aku titip bukunya padamu saja" Yuta memberikan bukunya.
"Maaf yut kau kembalikan saja sendiri" Ten mengembalikan kembali buku tersebut.
Yuta mengangguk mengerti. Tidak usah dijelaskan lagi, yuta tau kalau ten dan jaehyun sedang ada masalah karna sikap ten yang menghindar seperti ini.
"Yasudah aku ingin mengembalikan buku ini ke jaehyun dulu. Kau ingin ikut?" Yuta sengaja memancing ten.
"Tidak, kau saja."
Sudah jelas. Ten menghindar lagi.
"Bye, aku ingin ke cafe saja" Ten meninggalkan yuta terlebih dahulu.
. . . .
. . . .'Ting tong....'
Ten menaruh ramyeon nya saat mendengar bel rumah berbunyi karna ten sengaja mengunci pintu rumah.
Ten berlari kecil untuk membukakan pintu.
'Ceklek'
Pintu telah ten buka dan menampilkan sosok taeyong sedang berdiri dengan angkuhnya.
"Kenapa kau mengunci pintu?!"
Haruskah taeyong bertanya dengan membentaknya? Tidak bisakah dia bertanya dengan nada yang normal?
"Takut ada maling" Ten menjawab asal dengan wajah datarnya.
Ten berusaha untuk tidak lemah dihadapan taeyong.
"Bodoh. Untuk apa mempekerjakan satpam jika masih takut ada maling?"
Ten ingin membalas perkataan taeyong namun kedatangan yeri langsung membuatnya terkejut.
"Sayang, aku sudah selesai" Yeri langsung memeluk lengan taeyong dengan manja.
"Oh ten, apa kabar?" Yeri tersenyum. Entah senyuman apa yang yeri berikan.
Ten membalas senyum yeri dengan terpaksa.
Yeri mengeratkan pelukannya dilengan taeyong seolah mengejek ten.
"Sudah selesai menelponnya?" Berbeda dengan ten. Taeyong bertanya dengan lembut kepada yeri.
Sakit. Namun ten tidak peduli.
"Sudah, ayo masuk" Yeri menarik lengan taeyong.
"Kau duluan saja" Yeri mengangkat bahunya lalu berlalu pergi masuk kedalam tanpa izin dari ten.
Tidak sopan.
"Jangan mengunci pintu. Ini bukan rumahmu sendiri." Taeyong berjalan melewati ten.
"Sialan" Gumam ten.
"Kau bilang apa?" Taeyong membalikkan badannya.
Ten diam tidak menjawab.
"Barusan kau bilang apa?" Mimik wajah taeyong mengeras.
"Aku bilang 'sialan' . puas? " Ten mendongakkan kepala nya menatap taeyong.
"Kau bilang sialan? Seharusnya aku yang bilang sialan!" Taeyong menarik kerah baju ten.
Ten mengepalkan tangannya bukan karna ten ingin melawan taeyong, tetapi ten terlalu terkejut karna taeyong melakukan ini. Ten tidak mengira jika taeyong akan bertindak diluar pikirannya.
"Jangan membuatku marah!"
"Sialan!"
"Aku muak melihatmu!"
Punggung ten menabrak pintu dengan keras karna taeyong mendorong tubuhnya dengan kencang.
Ten ingin menangis tetapi rasa terkejut lebih mengisinya.
Ingin sekali ten pergi menemui jaehyun, namun perkataan jaehyun tempo hari selalu tergiang dikepalanya.
"Jangan datang kepadaku jika bajingan itu menyakitimu"
Ten menitikkan air mata.
Apa yang harus ia lakukan?
Jika ten datang kepada jaehyun mungkin saja jaehyun akan benar-benar menghabisi taeyong.
Wadefak.
Ten terpaksa mengurung dirinya dikamar mendengarkan suara taeyong dan yeri yang membuatnya harus memasang headset dan menangis sampai tertidur karna lelah menangis.
—TBC
Voment nya dongseu biar sejahtera heuheu😩
Q tak pede dengan chap ini😩
Btw wassaallaaammm😌
KAMU SEDANG MEMBACA
We need time [TaeTen]
FanfictionTentang taeyong yang selalu menyakiti ten dan ten yang selalu bertahan namun berakhir sia-sia.