16

2.2K 236 23
                                    

.

Ten tersenyum melihat pantulan dirinya dicermin. Sesekali kembali merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sayang, sudah selesai?" Yukhei menyembulkan kepalanya dipintu.

"Sebentar lagi." Ten masih fokus bercermin tanpa menoleh untuk melihat yukhei.

"Aku tunggu diruang tamu."

"Eh tunggu..." Cegah ten.

Ten dengan cepat mengoleskan lip balm dibibirnya.
Yukhei masih tetap menunggu didepan pintu memperhatikan ten.

"Sudah?" Tanya yukhei. Ten sudah berdiri dihadapannya.

Yukhei tidak bergeming untuk beberapa saat.
Cantik. Yukhei tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah ten.

"Hei..." Ten menepuk pipi yukhei, hanya tepukan pelan tapi yukhei langsung tersadar dari khayalannya.

"Hmmm?" Yukhei masih belum sepenuhnya sadar.
Wajah ten membuat ekspektasi nya tentang ten jadi bertambah liar.

Lihat saja contohnya bibir manis menggoda yang dilapisi lip balm itu sangat mengundang untuk yukhei cumbu.

Oh sialan, yukhei kau harus mengontrol ekspektasimu itu.

"Lucas" Panggilan ten kembali menyadarkannya.
Yukhei memandang ten tanpa berkedip.

"Kau melamun, kau sakit? Kalau kau sakit aku bisa memberitahu orangtuaku dan orangtuamu untuk membatalkan acara hari ini."

"Aku tidak sakit sayang." Elak yukhei.

"Lalu mengapa kau melamun? Ada yang aneh denganku?" Tanya ten khawwtir.

"Tidak ada yang aneh denganmu."

"Lalu?"

"Aku hanya menikmati karya tuhan yang sangat sempurna dihadapanku ini."

"Aku tidak butuh gombalanmu." Ten menyenggol bahu yukhei lalu melenggang pergi meninggalkan yukhei.

Yukhei berlari beriringan dengan tawanya. Menyusul ten dan merangkulnya.

. . . .
. . . .

"Oh lihatlah, calon pengantin kita ini sangat manis." Komentar ibu yukhei.

"Aku bahkan tidak sabar menunggu pernikahan kalian." Sambung ibu ten.
Ibu-ibu memang selalu ribut, itu yang ada dipikiran yukhei.

"Kita berdua sepakat kalian harus memiliki anak laki-laki. Pasti akan sangat menyenangkan. Ia kan calon besan?" Ayah yukhei mengangguk menyetujui ayah ten.

"Hei enak saja. Mengapa tidak anak perempuan?" Tanya ibu ten ke sang suami.

"Lagi pula biar kecantikan ten nurun ke anak perempuannya." Sela ibu yukhei.

"Great.." Ibu ten menjentikan jarinya.

"Hei bagaimana dengan ketampanan anakku? Ketampanan yukhei juga bisa menurun jika memiliki anak laki-laki." Protes ayah yukhei.

"Hei hei, kenapa kalian yang ribut? Aku dan ten belum memikirkan seorang anak. Lagipula pernikahanku dengan ten masih menghitung satu bulan lagi." Yukhei menggelengkan kepalanya mendengar keributan yang disebabkan orangtua beserta calon mertuanya.

"Mereka hanya terlalu antusias lucas." Ten menepuk bahu yukhei.

"Tapi aku pusing mendengarnya sayang."
Semua nya termasuk ten tertawa melihat yukhei yang memegang kepalanya seolah-olah ia memang pusing sungguhan.

We need time [TaeTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang