.
Hari ini sudah dimulai hari pertama ten tanpa yukhei. Ten masih berbaring dikasur empuk miliknya enggan untuk bangun dari zona nyamannya. Hari ini menjadi hari termalas bagi ten. Hidupnya benar-benar tidak bergairah.
Tadi pagi sebelum ten bangun yukhei sudah mengirim pesan singkat padanya. Sekedar mengucapkan selamat pagi dan mengatakan kalau dirinya sudah merindukan ten. Mengingat itu ten tersenyum tipis, yukhei sudah merindukannya bagaimana kabar ten yang dari semalam tidak bisa tidur nyenyak karna selalu kepikiran yukhei.
"Ten, kau tidak ingin bersiap-siap?" Ibu ten menongolkan kepalanya dari sisi pintu.
"Hah? Untuk apa? Aku sudah memberitahu yoora kalau hari ini aku tidak akan datang untuk mengecek toko." Ten mengernyitkan dahinya bingung.
"Astaga ten, separah itu kah daya ingatmu?"
"Maksud mae?" Ten bertambah bingung mendengarnya.
"Hari ini kita akan jemput tern dibandara!"
"Tern? Di bandara?" Ten mulai berpikir.
"Oh my god! I'm forget maeee!" Suara cempreng ten berhasil membuat burung-burung yang berada didahan pohon terbang bagitu saja. /abaikan:v
"Cepat bangun! Masih ada waktu sejam untukmu bersiap." Perintah itu mutlak untuk ten patuhi.
"Iya iyaaaa"
. . . .
. . . .Ten sedang menunggu kedatangan tern sang adik tersayangnya bersama dengan mae dan phao nya. Ten hanya menggunakan celana levis pendek ditemani kaos oblong berwarna putih lengkap dengan sepatu vans warna hitam dengan motif garis putih. Entah melihat wajah atau penampilan ten saat ini, membuat banyak beberapa pasang mata berkali-kali memperhatikan ten.
"Hey tern!" Ini suara ibunya yang meneriaki tern saat melihat tern.
"Yang benar saja mengapa tinggi dia hampir sama denganku?" Gumam ten.
"Phao rasa kau yang terlalu pendek ten.." Ten mendelikkan matanya mendengar sahutan ayahnya.
"Hello mae, phao." Tern menyapa sang ayah dan ibunya terlebih dahulu. Tidak lupa tern mencium pipi masing2 kedua orang tuanya ini.
"Oh my god! This is my tenie!" Tern langsung merangkul ten yang sedari tadi hanya diam memperhatikannya.
"How are you?" Tern masih tetap merangkul ten dengan sebuah pertanyaan biasa.
"I'm not fine." Ketus ten.
"Why?" Tern menatap serius wajah ten.
"Berpisah dengan calon suami sangat membuatnya frustasi." Celetuk ibunya.
"Ahhhh... Aku paham." Tern memainkan nada bicaranya.
"Btw tenie, kau mau tau sesuatu?"
"Kurang ajar. Panggil aku phi!"
"No no no, i can't because you're my tenie." Jawab tern sambil tertawa.
"Kau semakin pendek ya selama aku tinggal di london." Tern sengaja memperhatikan ten dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Sialan! Kau ingin aku pukul?" Ten bersiap ingin memukul adiknya itu tapi tern keburu berlindung pada ayahnya.
"Astaga tern jangan menggoda kakakmu terus." Ibunya memperingati sedangkan sang ayah hanya tertawa ringan.
"Aku tidak akan tahan kalau tidak menggodanya mae." Ucapan tern berhasil membuat ten mendecak kesal.
. . . .
. . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
We need time [TaeTen]
FanficTentang taeyong yang selalu menyakiti ten dan ten yang selalu bertahan namun berakhir sia-sia.