Tigabelashhhh

3K 298 67
                                    

.
.
.
Taeyong meninggalkan cafe dengan langkah gontai. Keputusannya menemui jaehyun seakan tambah memperburuk suasana hatinya.

'Bruk'
Entah taeyong yang berjalan tidak hati-hati atau orang tersebut yang tidak hati-hati hingga membuat bahu mereka saling bertabrakan.

Taeyong membungkukkan badannya bukan untuk meminta maaf melainkan mengambil sepucuk surat yang sedari tadi digenggamnya.

Taeyong menoleh melihat orang yang barusan menabrak dirinya.

"Yeri?" Taeyong cukup terkejut melihat wanita yang berada disamping pria tersebut ternyata yeri.

Taeyong menatap tangan yeri yang sedang berpegangan tangan dengan pria lain selain dirinya.

"Tae-taeyong—" Yeri segera melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.

"Jadi ini kelakuanmu?" Taeyong menghempaskan tangan yeri yang berusaha meraih tangannya.

"Taeyong dengarkan aku dulu" Yeri masih berusaha meraih tangan taeyong.

"Dengar, kau tidak lebih baik dari ten!" Taeyong kembali menghempaskan tangan yeri dengan kencang sehingga yeri terdorong beberapa langkah. Taeyong adu tatapan tajam dengan pria tersebut dan berlalu pergi. 

"TAEYONG!" Yeri berteriak memanggil nama taeyong tapi taeyong tidak menghiraukannya.

. . . .
. . . .

"Welcome in new york" Yukhei berseru sambil merangkul ten.

"And welcome my new life" Yukhei tersenyum melihat ten yang merentangkan tangannya.

"Kau senang?" Ten mengangguk sebagai jawaban.

"That's good" Yukhei dengan lembut mengarahkan tangannya untuk mengacak rambut ten.

"Kebiasaan" Ten menipis tangan yukhei dengan mata yang melotot dan hanya dibalas kekehan oleh yukhei.

. . . .
. . . .

Taeyong mendudukan dirinya dilantai dengan kasur sebagai sandaran. Satu hal yang taeyong runtuki mengapa dirinya bisa percaya kepada yeri.
Bahkan taeyong sudah menyia-nyia ten hanya untuk yeri dan apa yang taeyong dapatkan? Sebuah pengkhianatan.

Ingin sekali taeyong mengubur dirinya dalam-dalam atas semua kebodohan yang telah ia lakukan namun bagaimana taeyong akan memperbaiki semuanya jika dirinya saja tidak tau dimana ten berada.

Taeyong mengacak rambutnya lalu menjambaknya. Sepucuk surat yang sedari tadi taeyong genggam menjadi lecak karna ulahnya.
Taeyong kembali melihat surat itu dengan pandangan kosong. Haruskah ia membuka nya sekarang? Pikiran taeyong melayang tentang segala isi surat yang akan dibacanya. Apakah ten memakinya disurat ini? Atau mungkin....

Ah sudahlah taeyong kembali menjambak rambutnya untuk yang kedua kali.

"ARRGHHH..." Teriakan taeyong serta usapan kasar yang taeyong lakukan diwajahnya seolah menandakan segala kefrustasian yang taeyong rasakan.

. . . .
. . . .

"Kakek! Nenek!" Ten berlari menghampiri pria dan wanita paruh baya itu meningggalkan yukhei yang hanya menggeleng dari belakang.

"Hey ten" Ten tersenyum kepada mereka setelah mendapatkan pelukan hangat dari mereka. Ten memang sudah dekat dengan keluarga yukhei sejak mereka berdua masih menjadi sepasang kekasih.

"Yak yukhei kau lamban sekali" Sang kakek meneriaki yukhei yang hanya mengangguk mengiyakan sang kakek sambil terus berjalan dengan pelan.

"Long time not see nek, kek." Tangan panjang yukhei memeluk tubuh sang kakek dan nenek bersamaan.

We need time [TaeTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang