CINTA DAN HARAPAN - Part 1

292 27 5
                                    

Kamu ngapain ke sini?" Tanya Clarissa pada Glen dengan emosi yang berusaha ditahannya untuk tidak meluap. "Mau ngasih kamu ucapan selamat dong." Begitu kata Glen santai sambil menebar senyum mautnya. Siapa pun wanita yang mendapat lemparan senyum dari Glen akan langsung jatuh hati padanya. Namun hal itu ternyata tak berlaku bagi Clarissa. Sudah tiga kali Glen mengajaknya berkencan, namun tiga kali juga Clarissa menolaknya. Ia lebih memilih menyukai pria dari dunia maya daripada pria yang sudah pasti ada di depan matanya.

Ketika hati sudah jatuh terlalu dalam, siapa yang dapat membangunkannya? Semua orang mengatakannya bodoh karena menolak pria tampan dan kaya yang saat ini sedang menatap mata sipitnya. Namun hatinya sudah terukir pria lain. Pria yang belum pernah ditemuinya. Pria yang hanya ditatapnya dari layar kaca.

"Makasih ya buat bunganya." Clarissa berusaha untuk melebarkan bibirnya meskipun dalam hati masih merasa kesal dengan pria yang tak kenal kata menyerah ini. "Nanti malam..." Glen belum selesai bicara namun sudah dipotong oleh Clarissa yang tahu apa kelanjutannya. "Nanti malam aku bakal makan malem sama keluargaku." "Ouh, kalo besok..." Lagi-lagi Clarissa memotong pembicaraannya berusaha menolak setiap ajakan Glen. "Sorry banget ya besok aku mau pergi keluar kota refreshing sejenak."

Glen pun mengangguk dan meminta padanya untuk berfoto bersama sebelum pergi. Clarissa mengiyakan dan tak lama setelah itu Glen meninggalkan Clarissa dengan muka yang tertekuk seperti pakaian kusut. "Bye Cha." "Bye Glen." Suasana pun kembali ramai bak pasar pagi pasca kepergian si pengagum Clarissa itu.

"Cha, yakin nolak dia lagi? Asal jangan nyesel aja nanti." Kata-kata yang dilontarkan kepadanya terkadang membuat Clarissa galau. Haruskah ia menerima cinta Glen? Cinta yang sudah pasti, pria yang memang sudah ada di depannya. Tangannya yang lebar pun bisa langsung digenggamnya saat Clarissa membuka hatinya untuk si pemain basket ini.

Namun hatinya telah terukir. Terukir untuk pria yang tak pasti. Tak pasti akan ditemuinya dan tak pasti akan dicintainya di kemudian hari. Semua orang boleh menganggapnya bodoh, namun Clarissa tak mempedulikannya. Selama harapan masih ada, Clarissa akan terus berjalan di jalannya. Sampai tak ada lagi jalan menuju Roma, disitulah dia akan berhenti. Berhenti untuk menaruh hati pada pria yang tak pasti.

-----------------

"Chukahantha!" Satu kata sejuta makna. Sebuah pesan singkat menambah kebahagiaannya dihari yang sangat cerah ini. Senyum lebar kembali ditebarkannya pada alam semesta. Rumput liar yang melihatnya pun ikut bergoyang melihat senyum indah Clarissa.

"Chukahantha chin-gu!" Tak lama setelah itu terdengar suara Ferita yang ikut senang mendengar kelulusan Clarissa dari kota tetangga. "Makasih banyak chin-gu! Cepet nyusul ya. Kapan pulang?" Balas Clarissa sambil memegang handphone di tangan kirinya dan wafer coklat di tangan kanannya. "Belum tahu nih, mungkin minggu depan. Masih harus ketemu dosen buat nyelesein bab 2." "Hazekkk, mangat cin. Kalo pulang kabarin ya." Jawab Clarissa sambil menguyah bagian terakhir wafer coklat favoritnya.

Tangan Clarissa terus mengetik ucapan terima kasih karena sudah resmi menjadi ratu sehari. Facebook, Instagram dan Linenya hari ini penuh dengan notifikasi dari orang-orang yang melihat foto kelulusannya. "Beasiswanya udah diurus belum?" Pertanyaan si papi menghentikan jari jemari Clarissa yang mulai terasa pegal. "Kemarin baru liat-liat prosesnya Papi. Masih lama juga kok pembukaan registrasinya."

Masih ada banyak waktu untuk menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk beasiswa. Clarissa pun berniat untuk pesta Running Man dan drama Korea dalam waktu satu minggu ini. Namun si Papi secara tidak langsung memintanya untuk tak menunda-nunda waktu. Papi adalah orang yang on time dalam hal apapun. Tak peduli masih ada waktu satu atau dua bulan, jika kau bisa mengerjakannya sekarang, kerjakanlah.

OPPA, URI MANNAJA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang