14 Juli 2015, 1 bulan setelah hari wisuda itu berlalu, sebuah buku kecil berwarna hijau ada digenggaman Clarissa. Proses pengurusan passport yang zaman dulu sangat berbelit-belit ini akhirnya membuahkan hasil tanpa ada kendala ini itu. "Dedieo, kenatta!" Kata Clarissa sambil menghembuskan nafas rasa syukur.
Semua dokumen yang diperlukan untuk mengajukan beasiswa sudah dipersiapkannya jauh-jauh hari. Masa depannya dipertaruhkan untuk mendapatkan kursi beasiswa yang akan mengantarnya pada gerbang utama bandara Incheon. Tak ada plan B karena semua tekad dan usaha ia kerahkan hanya untuk menduduki satu dari 8 kursi kebanggaan. Tak ada satu pun teman Clarissa yang mengajukan beasiswa. Namun ingatlah Indonesia, negara dengan berjuta-juta penduduk dimana akan ada ribuan pasang mata yang bersaing mematahkan tekad Clarissa. Tak hanya itu, Clarissa pun harus berjuang mengalahkan pesaingnya dari negara lain karena 8 kursi kebanggaan itu terbuka juga bagi para calon mahasiswa yang berasal dari Rusia dan Vietnam.
Menghancurkan mimpi. Terdengar kejam namun itulah kenyataan. Entah itu Clarissa atau orang lain yang tak dikenalnya. Tetesan air mata akan membasahi bumi pada saatnya nanti. Saat dimana mimpi harus ditunda atau mimpi yang tak dapat restu sang Pencipta.
"Aaaa. Matta matta!" Hampir saja Clarissa lupa melampirkan surat rekomendasi dosen. Surat ini tak boleh dilupakannya karena menjadi salah satu persyaratan untuk mengajukan beasiswa. Pak Kadir dan pak Togar adalah dua dosen yang akan ditemuinya besok untuk meminta surat rekomendasi. Clarissa berharap surat itu akan didapatkan layaknya membalikkan telapak tangan.
"Raport, ijazah, surat penghargaan, translate akte, antek-antek formulir. Hmm..." Clarissa mengamati dokumennya satu per satu dengan teliti. Memeriksa sekali lagi agar tak ada yang ketinggalan selain surat rekomendasi. "Mana? Mana?" Tangannya bergerilya mencari personal statement dan janji NIIED. Rasanya surat-surat itu sudah diprint bersama dengan dokumen yang lain. "Hmmm. Eodiya?"
"Yeogi i-ne." Tangannya mengelus-elus dada saat menemukan dua kertas penting yang dari tadi dicarinya. Ada begitu banyak dokumen yang harus dipersiapan. Dua bulan terakhir ini ia pergunakan untuk mengurus berkas-berkas yang diperlukan termasuk menerjemahkan raport, ijazah, KTP, kartu keluarga bahkan akte lahir. Untung saja mereka menyuruhnya untuk menerjemahkan dalam bahasa Inggris. Coba kalau Korea, Clarissa pasti sudah kelabakan.
"Aku harus cari part time." Ada tekad baru yang muncul ketika kakinya berhasil melangkah di Korea Selatan nanti. Proses mengurus dokumen ini membutuhkan uang yang tidak sedikit dan membuat Clarissa merasa sedih terus-menerus minta uang pada orang tuanya. "Hal su isseo!" Kembali kata semangat keluar dari mulutnya. Memberi perintah pada hati dan pikiran untuk tetap kuat dan tak pantang menyerah.
-----------------
"Pak Togarnya sedang cuti selama satu minggu. Minggu depan baru ke kampus lagi." Kata salah satu staff yang ada di ruangan pak Togar saat Clarissa berniat untuk meminta surat rekomendasi. Berbeda dengan pak Kadir yang hari ini moodnya sedang bagus, pak Togar yang ia kira akan lebih mudah ditemui ternyata sedang cuti. "Eotteokke?" Dia bertanya dalam hati.
Kakinya melangkah menuju luar ruangan dan memutuskan untuk pulang. Perjalanan tanpa macet membuatnya cepat sampai di rumah yang baru saja ditinggalkannya selama satu jam. "Dear Pak Togar..." Clarissa kembali memainkan jemarinya di atas laptop untuk mengirim email pada pak Togar. Otaknya berbagi fungsi menjadi dua, satu untuk merangkai kata pada email, dan yang lain untuk berdoa memohon restu pada Tuhan.
"Sudah dapat surat rekomendasinya?" Si papi yang tak pernah masuk kamar Clarissa sepertinya penasaran akan usaha anaknya ini. "Kurang satu lagi Papi. Dosennya lagi cuti." Clarissa menoleh sambil berusaha memberikan ekspresi yang tak memperlihatkan kekhawatirannya. "Ya sudah tunggu saja, masih ada waktu." Lanjut si papi sambil meninggalkan kamar Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPA, URI MANNAJA!
FanficClarissa, satu dari jutaan putri Indonesia yang bermimpi untuk berada di panggung penuh sorotan cahaya. Bukan untuk meraih mahkota kemenangan sebagai duta tanah air melainkan menghadiri fan sign EXO yang tak mudah didapati. "It's such a long long lo...