CINTA DAN HARAPAN - Part 2

198 21 0
                                    

Embun pagi yang telah berubah menjadi tetesan air. Matahari yang tak lagi terlelap dan siap mengeringkan para jemuran. Burung-burung yang mulai lelah untuk berkicau. Begitu juga dengan tanah basah yang mulai mengering. Seperti itulah Clarissa melewatkan pagi hari yang penuh dengan kesejukan. Percakapan yang dilakukannya bersama Hyung-sik selama satu setengah jam sukses membuatnya tidur subuh. Untung saja hari ini Hyung-sik tidak kuliah sehingga Clarissa pun tak merasa terbebani.

"Ireonasseo?" Clarissa mengirimkan sebuah pesan via Kakao Talk pada pujaan hatinya. Sambil menunggu balasan, tangannya meraih handuk yang tergantung dan masuk ke kamar mandi. Sorry, sorry, sorry, sorry. Naega naega naega naega meonjeo. Nege nege nege bbajyeo. Kali ini lagu Super Junior yang dinyanyikannya. Suaranya terdengar begitu kencang hingga menghasilkan gema yang dapat mengguncang istana cemara.

Seperti biasa, 30 menit dihabiskannya dalam sebuah ruangan berukuran 2x2 meter. Byur... Byur... Terdengar gebyuran suara air senada dengan suara Clarissa yang menggigil kedinginan. Kota kecil tempat tinggalnya ini sangat berbeda dengan Jakarta dan planet Bekasi. Airnya sangat sejuk dan sudah pasti alami.

Agenda kali ini akan ia gunakan untuk menghajar keperluan skripsi sampai tuntas. Mulai dari membaca ulang hingga mencetak hard cover yang akan menjadi salah satu pajangan rak buku perpustakaan kampus. "Aaaa... Siwonae." Clarissa keluar dari kamar mandi dengan posisi rambut yang dibalut handuk dan kedua tangan yang direnggangkan layaknya orang baru bangun tidur.

Clarissa berjalan menuju tempat tidur sambil menggosok-gosok halus rambutnya dengan handuk setengah basah. Handphone yang berjarak 1m dari hadapannya langsung diambil menggunakan tangan kanan kemudian ditekannya tombol view untuk membaca pesan masuk. "Wae na hante banmal hae?" Pesan singkat itu menimbulkan senyum lebar dibibir Clarissa. Kedua tangannya kembali mulai bergerilya menari-nari diatas keypad membalas pesan Hyung-sik. Handuk yang jatuh tergeletak di atas lantai pun tak dihiraukannya.

"Kenyang hago sippeo. Kkkkk." Clarissa dan Hyung-sik terlihat semakin dekat sehingga membuatnya mulai berani menggunakan bahasa banmal pada lelaki yang lebih tua satu tahun darinya. Handuk yang sempat tak berdaya di atas lantai kini kembali bertugas menyerap air dirambut tebal Clarissa sambil menunggu balasan si oppa.

Hari demi hari Hyung-sik pun mulai berbicara beberapa hal yang lebih dalam tentang keluarganya, begitu juga dengan Clarissa. Namun ada satu hal yang aneh, dua sejoli ini tak pernah berniat video call sekalipun. Malu? Mungkin saja. Fakta satu tahun menjalin pertemanan online tak juga memunculkan keberanian dua hati beda negara ini untuk saling bertatap muka lewat layar kaca.

-----------------

5 Juni 2015, hari dimana Clarissa resmi menggunakan toga. Rona kebahagiaan tidak hanya terlihat diwajahnya namun personil lain dari keluarga cemara. Kedua mata papi mulai berkaca-kaca tak menyangka bahwa putri keduanya bisa lulus dalam waktu yang singkat meskipun badai cobaan tak henti-henti menimpanya selama berbulan-bulan. "Makin sukses ya anakku." Peluk si mami melihat anaknya yang tampak begitu cantik memakai jubah kelulusan.

"Tadaaaa!" Ferita yang sempat mengatakan tak bisa datang dihari kelulusannya ternyata bermaksud memberikan surprise. "Chukahae chin-gu ya!" Peluk Ferita sambil mengucapkan selamat pada sahabat satu-satunya itu. "Ayo buruan kelarin skripsi biar gantian aku yang ngucapin chukahae." Balas Clarissa sambil menebarkan senyum tulusnya.

"Wah, bentar lagi mau ke Korea. Cie..." "Belom pasti kepilih. Huhu." Balas Clarissa yang saat ini harus mulai serius mempersiapkan keperluan untuk mengajukan beasiswa. "Tenang, pasti bisa. God didn't bring you this far to leave you." Ferita yang selalu memberikannya kata-kata bijak dari hasil pencarian quotes di Google menepuk-nepuk pundak Clarissa tanda memberi semangat.

Agenda kelulusan hari ini dilanjutkan dengan foto studio yang berlangsung selama kurang lebih dua jam. Cekrek. Cekrek. "Ya, ganti posisi. Sekarang free style ya." Begitu kata si mas-mas fotografer mengarahkan gaya pada keluarga cemara. Sesi foto yang menyenangkan itu tak terasa sudah berakhir dan akhirnya mereka kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak.

Acara terakhir untuk merayakan kebahagiaan hari ini adalah makan malam bersama keluarga dan teman-teman terdekat. Beberapa kado dari teman-teman Clarissa terlihat memenuhi salah satu meja yang juga penuh dengan bunga. Senyum lebar tak pernah lepas dari wajah Clarissa. "Yeoreobun, jeongmal khamsahamnitha." Clarissa berkata dalam hati sambil memandangi wajah orang-orang kesayangannya yang sedang asyik menyantap makanan lezat di meja.

-----------------

Mimpi untuk meluluhkan hati pak Kadir. Mimpi untuk membuat orang tuanya bangga saat memakai toga sarjana. Mimpi untuk menjadi penyemangat teman-temannya yang sedang menyelesaikan skripsi. Semua mimpi itu telah menjadi nyata. Ketika harapan dikombinasikan dengan tekad dan bumbu usaha, adakah celah bagi kegagalan? Kegagalan hanya ada jika mimpi tak direstui.

Kini kaki jenjangnya siap untuk melangkah lebih jauh. Berjuta-juta langkah jauhnya dari istana ternyaman, rumah. Asa yang tak pernah padam sejak tiga tahun lalu, kali ini semakin merasuki dirinya. Semangat yang tak patah dan cinta yang tak pudar. Dua partikel yang sangat efektif untuk membuat embun menjadi tetesan air.

Melanjutkan S2 dan lulus dari universitas ternama adalah mimpinya sejak pertama kali jatuh cinta dengan Korea. Mendapat nilai baik siapa yang tak ingin? Namun belajar bukanlah satu-satunya hal yang ingin dilakukannya saat tiba mimpinya menjadi nyata. Belajar? Merelakan kepergian seseorang adalah suatu pelajaran. Wanita ini tak ingin lagi perasaan menyesal menyentuh hatinya karena menjadikan pendidikan sebagai pusat kehidupan.

Namsan Tower, Gyeongbokgung Palace dan Nami Island. Tiga tempat yang sering didengarnya dari internet sebagai destinasi utama wajib kunjung para turis. Menggantungkan gembok cinta sebagai tanda terikatnya suatu hubungan. Memakai baju couple dengan Hanbook sebagai tema sesi foto pasangan yang sedang dimabuk asmara. Menyematkan cincin di Nami Island untuk sebuah ikatan yang lebih kuat. Matanya tak fokus melihat ke arah mana dan mulutnya terbuka lebar sambil tersenyum. Itulah ekspresi anehnya saat memikirkan hal-hal indah bersama lelaki masa depannya.

Mimpinya untuk menghabiskan ratusan bahkan ribuan hari di Korea semakin merasukinya hari demi hari. Semangat yang menggebu membuatnya mulai menjalani status pengangguran dengan belajar budaya Korea. "Omo. Sul." Budaya minum minuman keras yang konon katanya dapat mempererat hubungan pertemanan juga harus dihadapinya. "Hmmm. Mereka pasti mengerti jika aku orang asing." Clarissa berusaha meyakinkan diri untuk tidak terlalu tertekan saat membaca artikel-artikel yang tak sesuai budaya negaranya itu.

"Aja. Aja hwaiting." Itulah kalimat terakhir yang diucapkannya setelah dua jam lebih membaca isi artikel yang menambahkan pikiran pahit manis asam manis dikepalanya. Beberapa artikel sempat membuatnya terkejut karena belum pernah dilihatnya di drama.  Namun tekad yang lebih besar dari rasa takut tak menghentikan niatnya untuk melanjutkan hidup di negeri ginseng.

Setiap orang memiliki mimpi. Entah itu berguna, entah itu hanyalah sampah. Setidaknya mimpi menyuruhmu untuk bertindak. Bertindak untuk membuktikan apakah itu menambahkan kebahagiaan atau memperburuk keadaan. Bermimpilah. Clarissa pun tertidur dengan mimpinya.

NOTE:

1. Ireonasseo? : Sudah Bangun?
2. Siwonae : Sejuk
3. Wae na hante banmal hae? : Mengapa kamu menggunakan bahasa tidak formal padaku?
4. Kenyang hago sippeo. Kkkkk. : Aku hanya ingin melakukannya. Wkwk.
5. Yeoreobun, jeongmal khamsahamnitha : Guys, terima kasih banyak
6. Hanbook: Baju tradisional Korea
7. Omo. Sul. : Astaga. Minuman keras

OPPA, URI MANNAJA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang