.five.

5.3K 807 3
                                    

Taehyung membawa setangkai mawar itu ke kantor seperti melakukan sebuah kesalahan. Ia merasa jadi pusat perhatian karyawan-karyawan kantor. Mereka sepertinya penasaran dan ingin bertanya padanya. Namun karena Taehyung terburu-buru dan hanya melemparkan senyum, mereka hanya menatapnya—dan ia tak menyangka ada beberapa gadis yang menatapnya dengan pandangan iri.

Taehyung menghiraukan tatapan-tatapan aneh yang ditujukan padanya. Ia terus berjalan memasuki lift hingga sampai di lantai tiga. Ruangan manajemen keuangan, marketing, dan Direktur terletak di lantai ini. Sayangnya, ruangan kerja Taehyung dan ruangan Jungkok berdampingan—bahkan jika pintunya terbuka dan sedikit menoleh ke samping kanan, Taehyung bisa melihat langsung ke mejanya. Sedangkan meja Jimin bersebrangan dengan meja Taehyung.

"Woah, kau dapat mawar dari mana, Tae?" tanya Jimin, ketika ia menutup pintu ruangan. Ternyata matanya jeli sekali.

"Entahlah. Aku tak tahu siapa pengirimnya," jawab Taehyung sembari mendudukkan diri di meja kerja. Ia menyimpan mawar itu di kotak tempat menyimpan alat tulis di sudut kiri mejanya.

"Eh? Masa? Kok bisa?" tanya Jimin penasaran. Pandangannya sepenuhnya teralih pada Taehyung, menatapnya dengan dahi berkerut.

Taehyung menarik napas panjang. Ia menceritakan tentang gadis kecil yang memberinya bunga mawar merah setiap kali duduk bersantai di taman—tentu saja ia bercerita dengan suara pelan. Selama Taehyung bercerita Jimin tak menyela sedikitpun.

"Romantis juga ya."

Taehyung memutar otak, mencari topik lain yang kiranya bisa mengalihkan perhatian Jimin tentang si Pengirim Sok Misterius itu. Oh ya, Yoongi.

"Ngomong-ngomong, aku tadi bertemu Yoongi-hyung. Dia menanyakanmu."

"Hmmm."

Jimin tersenyum. Ah, sepertinya Jimin menyimpan perasaan untuk lelaki itu. Taehyung mencoret nama Min Yoongi yang sempat terbesit si Pengirim Bunga itu di kepalanya.

"Oh ya, aku punya rencana. Besok kau sibuk? Kita bisa mencari toko bunga yang ada di sekitar sana. Mungkin saja bisa bertanya-tanya tentang pengirim misterius itu," usul Jimin. Sepertinya ia lebih semangat membongkar jati diri Si Pengirim Rahasia itu daripada ia sendiri.

Taehyung hendak menyetujui usulannya, namun ia teringat hari Rabu dan Kamis Taehyung pulang di atas jam sembilan.

"Besok aku tak bisa. Jadwalku lembur."

Senyum di wajah Jimin mengendur. "Yahh ..." Ia mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja."lusa? Bagaimana?"

"Hm ... mungkin bisa."

"Yeah!"

Taehyung terkekeh pelan. Jimin bersemangat sekali. Seakan ia sendiri yang mendapatkan bunga-bunga mawar itu.

"Ehm." Deheman seseorang yang baru masuk ruangan sontak membuat tubuh keduanya membeku saat itu juga. Jeon Jungkook telah kembali.

"Taehyung-ah, kau sudah mendapat laporan dari bagian marketing?" tanya Jimin. Taehyung tertawa dalam hati. Bisa-bisanya Jimin mengubah raut wajahnya menjadi serius dalam waktu singkat dan mengalihkan pembicaraan saat lelaki itu kembali.

"Belum, sepertinya besok," jawab Taehyung sekenanya, tak kalah memasang ekspresi serius.

Setelah Jungkook melewati meja mereka dan kembali ke ruangannya, mereka tertawa pelan. Taehyung menempelkan telunjuk di bibir, mengisyaratkan untuk tak terlalu banyak bersuara.

Jungkook tak terlihat lagi, ia sudah pergi ke ruangannya.

"Kembali serius jika Sajangnim melihat kita mengobrol. Aku tak mau dijadikan daging cincang olehnya," kata Jimin dengan suara pelan.

Taehyung memasang wajah serius.

"Sudahlah. Kembali bekerja." Ia memberi sedikit penekanan pada kalimat yang diucapkannya, dengan tatapan tajam mengarah lurus pada Jimin.

"Gaya bicaramu terdengar sepertinya. Ugh, mengerikan."

Taehyung menutup mulutku yang tertawa.

Seperti yang ia katakan tadi, Taehyung harus kembali bekerja. Minimal laporan sudah selesai jam tiga, karena aku harus mem-print out dan menyerahkan hard copy-nya pada Jungkook.

Secret Sender [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang