Esoknya, semua kembali seperti biasanya. Jeon Jungkook yang suka memerintah dan mengedarkan tatapan tajamnya, juga sikapnya yang kembali dingin dan ekspresi datar menghiasi wajahnya.
Apa yang Taehyung lihat semalam itu hanya delusinya semata? Taehyung menghela napas dan menggeleng pelan. Entahlah.
Setelah menyelesaikan pekerjaan kantor, Taehyung dan Jimin pergi mencari toko bunga terdekat, seperti yang direncanakan. Mereka berjalan berkeliling taman, mengamati toko bunga yang mungkin terlihat dari pinggir-pinggir taman.
Sudah lima menit berlalu, tak ada yang melihat plakat bertuliskan toko bunga. Akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan di trotoar jalan raya yang arahnya berlainan dengan lokasi kantor. Mereka memang jarang sekali melewati jalan itu.
Beberapa meter berjalan, Taehyung melihat sebuah papan kayu besar dengan tulisan "Sweet's Florist" menggantung di atas pintu. Bunga-bunga lily putih berjejer rapi di teras kecil toko bunga itu-tampak seperti toko bunga sederhana.
"Annyeong~" ucap Jimin. Taehyung mendorong pintu masuk lalu melangkahkan kaki ke dalam toko. Aroma berbagai bunga tercium, menyebar di ruangan kecil itu.
Taehyung melihat seorang lelaki sedang menyemprotkan cairan pada bunga-bunga di sekelilingnya. Pandangannya mengedar secara menyeluruh, melihat-lihat bunga-bunga yang ada.
"Jin-hyung?" Ucapan Jimin sontak membuat Taehyung meliriknya. Jimin menautkan alisnya, memasang wajah setengah tak percaya mengarah pada lelaki yang ada di sana.
Merasa terpanggil, pemilik toko menaruh semprotan yang dipegangnya, menghampiri pengunjung.
"Jimin-ah?" katanya dengan nada keraguan terselip di dalamnya.
Jimin langsung memeluk lelaki yang disebutnya Jin-hyung tadi. "Hyung! Sudah lama sekali aku tak bertemu denganmu."
"Dari dulu tinggimu tak bertambah."
Jimin berdecak kesal. Kekesalan yang tak lama kemudian berubah menjadi tawa, berdua mengobrol untuk melepaskan rindu karena lama tak bertemu. Taehyung lebih memilih melihat-lihat bunga merah dengan kelopak kecil-kecil tak jauh dari tempatnya. Bunga daisy 'kah?
"Tak kusangka kau bekerja di sini, Hyung. Sudah lama?"
"Hampir setengah tahun. Tahun ini aku kembali ke Seoul. Kau sendiri? Di mana kau bekerja?"
"Tak jauh dari sini. Ah, kalau saja aku tahu Hyung di toko bunga ini, mungkin aku akan sering datang ke sini."
Taehyung merasa cukup melihat-lihat. Ia mengamati interaksi mereka berdua.
"Datang ke sini, sekalian beli bunganya juga."
Ucapan Seokjin seakan menyadarkan Jimin bahwa Taehyung ada di sana juga. Ia menolehkan kepalanya ke samping kiri, tempat tadi Taehyung berada. Ia menoleh ke samping kanan, menatap Taehyung dengan tatapan bersalah.
"Ah, ya ampun, aku sampai lupa." Jimin menepuk jidatnya. "Aku ke sini ingin menanyakan sesuatu, Hyung."
"Eh? Apa?"
Jimin menoleh pada Taehyung. Taehyung teringat ia belum memperkenalkan diri.
"Aku Kim Taehyung."
"Kim Seokjin."
Seokjin tersenyum membalas senyuman Taehyung. Detik kemudian, bola matanya tampak melebar.
"Oh! Aku ingat. Kau itu yang suka duduk-duduk di taman 'kan?"
"Yap!" jawab Jimin mewakili. "dan pertanyaanku adalah, kau tahu siapa pemberi mawar merah yang sering diberikan untuknya? Kurasa mawar itu ia dapat dari sini."
"Seorang gadis kecil yang memberikannya padaku," tambah Taehyung. Ia menunjukkan dengan tangannya kira-kira tingginya sepinggang. Seokjin mengangguk-ngangguk.
"Oh, dia keponakanku-err calon ponakan lebih tepatnya," ralat Seokjin, gurat-gurat kemerahan terlihat di pipinya.
Jimin menatap Seokjin dengan tatapan menggoda. "Hyung sudah mempunyai calon, eh?"
"Sudahlah, Jim, jangan membahas itu."
"Yeah, jadi, siapa yang memberikan bunga itu?"
"Tapi aku tak bisa memberitahukan namanya."
Taehyung tersenyum hambar. Sayang sekali Seokjin tak mau memberitahukan identitas pengirim rahasia itu.
"Ayolah Hyung~ jangan biarkan aku mati penasaran," rayu Jimin, sampai-sampai ia menarik-narik lengan baju Seokjin.
Seokjin menghela napas. "Baiklah. Sedikit informasi dariku. Ia memberikan dana sumbangan untuk toko bunga ini."
Dana?
"Itu tak membantu sama sekali Hyung." Jimin mendengus sebal.
"Mau bagaimana lagi? Aku telah berjanji tak akan memberitahu siapa pun."
Taehyung melirik jam tangannya. Pukul lima sore lebih beberapa menit. Sepertinya tak mungkin aku menggali informasi dari Seokjin yang jelas-jelas tak akan memberikan informasi lebih jauh tentang si Pengirim Bunga itu.
"Chim, masih mau di sini?"
"Aku juga mau pulang. Hyung, kapan-kapan aku mampir ke sini lagi."
"Maaf mengganggu," tambah Taehyung.
"Tak apa, jangan sungkan untuk mampir."
Taehyung berjalan ke luar. Di dekat pintu masuk/keluar, ia melihat dua buah pot besar yang berisi bunga mawar merah pertangkai-sama seperti yang ia dapat hari-hari sebelumnya.
Tiba-tiba, Taehyung rindu dengan aroma bunga mawar itu. Jika ia pergi ke taman seperti biasanya, apa ia akan menerima mawar itu lagi? Taehyung menghela napas. Untuk apa mengharapkan harapan kosong, Kim Taehyung.
Dan ... tak pernah ia sangka ketika berjalan pulang gadis kecil itu datang menghampirinya, dengan memberikan setangkai mawar merah lagi. Ya Tuhan ... apa yang Kau-rencanakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Sender [✔]
Fanfiction[KOOKV - completed] Taehyung beberapa hari selama seminggu terakhir ini selalu mendapatkan setangkai mawar merah ketika ia duduk bersantai di taman, dari pengirim yang merahasiakan identitasnya. -- note: short-chaptered, some chapters are privared