BP-9"First Kiss"

5.4K 276 6
                                    


Hari baru. Kembali ke kantor, menjalani rutinitas lagi.
Seperti biasa. 'Tidak ada yang berubah' pikir Hanna.

Hanna belum bertemu Jonathan daritadi. 'Aku merindukannya?' Yang benar saja. Jonathan terlalu tinggi untuk diraih. Hanna sadar itu. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Sammuel memang menarik tapi Jonathan rasanya seperti menjangkau matahari. Dulu saat bertemu Sam, mereka masih sama-sama kuliah, belum terlalu mengerti dunia kerja, atasan dan bawahan maupun kehidupan sosial. Hanna menjalin hubungan dekat sebelum Sam membuatnya patah hati. Sam saat itu tinggal di kos an seperti mahasiswa lain dan Hanna tahu bila Sam mempunyai keluarga yang mapan adalah saat perpisahan mereka karna Sam belum pernah mengenalkannya pada keluarganya meskipun orangtua Hanna sudah tahu bahwa mereka berpacaran.

Lain dengan Nathan. Nathan adalah atasannya, kelas sosial yang lebih tinggi dari Sam. Jauh dan terlalu bersinar. 'Yang ada aku akan terhempas setelah diangkat tinggi melayang di udara'.

Hanna segera mengangkat telepon di ruangan hanya sesaat setelah terdengar bunyi deringan. Hanna masih sendiri di ruangannya. Lantai ini khusus untuk divisi mereka. Ruangan luas dan di depannya merupakan ruangan kecil dengan pintu tertutup untuk kepala divisi. Hanna dan lima orang lainnya berada di ruangan yang lebih luas berbatas kubikel satu dengan yang lainnya.

Pagi ini Hanna masih sendiri. Kepala divisinya sedang dinas luar bersama Pak Santo. Kris belum datang. Nada masih cuti melahirkan sedangkan Ririn tadi sudah bilang akan datang terlambat karna menunggu pengasuh anaknya yang baru sampai di stasiun kereta pagi ini.

"Iya.." Hanna menjawab telpon tersebut

"Han.. Rigo nich. Gue minta dokumen perencanaan pencairan yang kemarin lue buat".

"Iya Rigo... gue ambilin. Ntar langsung gue anter kesana".

Hanna bergegas menuju ke arah lemari arsip di pojok ruangan yang berada tak jauh dari kubikelnya.
Tak butuh waktu lama untuk mengenali dimana letak dokumen yang diminta Rigo. Tapi letaknya cukup tinggi. Hanna sebenarnya memiliki tubuh yang tinggi dan dengan ditambah sepatu kerja dia hanya perlu berjinjit saja.

Baru saja Hanna berjinjit dan menjangkau binder berisi dokumen, sebuah tangan sudah lebih dulu menjangkau binder itu dan menurunkannya. Hanna terkejut menyadari ada sosok yang berdiri melingkupinya dari belakang. Tubuh pria itu menjadi sangat dekat dengan tubuhnya. Hanna dapat mencium aroma tubuh yang tidak asing lagi. Jonathan sudah berdiri di belakangnya. Ia dapat merasakan tengkuknya panas seketika.

Hanna segera berbalik tapi itu adalah tindakan yang salah karna membuat posisi keduanya malah bertambah dekat. Dan Jonathan tak mau mundur lagi dengan tangan kanan menurunkan binder tadi tapi Jonathan belum memberikan binder itu pada Hanna. Bahkan sekarang gantian tangan kirinya memegang binder itu di balik punggungnya. Sedangkan Posisi Hanna tersudut membelakangi lemari arsip.

"Mengapa tak menjawab telponku semalam? Kau juga tak membalas pesanku" ujarnya tanpa basa-basi, khas Jonathan.
"Aku sudah tidur semalam".
"Bohong. Aku melihat kau membacanya. Itu artinya kau belum tidur".

Gawat. Hanna lupa mensetting whatsapp nya agar tidak kelihatan bahwa sudah dibaca.
"Nathan, lepaskan aku. Nanti karyawan lain melihat. Aku terlalu lelah untuk membalas pesanmu semalam".

"Hann. Mana laporannya? Gue tungguin kok gak dateng-dateng" entah sejak kapan Rigo tiba-tiba sudah berada di ruangan Hanna.

"... Maaf pak" ucap Rigo terkejut saat melihat Hanna bersama Jonathan dalam posisi yang terlalu dekat untuk kategori atasan dan bawahan.
Rigo segera membungkuk hormat dengan kepala menunduk padahal kedua matanya berusaha mencuri-curi lihat walau hanya sepersekian detik dan telinganya rasanya sudah tegak berdiri seperti kelinci saking penasaran mau mendengar.

"Mungkin bapak ada yang sedang dibicarakan dengan Hanna. Saya permisi dulu" ujarnya sopan dan halus. Heyy sejak kapan abang batak yang doyan ngemil pisang goreng yang satu ini berubah menjadi mas jawa.

Nathan berbalik ke arah Rigo. Tanpa ekspresi, memiringkan kepalanya sedikit dan mengangkat tangannya. Dengan cepat Rigo keluar dari ruangan dengan yang kepala mencoba menoleh.
Nathan memandang Rigo dengan kesal mengapa orang ini sangat mengganggu. Melihat ini Rigo cepat membaca situasi lalu keluar dari ruangan. Setidaknya dia sadar mencari pekerjaan dengan standar gaji tinggi yang ditawarkan Nathan di masa sekarang sangat sulit dan ia belum mau resign. 'Mengecilkan petaka' pikirnya.

Hanna yang melihatnya mau tak mau jadi salah tingkah 'Apa yang dipikirkan Rigo melihat posisi mereka tadi? Bagaimana kalo Rigo bocor mulut dan mengumbar apa yang dia lihat tadi. Satu kantor bakal heboh. Padahal dia dan Nathan belum punya hubungan spesial pake telor dan keju. Ntar dikira dia yang kepedean. Apalagi Nathan kan orangnya jaim, kalem dan berwibawa'.

"Kamu mikirin apa sih. Kok kayaknya susah amat. Sampe berkerut gitu disini" ujar Nathan terkekeh sambil telunjuknya menyentuh jidat Hanna.
Nathan jarang sekali tersenyum. Dia terlalu serius saat bekerja. Hanna jarang melihatnya tertawa apalagi menggodanya. Untuk hari ini Hanna mungkin sedang mendapatkan rejeki anak sholeh atas kebaikannya atau Nathan sedang kemasukan hantu baik karena ia melihat Nathan tersenyum lepas dengan deretan gigi putih yang membuatnya bertambah tampan. Membuat Hanna makin bengong kayak orang bego.

Kali ini Hanna yang bersuara " Apa yang dipikirkan Rigo saat melihat kita? Kita bakal jadi trending topic".

"Mereka tak akan berpikir apa-apa karna Rigo hanya akan mengatakan apa yang aku inginkan. Memang apa yang kau pikir sedang kita lakukan Hanna" Nathan tersenyum miring saat mengatakannya.

Pertanyaan Nathan sukses membuat Hanna jadi malu sendiri. 'Memang apa yang mereka lakukan?' Tentu saja bossnya itu hanya membantunya saja.

"Atau ada hal lain yang ingin kau lakukan" sekarang Nathan malah menggodanya.
"Pak Jonathan yang terhormat, saya mau bekerja. Kerjaan saya banyak. Saya sibuk hari ini" Ujar Hanna ketus untuk menghilangkan malunya.

Hanna sungguh-sungguh berniat kembali bekerja sehingga berupaya mengambil binder dari tangan kiri Nathan yang diletakkan di punggungnya. Tapi Nathan menjauhkan punggungnya ke belakang. Ini membuat Hanna terlihat seperti sedang memeluk pinggang Nathan.

Dan secepatnya Nathan memimpin keadaan dengan menjatuhkan binder itu lalu memeluk pinggang Hanna hingga akhirnya sekarang mereka saling memegang pinggang pasangan masing-masing. Berpelukan.

Tatapan mata Nathan segera mengunci mata Hanna. Hanna mencoba mengalihkan pandangannya dan melepaskan pelukannya tapi Nathan belum mau. Wajah Nathan tak terbaca oleh Hanna. Hanna hanya dapat melihat api kecil yang membara di manik matanya. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah Jonathan menutup jarak di antara mereka dan mencium bibir Hanna. Disini di kantornya. Di ruangan Hanna.

Ciuman itu awalnya hanyalah usaha Nathan menempelkan bibirnya ke bibir Hanna. Saat bibir Hanna yang lembut menyentuh bibirnya, entah kenapa timbul dorongan lain dalam diri pria itu untuk berlama-lama disana.

Hanna yang merasa terkejut dengan kegiatan Jonathan merasa kakinya melemah saat bibir Nathan terus bergerak membelai lembut bibirnya. Hanna segera mengalungkan lengannya di leher Jonathan dan membuatnya merasa bertambah seksi saat tangan besar pria itu memegang pinggangnya. Hanna mengerang dan membuka mulutnya. Kesempatan yang ditunggu Nathan karna ia pun segera memasukkan lidahnya ke dalam mulut Hanna dan mengabsen satu persatu yang ada disana.

Saat napas keduanya habis barulah ciuman itu berhenti dengan keduanya terlebih Hanna terengah-engah dibuatnya. Dahi mereka saling menempel dan tatapan Nathan tertuju pada mata Hanna dan di sela-selanya Nathan berkata "Kujemput di ruanganmu saat makan siang nanti ya" ujarnya.

Nathan tersenyum lalu mencium kening Hanna. Kemudian berjongkok untuk mengambil binder berisi dokumen yang ia jatuhkan tadi lalu menaruhnya di meja Hanna.

Nathan mengacak lembut pucuk rambut Hanna dengan pelan lalu berkata "Aku kerja dulu" lalu meninggalkan Hanna yang bertumpu di lemari arsip saking takut jatuh karna kakinya tiba-tiba lemah seketika mendapat perlakuan atasannya. Bahh..

Tbc

Author
Linhas

Bossku ParibankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang