Lanjutan dari part 7.
"Jadi kamu termasuk anak mami ya." Ucap Bryan sambil tertawa kecil.
Karin menganggukkan kepalanya, "Ya begitulah."
Suasana menjadi hening. Sudah hampir 1 jam mereka berdua duduk bersama di bangku taman rumah Karin.
"Terus papa kamu?" Tanya Bryan memecah keheningan.
Karin menghela napas berat lalu terdiam sejenak.
"Papa udah meninggal sejak aku kelas dua smp."
"Kalau boleh tau karena apa?"
"Papaku kecelakaan waktu mau jemput aku sekolah."
Bryan menatap Karin, terlihat mata Karin yang sudah berkaca-kaca, "Maaf ya kalau ini nyinggung perasaan kamu."
"Oh enggak kok."
"Bryan ayo kita pulang!" Teriak mama Bryan dari ruang tamu.
Bryan dan Karin berdiri lalu berjalan menuju ruang tamu.
"Ya udah ya jeng aku pulang dulu. Karin, tante pulang dulu ya." Ucap mama Bryan.
"Oh iya tante."
"Iya jeng ati-ati ya." Balas mama Karin.
"Tante, Karin saya pamit pulang. Mari..." Pamit Bryan lalu berjalan menyusul mamanya.
Tak berapa lama, mobil mereka melaju pergi.
Karin membalikkan badan lalu berjalan menuju kamarnya.
Tiba-tiba, ponsel Devi, mama Karin berbunyi. Devi menoleh kebelakang untuk memastikan Karin sudah masuk ke dalam kamarnya. Lalu, Devi berjalan menuju taman.
"Halo." Ucap Devi.
"Gimana, kamu sudah bicara dengan Karin?" Tanya seseorang deri ujung telepon.
"Belum, Mas. Aku belum nemuin waktu yang pas." Jawab Devi dengan suara yang lirih.
"Ya sudah. Kalau ada waktu yang pas, segera kamu bicara dengan Karin."
"Iya, Mas."
Tut....tut....tut..
Telpon terputus. Devi menghela napas berat, lalu melangkah ke dalam.
..............
Siang yang seharusnya penuh arti dan tawa. Tapi sepertinya tak untuk siang ini.
"Baiklah anak-anak, kelas sudah selesai. Selamat siang dan sampai jumpa." Ucap dosen muda berparas cantik.
Karin menghampiri tempat duduk Kelvin.
"Makan siang di cafe biasa yok."
Kelvin menoleh sebentar lalu kembali memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, "Bentar-bentar."
"Aduh kamu lama deh, jadi kebelet kan aku. Ya udah aku ke toilet dulu deh. Tunggu bentar ya."
Karin berlari terbirit-birit. Tak berapa lama, Putri yang sejak tadi melihat Kelvin dan Karin bercakap-cakap datang menghampiri Kelvin.
"Makan siang yuk. Kemarin kan kamu udah janji." Ucap Putri menggandeng lengan Kelvin.
"Tapi aku..."
Belum selesai Kelvin berbicara, Putri memotong pembicaraannya sambil menarik paksa Kelvin keluar kelas, "Ah nggak ada alesan lagi. Pokoknya kita harus makan siang."
Tak lama mereka berdua berlalu, Karin datang.
"Lho Kelvin kemana?" Tanya Karin pada dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Takdir
Teen Fiction"Ternyata ini rasanya patah hati, sakit namun tak berdarah." Ucap Karin sambil bersender dibahu Kelvin. Mungkin kamu baru pertama kali patah hati, namun patah hatiku melebihi usiaku di dunia ini. Batin Kelvin. Kelvin dan Karin, adalah dua sahabat ke...