Dua (2)

166 12 3
                                    

Kelvin melangkah keluar dari kampus. Sebenarnya saat Karin menelponnya, Kelvin baru saja selesai dari kelas siangnya.

Kelvin berjalan kencang menuju parkiran kampus. Hatinya sudah tidak enak saat mendengar suara parau malaikatnya dari ujung telepon. Sepertinya ada yang tidak beres dengan Karin.

Saat ingin menaiki motor, tiba-tiba seseorang menggandeng tangannya. Kelvin menoleh ke orang tersebut. Ternyata Putri, teman satu kelasnya. Putri adalah siswi yang sudah lama menyukai Kelvin. Dia selalu mendekati Kelvin dimanapun Kelvin berada. Sebenarnya Kelvin merasa tidak nyaman dan tidak menyukai sikap Putri yang manja dan kekanak-kanakan, tetapi Kelvin tidak pernah terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak suka pada Putri, karena Kelvin tidak mau menyakiti hati Putri.

"Kelvin, makan siang yuk?" Ucap Putri dengan manja.

Dengan lembut Kelvin melepaskan tangan Putri dari lengannya, "Maaf, Put. Tapi aku sedang buru-buru, ada urusan penting."

Putri terdiam, "Baiklah." Ucapnya dengan nada sedih.

"Lain kali saja kita makan siangnya." Balas Kelvin, lalu melaju dengan motornya.

............

Sesampainya di taman, pandangan Kelvin langsung tertuju pada seorang gadis berambut sebahu yang sedang duduk dibangku taman bagian ujung. Gadis itu sedang tertunduk tak berdaya.

Tanpa berpikir panjang, Kelvin mengahampiri malaikatnya. Dengan pelan dia menyentuh bahu Karin.

Karin membalikan badan, lalu tiba-tiba memeluk Kelvin, seakan dia sudah hafal dengan sentuhan Kelvin.

"Aku putus dengan Ryan." Ucap Karin lirih dengan suara parau.

Kelvin menghela napas. Sudah dia tebak dari awal. Ini pasti masalah hubungannya dengan Ryan.

Kelvin melepaskan pelukan Karin lalu menarik tangannya pelan untuk kembali duduk, "Sini duduk dulu."

Mereka hanya saling diam. Tetapi hanya sekejab.

"Ink kamu minum dulu." Ucap Kelvin memecah keheningan sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Karin.

Karin melirik Kelvin, "Bukanya kasih solusi, kamu malah kasih aku minum, emang aku habis lari maraton."

Kelvin tertawa kecil, "Keadaan nangis gini kamu bisa nglucu juga yaa. Udah jangan ngebantah, minum dulu."

Dengan terpaksa Karin mengambil sebotol air mineral dari tangan Kelvin. Lalu meminumnya habis.

Kelvin menghela napas berat saat ingin menanyakan sesuatu yang mungkin sangat berat untuk Karin jawab, "Memang kenapa Ryan mutusin kamu?"

Karin memberikan sebotol air mineral yang sudah ia minum habis kepada Kelvin, "Dia bilang aku terlalu posesiv, aku kan cuman khawatir, wajar dong secara aku kan pacarnya."

Kelvin tersenyum kecil. Karin yang mendengar cengiran Kelvin langsung meliriknya.

"Kok kamu malah tersenyum."

"Ya, mungkin alesan Ryan mutusin kamu itu bener."

"Kok kamu malah belain Ryan?"

"Bukannya aku bela Ryan. Tapi aku kasih tau ya, cowok itu paling nggak suka cewek posesiv. Bener sih, wajar kalau kamu khawatir, tapi khawatirlah lah yang sewajarnya. Karena pada dasarnya khawatir sama dengan..."

Belum selesai Kelvin berbicara, Karin langsung memotong pembicaraannya, "Sotoy kamu!"

"Bukannya sotoy, tapi itu fakta."

"Berarti maksud kamu, aku itu cewek posesiv?!"

Kelvin mengangkat kedua bahunya dengan tawa kecil.

"Ihhh kamu gitu ya!" Ucap Karin sambil mencubit lengan Kelvin.

"Aduhh...ampun....buuu."

"Bodo amat!"

"Marah-marah mulu, cantiknya ilang lho nanti." Ledek Kelvin sambil menyenggol bahu Karin.

"Reseh deh kamu."

"Ya udah yuk, aku antar kamu pulang. Udah mendung."

Siang ini adalah siang yang menyakitkan untuk Karin, tetapi suatu kesempatan untuk Kelvin.

.........

Cinta dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang