Cinta tak pernah salah, karena dia tahu kapan dia harus datang dan kapan dia harus pergi.
Kelvin menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Karin. Karin segera turun dari sepeda motor Kelvin lalu pergi begitu saja.
"Makasih ya udah mau nemanin aku ke toko buku, yah walaupun bukunya...." Ucap Kelvin sambil memegang tangan Karin.
Karin membalikan badan dan memotong pembicaraan Kelvin, "Maaf." Lalu melangkah pergi ke dalam rumah.
Kelvin menghela napas, berat. Hatinya hancur seketika saat melihat Karin dilema dalam cinta. Dia melirik jam tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 10, Kelvin menyalakan sepeda motornya lalu melaju pergi.
"Aku pulang.." teriak Karin saat memasuki rumah.
Terlihat mama Karin yang sedang memasak di dapur, "Karin, makan siang dulu!" Teriaknya.
Tapi putri tunggalnya itu tak menggubris. Karin merebahkan dirinya di sofa yang ada di ruang tengah. Pandangannya kosong tanpa arah. Pikirannya berputar tanpa tujuan. Matanya perlahan terpejam, masuk dalam mimpi.
..........
"Karin bangun!!"
Teriak mama Karin.
Karin terkejut, lalu terbangun, "Ada apa si, Ma?"
"Udah jam sebelas kurang lima menit, kamu kan ada..."
Sebelum mama Karin selesai bicara. Dengan sigap, Karin berlari menuju kamar mandi. Mama Karin menggelengkan kepala, heran.
Tak ada 5 menit, Karin telah siap dengan segala persiapan kampusnya.
"Mama aku berangkat ya." Ucap Karin sambil mencium pipi sang ibu, kemudian berlari keluar.
"Iya hati-hati." Balas mama Karin.
Karin lalu berjalan ke arah garasi.
"Pak mobilnya udah siap?" Tanyanya pada karyawan rumahnya, Pak Ahmat.
"Sudah non.."
Tanpa berpikir panjang, Karin langsung menuju mobil jaz merah kesayangannya. Lalu melaju pergi.
........
Karin berlari di koridor kampus sambil melihat jam tangannya.
"Huh telat 10 menit." Ucapnya.
Sesampainya di depan kelas, Karin menghembuskan napas lalu mengetuk pintu.
Tok...tok...tok...
Spontan dosen yang sedang menerangan berhenti dan semua orang yang ada di dalam kelas menatap Karin, termasuk Kelvin.
Karin menelan ludahnya saat ditatap tajam oleh dosen killer yang hari ini mengajar. Dia memasuki kelas lalu mencium tangan si dosen killer yang bernama Bu Ririn tersebut, "Maaf, Bu. Saya terlambat." Ucapnya.
Bu Ririn hanya diam dengan tatapan tajam. Seketika susana hening. Karin mengerutkan dahinya, bingung.
"Bu?"
"Diam!! Keluar kamu dari kelas karena bagi siapa saja yang terlambat di jam saya, dia tidak boleh mengikuti kelas saya!!" Teriak Bu Ririn.
Karin melotot, "Tapi Bu, saya..."
"Keluar!!"
Karin melirik ke arah teman-temannya. Mereka tampak menahan tawa, kecuali Kelvin. Karin pun membalikkan badan dan keluar dari kelas.
Karin melangkah kesal. Wajahnya kusut. Semangatnya luntur seketika. Dia berjalan menuju kantin.
"Bu Minah, es jeruk satu." Teriak Karin kepada Bu Minah, penjaga kantin.
Karin duduk lalu menyenderkan kepalanya di atas meja.
Dasar dosen killer, emangnya nggak ada kerjaan lain apa selain marah-marah. Makanya cepet tua.
Batin Karin merasa kesal."Permisi mbak, saya boleh duduk disini?"
Belum selesai Karin menenangkan diri. Tiba-tiba seseorang datang dari arah belakangnya. Karin membalikkan badan. Terlihat wanita berkucir dua dan berkacamata sedang tersenyum manis.
Karin lalu bergeser, "Oh iya boleh."
Perempuan itu duduk disebelah Karin. Tiba-tiba ponsel perempuan itu berdering. Dia berdiri lalu berlalu pergi untuk mengangkat telepon yang masuk.
Gimana sih anak, udah geser malah nggak jadi duduk. Ngerjain aku apa gimana. Bikin kesel aja.
Batin Karin sambil menatap kepergian perempuan berkucir dua tadi.Jam menunjukkan pukul 13.00
Semua mahasiswa berhamburan keluar kelas, namun berbeda dengan Karin. Dia sedang duduk santai di kantin kampus. Menyeruput es jeruknya.Tiba-tiba seseorang menutup kedua matanya dari arah belakang.
"Ihh sapa sih?" Tanya Karin sambil meraba-raba tangan orang tersebut. "Kelvin, nggak usah bercanda deh." Lanjut Karin.
Kelvin melepaskan kedua tangannya dari mata Karin, "Tau aja."
"Tau lah, aku itu udah hafal sama bau-baumu."
"Wangi-wangi gimana gitu kan?" Balas Kelvin sambil duduk di sebelah Karin.
"Wangi kemenyan kalik ah."
"Enak aja, emang aku dukun apa."
"Hahaha dasar dukun cinta."
"Eh gimana rasanya dimarahi Bu Ririn si dosen killer?" Tanya Kelvin tiba-tiba sambil tertawa kecil.
"Kalau aja ya dia bukan dosen, udah habis dia." Jawab Karin kesal sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hahaha ngakak tau nggak."
Tawa Kelvin pecah seketika.
"Aku pinjem catatanmu dong."
"Iya bentar...bentar.."
Kelvin mengambil bukunya di dalam tas lalu memberikannya pada Karin.
"Thanks yaa....oh ya besok makan siang bareng yuk habis ngampus."
Kelvin berpikir sejenak, "Oke." Jawabnya singkat.
"Ya udah aku pulang dulu, mau nyatet catatan kamu. Sampai jumpa besok dukun cinta." Ucap Karin sambil berlari pergi.
Kelvin tersenyum kecil. Dia menatap punggung Karin yang semakin manjauh, lalu lenyap di balik tembok kantik.
Karena kebahagiaan terbesarku adalah melihatmu tertawa.
-Kelvin-.........
Hai semua😊
Gimana part 6 nya?
Masih seru kan?
Lalu, siapa perempuan berkucir dua tersebut?
Bagaimana makan siang Karin dan Kelvin nantinya?
Temukan jawabannya di part-part selanjutnya👍Jangan lupa vote and follow❤
Kalian punya saran, kritik atau tanggapan? Comment yuk guys👌

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Takdir
Fiksi Remaja"Ternyata ini rasanya patah hati, sakit namun tak berdarah." Ucap Karin sambil bersender dibahu Kelvin. Mungkin kamu baru pertama kali patah hati, namun patah hatiku melebihi usiaku di dunia ini. Batin Kelvin. Kelvin dan Karin, adalah dua sahabat ke...