Langit pun semakin gelap. Sang mentari telah kembali ketempat persembunyiannya. Taburan bintang mulai menghiasi langit-langit malam. Terlihat pula bulan yang seakan sedang tersenyum lebar. Tetapi, mungkin kali ini bulan tak sependapat dengan keadaan hati Karin.
Karin tengah sibuk meletakkan barang-barang pemberian Ryan didalam sebuah kardus.
"Boneka udah, tas udah, baju udah, jam tangan udah, foto juga udah. Oke...let's go." Ucap Karin sambil keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah kardus berisi barang-barang sang mantan.
Brukk....
Karin membatingnya ke tempat sampah berukuran besar yang ada di halaman rumahnya. Dia mengeluarkan korek api, lalu menyalakannya.
"Karena mantan harus dibuang pada tempatnya!" Ucapnya sambil melemparkan korek api tersebut.
Spontan, semua barang-barang yang ada didalam kardus tersebut terbakar habis. Karin tersenyum tipis, kemudian kembali masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di kamar, Karin membanting tubuhnya diatas tempat tidur. Dia menghembuskan napas, lega.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya yang ada tak jauh dari tempatnya berbaring.
"Halo, Karin." Ucap seseorang dari ujung telepon.
"Ada apa, Vin?" Balas Karin.
"Kamu udah minun vitamin kamu kan?"
"Kenapa kamu jadi sensitiv gini sih, hahaha...."
"Bukannya sensitiv, tapi biasanya kamu lupa minum vitamin. Kamu kan pelupa. Hehe..."
"Reseh deh. Iya iya tenang aja, aku udah minum kok. Makasih ya udah ngingetin."
"Bagus deh kalau gitu, istirahat gih udah malam. Good night my angel."
Karin terdiam sejenak, lalu mulai berkata.
"Good night to my, superhero."
Tut...tut...tut...
Karin memutuskan telepon. Tanpa sadar, dia tersenyum tipis penuh arti.
"Kamu adalah superheroku. Karena kamu telah menyelamatkan hatiku yang saat itu sedang kehilangan."
-Karin-..........
Jarum jam menunjukan pukul 21.00
Sejak tadi Kelvin berjalan mondar-mandir didepan tempat tidurnya sambil memegeng ponselnya.
"Telpon enggak...telpon enggakk....Arhhggg.." Teriak Kelvin sambil membanting tubuhnya ke atas kasur.
"Kira-kira dia udah tidur belum ya? Ahh kalau jam segini sih belum, telpon aja kali ya." Ucap Kelvin sambil menekan tombol telpon pada nomer seseorang.
Dia tersenyum bahagia saat terdengar nada sambungan.
"Halo, Karin." Ucapnya sedikit grogi.
"Ada apa, Vin?" Jawab Karin dari ujung telpon.
"Kamu udah minun vitamin kamu kan?"
"Kenapa kamu jadi sensitiv gini sih, hahaha...."
Terdengar tawa Karin yang meledak-meledak karena meledeknya. Seketika itu hati Kelvin senang, karena Karin bisa melupakan sejenak kejadian tadi siang.
"Bukannya sensitiv, tapi biasanya kamu lupa minum vitamin. Kamu kan pelupa. Hehe..."
"Reseh deh. Iya iya tenang aja, aku udah minum kok. Makasih ya udah ngingetin."
"Bagus deh kalau gitu, istirahat gih udah malam. Good night my angel."
Sekejab tak ada jawaban dari Karin. Hening.
"Good night to my, superhero." Balas Karin kemudian.
Tut...tut....tut....
Karin memutuskan sambungan telepon.
"Uhhhhggg, yuhuuu, yes yes...." teriak Kelvin bahagia sambil melompat-lompat di atas tempat tidurnya.
Tok..tok...tok....
Tiba-tiba pintu diketuk.
"Kelvin sayang, ada apa?" Teriak mama Kelvin dari balik pintu.
Dengan sigap, Kelvin langsung berbaring ditempat tidurnya.
"Nggak ada apa-apa kok, Ma." Jawab Kelvin.
Setelah dirasa aman, Kelvin tersenyum lebar sambil melihat foto kecilnya dengan Karin. Malam ini, Kelvin telah bahagia setengah hati.
"Terkadang diriku menjadi seperti orang yang bodoh saat jatuh cinta sekali lagi padamu."
-Kelvin-

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Takdir
Teen Fiction"Ternyata ini rasanya patah hati, sakit namun tak berdarah." Ucap Karin sambil bersender dibahu Kelvin. Mungkin kamu baru pertama kali patah hati, namun patah hatiku melebihi usiaku di dunia ini. Batin Kelvin. Kelvin dan Karin, adalah dua sahabat ke...