Part 7

8.2K 640 98
                                    

Emily Pov

"Sekali lagi maafkan aku Alisha, aku benar-benar lupa" ucapku menyesal pada wanita diujung telpon. Aku mendengarnya menghela nafas dengan lelah.

"Aku akan menjadwal ulang pertemuanmu dengan Mrs. Ryan. Dan kali ini tolonglah, aktifkan ponselmu setiap saat agar aku bisa mengingatkanmu jika kau lupa Emily. Disini bukan karirku saja yang dipertaruhkan tetapi karirmu juga akan hancur jika kita mengacaukannya"

Aku menganggukan kepalaku walaupun aku tahu dia tidak akan melihatku, tanganku gemetar saat aku menekan tombol untuk mengakhiri panggilan telpon kami.

Apa yang sudah kulakukan? Sejak kapan aku jadi seceroboh ini.
Aku memijit keningku yang terasa sakit, Alisha adalah Bosku, aku bekerja pada perusahaannya di Prancis dan aku hampir saja mengacaukan segalanya, mengacaukan alasan aku kembali kesini. Ya Tuhan, proyek design itu harus kami dapatkan bagaimanapun caranya, kalau tidak, sesuatu yang dikatakan Alisha akan terjadi, perusahaan akan bangrut, ini satu-satunya kesempatan. Aku tidak ingin mempertaruhkan karir semua orang hanya karena masalah pribadiku. Aku mengigit bibirku dengan gugup, frustasi adalah apa yang kurasakan selama beberapa hari terakhir ini, membuatku tidak ingin diganggu oleh siapapun dan mematikan ponselku, aku melupakan semua rencanaku yang sudah kubuat dalam tiga hari dan itu semua karena kejadian jumat malam yang memusingkan. Bagaimana bisa? Ya Tuhan.

Ponselku kembali berbunyi digenggamanku membuatku terlonjak saat mendengarnya, aku melirik ID nya. Itu Christie.

"Hay?"

"Emily!" suaranya yang melengking membuatku menjauhkan ponsel dari telingaku

"Chris-"

"Kau baik-baik saja?"

"Yeah" aku rasa begitu, tambahku dalam hati

"OMG. Aku menghubungimu dari dua hari yang lalu dan tidak tersambung" aku bisa merasakan dia cemberut diujung sana.

"Aku engg hanya sedikit sibuk" ucapku berbohong.

"Ya ampun. Maaf tidak memberitahumu sebelumnya sayang. Aku berada di Florida sekarang" katanya dengan nada mencela

Aku membulatkan mataku "Bagai-"

"Ibuku kecelakaan"

"Astaga" aku terkesiap "Ya Tuhan Christie. Bagaimana kabarnya sekarang?"

"Tulang rusuknya patah dan memar diwajah. Selain itu baik-baik saja"

"Apanya yang baik-baik saja!" aku membentak "Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?"

Dia mendesis "Itu yang tadi aku maksudkan, kenapa ponselmu tidak aktif selama beberapa hari ini? Aku langsung menghubungimu sesaat setelah Tim memberitahuku"

Aku memegang kepalaku, masalah yang lain lagi. Ya Tuhan "Maafkan aku"

"Oh Emily, aku tidak tahu apa yang sedang melandamu akhir-akhir ini. Tapi percayalah, aku akan mendengarmu jika kau butuh bercerita. Ya Tuhan, berhentilah menutup dirimu"

Mataku berkaca-kaca tanpa dapat kutahan "Aku-"

"Tolonglah, aku akan siap kapanpun kau siap untuk bercerita. Bahkan saat aku disini, aku tidak peduli. Kau bisa mengusikku kapan saja"

Aku mengigit bibirku untuk menahan isakan yang mengancam akan keluar. Ya Tuhan "Aku benar-benar tidak apa-apa" aku mencoba tertawa dan gagal.

"Emily, apa kau masih menganggapku temanmu?"

"Ya Ampun tentu saja, bagaimana bisa kau mengatakan itu" aku mendengus.

"Kau membuatku tidak berguna menjadi temanmu Emily, aku tahu kau banyak masalah sekarang dan kau sama sekali tidak mau bercerita padaku. Oke, kalau kau tidak mau memberitahuku apa itu tapi, please baby, kau bisa datang padaku dan membuatku menenangkanmu, pundakku akan selalu sedia untukmu. Tolong jangan jadi menjadi orang asing"

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang