***
Seorang gadis manis berpakaian sederhana dan memakai kacamata terlihat sedang berjalan dengan semangatnya menuju lift yang berada didalam gedung sambil membawa kotak ditangannya. Bibirnya sedari tadi tidak pernah berhenti tersenyum atas apa yang sedang berada dipikirannya. Tangannya memencet tombol yang ada di lift tersebut dan dengan cepat Lift itu membawanya kelantai yang di inginkan. Setelah dia berada dilantai itu langsung dilangkahkan kakinya keluar dari dalam Lift. Dengan hati hati tangannya memencet kode dari Apartemen yang menjadi tujuannya.
Hari ini dia Emily Osment sudah genap 1 tahun menjadi kekasih dari seorang Mark Dickinson dan dia berencana memberikan kejutan kepada kekasihnya itu. Setelah memasukan kode dia segera masuk kedalam Apartemen. Berhenti sebentar untuk membuka kotak yang berada ditangannya, Cake berbentuk hati itu kelihatan sangat tidak cocok untuk dikatakan sebagai kue, tetapi hal itu tidak dipedulikannya yang terpenting dia sudah susah payah membuatnya sendiri. Dia menyalakan lilin diatas Cakenya, lalu melangkah secara diam diam kedalam Apartemen. Dia tahu kekasihnya berada dirumah sekarang ini maka dari itu dia ingin memberinya kejutan.
Oh, aku sangat mencintaimu Mark. Batinnya sambil tersenyum.
Apartemen ini begitu luas dan keren. Sesuai dengan pemiliknya yang juga keren dan Tampan.
"Ah! Lebih keras"
Dia menajamkan pendengarannya. Dia seperti mendengar seorang wanita sedang memohon mohon dan mendesah dengan nikmat.
"Aw!!.ah. Iya disitu.. Ah"
Emily melangkah secara perlahan menuju ruang tamu. Dia sangat yakin suara itu berasal dari arah itu, suara desahan itu dari sana.
Apa dia menonton Blue Film lagi? Awas ya. Geram Emily. Dia dengan semangat melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dan pemandangan didepannya sungguh sungguh mengagetkan dan menyakitinya.
Kekasihnya-Mark- sedang dikangkangi oleh seorang wanita pirang bertubuh ramping. Keduanya sama sekali tidak dilapisi sehelai benangpun. Payudara wanita itu berada di mulut Mark dan pinggulnya naik turun dengan semangat dipangkuan Mark. Dengan seketika badan Emily bergetar kakinya serasa sudah tidak bisa menopak berat tubuhnya lagi dia merasa mual dan jijik Melihat wajah Mark yang sangat menikmati persetubuhannya. Dengan segenap kekuatan yang dikumpulkannya Emily mendapat suaranya kembali.
"Mark!" Katanya dengan suara bergetar. Air mata sudah mengancam ingin keluar.
Kedua orang yang sedang sangat menikmati apa yang dilakukannya dengan segera berhenti saat itu juga. Mark melepaskan puting dari mulutnya dan menoleh kebelakang bahu wanita di pangkuannya. Wajahnya sedikit terlihat kesal karena terganggu tetapi setelah tahu siapa yang memanggilnya mulut dengan cepat terbuka. Kaget dia sungguh kaget.
"Siapa dia?" wanita itu yang membuka suara meminta penjelasan kepada Mark masih berada dipangkuannya.
"E-Em!" dia memanggil.
"Maaf menganggu kalian! Aku hanya ingin membawakanmu Kue yang sudah kubuat! Aku pergi dulu" Emily berkata dan berbalik untuk menaruh kue di atas meja terdekat, secara tidak sengaja tanganya menyenggol Vas yang berada diatas meja itu. "Ma-Maafkan aku! A-aku akan segera mengirimkan Vas yang baru" lalu dia beranjak dari situ berlari kecil kearah pintu dan keluar dari sana.
Mark serasa mendapat kesadarannya kembali. Dia melemparkan wanita yang berada di pangkuannya begitu saja, seperti itu bukan apa apa.
"Kau mau kemana? Kita belum selesai" wanita itu menahan lengan Mark ketika dia kalang kabut memakai pakaiannya.
"Persetanan dengan itu! Pergi dari disini sialan" umpat Mark tepat didepan wajah wanita itu.
"Hey Mark! Kau mengusirku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
RomanceEmily Osment sudah pernah merasakan yang namanya sakit hati selama hidupnya. Itu terjadi ketika dia baru saja masuk perguruan tinggi. Dia memergoki kekasihnya sedang asik berhubungan bercinta di tempat tinggal kekasihnya. Tujuannya ialah ingin membe...