Part 11

58 5 0
                                    


Ksatria Yang Gagah

"Tangguh seperti hatinya"

Sudah seminggu aku tidak lagi melihat azhar, gimana yah kabar dia? Aku mulai senyum sendiri, kenapa aku bisa memikirkan dia? Itu pertanyaan yang sangat besar untukku. Aku memulai minggu pagi ini untuk pergi ke danau, aku merasa tidak punya tempat lain, untuk melepas semua perasaanku selain di tempat itu.Aku memutuskan untuk pergi sendiri, walaupun kak tiara memaksa ingin ikut, tapi aku tahu dia sibuk, dia hanya tidak ingin aku sendiri. Dan untuk kali ini dia membiarkanku pergi sendiri, karena dia tahu kemana harus mencariku, yah tempat dimana pertama kali dia menemukanku. Tempat yang tidak jauh dari rumah kami.

Aku merasa berbeda berjalan diminggu pagi ini. Setelah seminggu berhijab, aku merasa menemukan kepercayaan diriku. Kini aku melangkah dengan tertunduk, aku ingin mengikuti jejak kak tiara untuk memakai cadar, tapi aku belum siap untuk itu. Aku merasa butuh waktu untuk banyak memperbaiki diriku terlebih dahulu.

Aku duduk di sebuah kursi dimana aku bisa melihat langsung kearah danau, aku menemukan banyak seruan tasbih disini, karena kak tiara semua yang ada di bumi ini ikut bertasbih kepada Allah. Tidak berapa lama ada seorang laki-laki yang duduk di sampingku dengan memakai jaket putih, dan menutup kepalanya dengan penutup kepala di jaketnya. Saat aku menghadap kearahnya, dia membuka tutup kepalanya. Aku terkejut dan hampir berteriak memanggil nama "Azhar", tapi azhar mengingatkanku untuk tidak bersuara apapun, dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir memberiku isyarat untuk diam. Aku langsung membungkam mulutku, dengan perasaan bahagia karena dapat melihatnya lagi.

"Kamu Kangen yah sama aku?" azhar

"Ngga!!! Tapi aku kangen ngga bisa gangguin kamu"

"Aku juga kangen ngga di gangguin kamu" kami tertawa bersama, pembicaraan kami memang seperti orang bodoh, tapi itulah hal yang indah dari kebersamaan kami.

"Kamu cantik dinar" azhar tersenyum sambil melihatku

"Aku emang cantik dari dulu kan?"

"Iyah, iyah, aku udah tahu!!! Tapi cantik kamu saat ini terpancar dari hati kamu"

"Hati aku masih kotor azhar, aku belum bisa memperbaiki diri"

"Sebuah proses itu butuh waktu, apalagi hijrah. Pilihan kamu ini sudah benar, lagipula tidak adamanusia yang sempurna, iyah kan?"

"iyah juga sih, oh yah ibu kamu gimana?"

"ibu aku sekarang lagi di rumah sakit. Dan sekarang, aku lagi bingung nyari anak dari sahabat ibu aku"

Mataku langsung melotot kaget ke arah azhar, ternyata dia sedang mencari kehadiranku.

"Ngapain kamu nyari anak dari sahabat ibu kamu, dia itukan anak dari wanita simpanan ayah kamu"

"Biar bagaimanapun dia itu saudara tiri aku, apalagi katanya dia perempuan.Pasti dia sendirian, tapi ibu emang sangat marah sama anak itu. Katanya dia ingin membalas dendam atas sakit hati yang sudah dilakukan oleh ibu dari anak itu"

"Apa yang kamu lakukan kalo udah ketemu sama anak itu?"

"Aku mau ajak dia untuk menjelaskan masalah ini di persidangan ayahku"

"Sidang? Ayah kamu?"

"Iyah, sidangnya tinggal seminggu lagi"

"Tapi azhar, anak itu ngga tau apa-apa, sama kaya kamu yang ngga tau apa-apa.

Kaliankan masih sama-sama kecil waktu itu"

"Loh, kamu ko tau banyak. Dan bisa berpikir kesitu"

"Hmmm,,, soalnya kan beritanya udah kemana-mana, bahkan sosial media aku penuh sama berita ayah kamu"

"Oh yah, aku lupa"

Aku ingin membantu azhar, tapi bagaimana mungkin. Sebab orang yang dia maksud adalah aku sendiri.Aku juga tidak yakin untuk muncul di persidangan. Lagipula penjelasan untuk apa, karena kenyataannya ayahku memang bersalah atas terbunuhnya ibuku.

"Dinar, udah adzan. Sebaiknya kita cari masjid buat sholat"

"Emangnya kamu tahu masjid dekat sini?"

"Aku ini anak asli Jakarta, jangan panggil azhar kalo masjid aja ngga tau"

"Mulai deh gilanya, tapi kalo nyasar aku mau ongkos jalanku diganti dua kali lipat"

"Beres Nyonya"

Kami berjalan untuk mencari masjid terdekat, kenyataanya masjid sangat jauh dari tempat kami bertemu tadi. Selama perjalanan kami banyak menghabiskan waktu dengan tertawa bersama walaupun sekali-kali aku mengeluh karena jalannya yang jauh. Aku ngga bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti saat azhar tahu, kalo orang yang selama ini di carinya ternyata sangat dekat dengannya.

"Gimana, ngga nyasarkan?" azhar dengan bangganya menunjuk sebuah masjid di depan kami, sementara aku langsung duduk di depan masjid dengan napas yang ngos-ngosan.

Azhar sudah lebih dulu mengambil wudhu, dan aku menyusulnya di tempat yang terpisah. Ketika masuk ke pintu masjid, ternyata tidak ada pembatas antara laki-laki dan perempuan, saat itu suasana masjid tidak ramai hanya ada dua orang di dalam masjid yang sedang berdzikir.

"Dinar, boleh aku mengimami sholat kamu?" azhar yang baru tiba dan berdiri di hadapanku. Aku hanya diam, sebab bingung mau jawab apa. Tanpa disuruh kepala ini sudah mengangguk duluan, jadi yasudahlah. Azhar berdiri di depan sajadahku untuk memimpin jalannya sholatku.

Hatiku bergetar dan terharu mendengar bacaan Al-Qur'an azhar yang sangat indah.mungkin ini salah, tapi dihatiku terbesit agar dialah laki-laki yang akan menjadi imamku dan terus memimpin sholatku. Segera aku alihkan pemikiran bodoh seperti itu, sebab aku tau sendiri bahwa dia adalah saudaraku, kakak tiriku.

Selesai sholat, azhar mengadahkan tangannya seperti memohon dengan sangat pada Allah Swt. Aku tahu banyak hal berat yang di pikulnya saat ini, mencari seorang anak yang dia tidak tahu sama sekali arah atau petunjuk untuk mencarinya. Aku merasa bersalah karena telah melakukan hal ini padanya, aku melihat dia terus menunduk dengan tangan yang terus meminta, memohon akan kekuatan. Aku seperti melihat seorang ksatria yang tangguh di depan mataku, dia mampu melewati semua ini dengan sabar, dengan kekuatan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain.

Aku tidak pernah menyangka bahwa ksatria yang gagah, ada didepan mataku.ketangguhannya mencerminkan betapa kuat hatinya. Dialah seorang perwira terbaik yang aku kenal.

Aku segera merapikan mukenaku dan duduk diluar masjid, aku tidak mau azhar tahu kalau aku meperhatikannya.

"Azhar aku bisa bantu kamu" aku sambil melihat azhar yang sedang memakai sepatunya.

"Aku ngga mau kamu kebawa-bawa masalah aku, nanti kamu juga yang repot kalo sampe di kejar-kejar wartawan" azhar selesai merapikan tali sepatunya, dia kembali menutup kepalanya dengan penutup kepala dijaketnya.

"Alaaaahhh,, wartawan doang mah kecil"

"Kalo kecil kenapa kamu lari kemaren"

"Aku kan kaget, lagian kamu jugakan yang narik tangan aku"

"Iyah juga yah, oke aku minta maaf. Kamu mau nolong apa emang?"

"Kamu bisa bawa asisten rumah tangga yang tinggal dirumah ayah kamu dan wanita simpanannya itu ke persidangan, dia pasti tahu semuanya"

"Oh yah, kenapa aku ngga kepikiran. Ko kamu bisa tahu sih, dan bisa berpikir kesitu"

"Pertama, aku itu cerdas ngga kaya kamu. Kedua, aku liat di sosmed"

"Dasar anak dumay"

"Biarin, emangnya kamu tampang jaman sekarang, tapi gaya jaman dulu"

Akhirnya, aku puas melihatnya tertawa bahagia seperti itu. Walaupun sederhana aku berharap dapat membalas kesalahanku yang besar sama kamu azhar. 

Seuntai TasbihWhere stories live. Discover now