Tentang Semua Kehidupan Ini
"Aku berserah padamuu Ya Rabb"
Selesai persidangan bu rina datang menghampiriku dan mencabik-cabik wajahku bahkan dia terus berusaha melepas jilbabku, dan sekuat tenaga pula aku mempertahankannya. Aku tahu semua ini akan terjadi, azhar sudah lebih dulu cerita tentang semua ini. Aku tidak melawan sama sekali atas apa yangdilakukan bu rina padaku, aku paham dia marah dan biarlah dia mengeluarkan semua racun yang selama ini di simpannya karena perbuatan ibu dan ayahku yang sudah membohonginya selama 17 tahun.
Aku melihat di hadapanku berdiri azhar yang sedang menghalangi ibunya untuk tidak melukaiku.Azhar membawa ibunya pergi meninggalkan ruang persidangan, dia pergi jauh tanpa melihat sedikitpun kearahku.Aku tahu mungkin dia kecewa dengan semua kebohongan yang ku lakukan selama ini.Aku juga berpikir ribuan kali untuk pulang ke rumah kak tiara, aku belum siap menghadapi semua kekecewaan mereka padaku. Kakiku terus melangkah tanpa aku tahu akan berakhir dimana, setiap langkahnya mengantarkanku ke taman, dan terus melaju ke tempat aku biasa duduk berdua dengan azhar.
"Azhar"
"Kamu sudah puas dinar, dengan semua sandiwara kamu"
"Apa maksud kamu?" aku duduk di samping azhar
"Semuanya udah jelas, orang yang selama ini aku cari ternyata sangat dekat denganku. Dan orang yang sangat aku cintai ternyata adalah adikku sendiri"
Aku melihat air mata yang membendung, seperti telaga yang ingin keluar dari batasannya, tapi sang pemiliknya seolah menahan bendungan itu dengan tanggul yang kokoh. Aku tahu bagaimana rasa kecewa yang di hadapinya, tapi apakah dia juga mengerti bagaimana keadaan yang aku hadapi sekarang.Apakah dia pikir kenyataan ini tidak menyiksaku?Jawabannya begitu jelas sangat menyiksa, karena aku menyimpan sebuah perasaan yang sangat indah untuknya walaupun kenyataannya tak seindah perasaan itu.
"Aku minta maaf, kak azhar"
"Jangan panggil aku kakak, aku ngga mau jadi kakak kamu"
"Tapi kenyataannya emang begitu"
"CUKUP DINAR!!!" dengan membentak
"Seperti yang kakak bilang, kita harus menyerahkan semuanya pada Allah swt, aku menyerahkan semua kehidupan ini pada-Nya kak. Jika takdir ngga bisa menyatukan kita seperti takdir menyatukan cintanya Ali dan Fatimah, maka biarlah takdir menyatukankita sebagai seorang kakak beradik yang hidup bahagia bersama keluarganya, walaupun kita hanya saudara tiri"
"Selama ini aku hanya mengenal ibuku sebagai satu-satunya wanita yang aku cintai, tapi saat kamu masuk dalam kehidupanku, saat itulah aku mulai merasa bahagia. Aku juga mencintaimu sebagai satu-satunya bidadari yang akan mengisi kekosongan singgsana di hatiku, aku tulus mencintaimu karena-Nya, dan aku berhak kecewa atas semua takdir ini, walaupun aku sadar kalau aku tidak akan mampu berbuat apa-apa"
"Aku memang yang pertama kak dalam hidup kamu, begitu juga kamu adalah lelaki pertama di hidup aku, yang menyadarkan aku bahwa dibumi ini masih ada laki-laki yang baik, dan kamu juga yang membuatku merasakan bahwa perempuan juga berhak di cintai dan sayangi, karena yang ku tahu bahwa perempuan hanya sebuah tempat untuk laki-laki menumpahkan semua amarahnya. Kamulah yang pertama kali membuatku merasa berharga di dunia ini. Aku memang yang pertama di hidup kamu, begitu juga kamu yang pertama di hidup aku, tapi di antara kita tidak akan pernah menjadi yang terakhir"
"Lalu jelaskan kenapa takdir melakukan semua ini?"
"Untuk apa bertanya pada takdir?Yang bisa kita lakukan hanya menerima dan mengikhlaskannya, bukankah ada kemudahan setelah kesusahan. Kita hanya akan menunggu sampai kebahagiaan itu datang setelah kesedihan ini. Sekuat-kuatnya ombak yang menghantam lautan, dia pasti akan surut dan kembali bersahabat dengan lautan"
Aku melihat sendiri bagaimana seorang ksatria yang tangguh di hadapanku, tak sanggup lagi menahan telaga yang semakin memberontak ingin keluar. Tanggul itu sudah roboh, telaganya mengalir deras.Ya Rabb, aku sudah pasrahkan semua hidupku tapi jangan biarkan orang yang aku sayang menangis.Jika cinta dapat memberi kekuatan, maka biarkan cintanya pada-Mu yang akan menguatkannya kembali.
"Baiklah, jika menerima akan menjadikan semuanya lebih baik.jika takdir memilih aku untuk menjadi kakak mu, maka harapan untuk bisa menjadi imam mu akan aku ikhlaskan dan akan aku biarkan pergi bersama kesedihan yang akan berganti kebahagiaan. Jika aku terpilih untuk menjadi kakak mu, maka jadilah adik yang baik untuk ku. Aku akan menjagamu sekuat yang aku bisa, kalo gitu aku pergi dulu"
"Tunggu kak, aku mau kasih ini ke kamu"
"Untuk apa kamu kasih lagi tasbih itu ke aku?"
"Tasbih ini sudah banyak memberiku ketenangan, dengan mengajakku berdzikir mengingat-Nya. Kamu pernah bilang kalau kamu akan datang untuk menjemputnya juga menjemputku, dan kita akan sama-sama memetik satu demi satu butiran tasbih ini, sehingga dia menjadi seuntai tasbih yang selalu menjadi kekuatan untuk menambah cinta kita kepada Sang Rabb. Hari ini aku sadar bahwa waktu itu tidak akan datang, jadi aku ingin mengembalikannya sekarang"
"Tidak usah dinar, kamu berhak untuk selalu menjaganya. Aku akan melihatnya kembali untuk memastikan bahwa kamu hidup bahagia bersama orang lain yang kamu cintai, dan kamu bisa memetik satu demi satu butiran tasbih itu bersama, sehingga dia bisa menjadi seuntai tasbih yang sangat indah, karena dia selalu di sentuh oleh orang yang menjaganya dengan sepenuh hati dan membawanya untuk selalu mengingat Allah Swt. Waktu itu akan tetap datang, tapi bukan aku orangnya melainkan orang lain yang akan menjadi imam dalam setiap sujudmu, dan dia akan membahagiakanmu dunia akhirat"
"Terimakasih, untuk semuanya"
"Kita yang harus berterimakasih kepada-Nya, aku harus pergi melihat ibuku, Assalamuallaikum"
"Wa'allaikum salam"
Aku hanya tersenyum melihatnya, dia mengusap ubun-ubun kepalaku dengan penuh kasih sayang dan pergi meninggalkan ku. Aku yakin cepat atau lambat kebahagiaan itu akan segera tiba, kebahagiaan untuk semua orang.
YOU ARE READING
Seuntai Tasbih
Teen FictionMasa lalu adalah hal mengerikan ketika seseorang mengingat dirinya dalam kegelapan, dimana sesorang merasa jiwanya begitu jauh dari agama, tak ada penopang yang kuat untuk dia bisa berpegang teguh padanya, tak ada perisai yang cukup kokoh untuk dia...